Felisa digiring dua polisi masuk ke sebuah ruangan di LPL. Ruangan tersembunyi. Ruangannya tidak terlalu luas dan hanya berbentuk persegi panjang. Sebuah meja dan dua buah kursi terletak di tengah-tengah ruangan. Apa dia akan diinterogasi?
"Duduk di sana." Tunjuk salah satu polisi ke arah kursi.
Felisa menunduk sambil mengikuti perintahnya. Setelah dia duduk, polisi tadi duduk di hadapannya. Sedangkan polisi satunya berjaga di dekat pintu.
"Saya Brigadir Jenderal Polisi Yaksa. Kami akan mengamankanmu untuk sementara. Kami akan memberikanmu waktu luang agar kamu bisa menyesuaikan diri. Kebanyakan anak-anak sampai remaja sulit di kendalikan setelah melihat kejadian seperti ini di hadapan mereka."
Felisa hanya menunduk, menatap kedua tangannya di atas pangkuan. Tak ada keinginan untuk menjawab.
"Baiklah, saya akan tinggal sebentar. Kamu baik-baiklah di sini bersama Briptu Adirh di sana." Brigjen Pol Yaksa melirik Briptu Adirh.
Felisa mengangguk.
Brigjen Pol Yaksa sedikit keberatan dengan sikap Felisa yang seperti itu. Tetapi dia memaklumi karena Felisa baru saja melihat temannya terbunuh. Brigjen Pol Yaksa segera beranjak dan meninggalkan ruangan ini. Setelah itu Briptu Adirh duduk di hadapan Felisa. Dia melipat ke dua tangannya di atas meja.
"Tenang saja," katanya.
Perlahan-lahan Felisa mengangkat wajahnya, menatap mata sang polisi muda itu.
Briptu Adirh tersenyum, "Tidak apa-apa. Mungkin kamu hanya syok."
"Tidak."
Briptu Adirh terkejut mendengarnya, "Maksudmu? Kamu baik-baik saja?"
Felisa mengangguk.
Briptu Adirh menghela napas. Dia tidak tahu kata-kata apa yang harus ia keluarkan agar Felisa mau berbicara banyak.
"Kamu kelas berapa? Murid baru ya."
Darimana dia tahu aku murid baru? batin Felisa.
"Kamu kelasnya dimana? Ambil jurusan apa?"
"Ke—kelas satu B, jurusan hospitium."
Briptu Adirh mengangguk. Tampak ekspresi yang biasa saja pada wajahnya.
"Apa kamu punya teman di kelas satu G jurusan yang sama denganmu?"
Felisa menggeleng, "Aku tidak punya teman."
Briptu Adirh kembali tersenyum. Terlihat kelegaan mewarnai wajahnya.
"Ada apa?" Akhirnya Felisa memberanikan diri bertanya.
"Ah, tidak apa-apa. Jangan khawatir."
Felisa menatap polisi itu sebentar, dan kembali menunduk.
"Bisakah aku menanyaimu sekarang?"
Felisa bungkam.
Briptu Adirh sengaja ikut diam. Dia kira Felisa sedang mencerna perkataannya dan akan segera menjawab. Tetapi, hampir satu menit terlewat Felisa tetap pada posisinya tanpa mengeluarkan satu kata pun.
"Bolehkah aku tahu siapa namamu?"
"Felisa Auristela."
Briptu Adirh mengangguk sambil mengerutkan dagunya ke atas, "Jadi, bisakah aku menanyaimu tentang teman lelakimu itu?"
Felisa mengangkat wajahnya, "Aku bukan pembunuhnya."
Tring
Sersan Adirh mengeluarkan ponselnya. Ada pesan masuk dari Brigjen Pol Yaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Anomali
Mystery / ThrillerHighest Rank #27 in horor Rank #25 in Thriller Rank #81 in Mistery Rank #3 Menegangkan Labentis Phantera Leo (LPL) adalah sebuah tempat menuntut ilmu yang mirip dengan dunia perkuliahan, namun masih diiringi bimbingan guru. Siapa sajakah guru pembi...