Bag. 28▪Siapa Pemenangnya?

435 71 6
                                    

"Anak-anak, panggil aku dengan sebutan ayah ya."

Mata Steright yang berumur dua belas tahun berbinar. Menatap sosok pria cerdas sekaligus berwibawa. Tidak hanya mengandalkan otaknya, tetapi perilakunya sangat ramah kepada setiap orang. Ia membagi-bagikan buku pelajaran kepada anak-anak kurang mampu.

Semua anak telah mendapat satu buku. Namun Steright, hanya diam di belakang anak-anak lain, menatap takjub pada pria itu. Kemudian si pria melihat Steright yang melongo.

"Sterta? Kamu baik-baik saja?" Pria itu menghampiri Steright sembari memberikan sebuah buku pelajaran.

Steright mengangguk. "Iya, Ayah. Terima kasih."

Pria itu mengelus lembut kepala Steright. "Jadilah anak yang cerdas, belajarlah yang rajin."

Steright mengangguk semangat. "Siap, Ayah."

Untuk sementara waktu, pria yang dikenal dengan nama Sangko Laking, menginap beberapa hari pada sebuah desa di Nauru. Ia masih harus mengurus peternakan warga desa yang sangat banyak. Karena pekerjaan utama di sini adalah sebagai peternak.

Setiap malam, Steright selalu mengintip ke kamarnya. Ingin mengajaknya mengobrol. Kadang Sangko Laking mengetahui, kadang juga ia sudah terlelap. Ia tak tega jika tak menyambut tamu malamnya. Jadi, setiap ia mengetahui Steright datang, ia dengan senang hati membukakan pintu kemudian mengobrol sampai malam. Tak jarang orang tua Steright menjemputnya karena tak mau pulang. Malam ini, terulang lagi seperti malam-malam sebelumnya.

"Ayah, apa ada hal bagus yang bisa kau ceritakan malam ini?" tanya Steright sembari loncat ke tempat tidur Sangko Laking.

Sangko Laking duduk di tempat tidurnya dengan kaki menapak pada lantai tanah. "Bagaimana kalau aku bertanya padamu. Apa yang ingin kau dengar?"

Steright berpikir, "Hmm ... aku ingin tahu dunia luar itu bagaimana?"

Sangko Laking tersenyum. "Aku banyak punya cerita menarik untuk itu. Jadi, aku akan memulai dari kehidupanku dulu ya."

Steright mengambil posisi duduk siap. "Baik, Ayah."

"Dunia luar itu, penuh dengan orang-orang jahat. Jadi, jika kamu keluar dari desa ini, jangan percaya siapa pun sebelum kamu melihat bukti bahwa dia benar-benar baik dan peduli padamu. Karena Ayah sendiri merasakan itu, Nak. Banyak orang yang ingin menjatuhkan Ayah. Sehingga Ayah tidak ingin kamu mengalami apa yang Ayah alami."

Steright kecil mengangguk.

"Tapi, di luar sana, kamu bisa mendapat banyak pengetahuan dan informasi. Ayah juga dulunya sama sepertimu. Berada di sebuah desa sampai besar, kemudian Ayah memilihi untuk pergi dari desa. Kamu akan menemukan segala sesuatu yang tidak ada dipikiranmu. Ayah bisa membuat obat untuk penggemuk ternak itu karena sarana dan kapasitas yang tersedia di luar sana."

"Ayah, apa aku bisa menciptakan sesuatu jika aku keluar dari desa ini?"

"Ayah tahu, kamu anak yang cerdas dibanding anak lain. Ayah akan mengajarkanmu banyak hal jika kamu mau. Ayah bisa membawakan barang-barang unik dari luar jika Ayah kembali ke sini untuk melihat perkembangan ternak."

Spontan Steright tersenyum lebar dan loncat-loncat di atas kasur. Betapa senangnya ia.

"Asyik, aku bisa mendapat sesuatu dari luar! Asyik! Yey ... yey ... yey!" Steright duduk kembali.

"Ayah yakin kamu akan menyukai robot." Sangko Laking tersenyum lebar.

"Robot?"

Sangko Laking mengangguk. "Ya, robot. Alat yang bisa bergerak dan perawakan mirip dengan manusia. Dia punya tangan, kaki, wajah, badan. Sebenarnya semua benda bisa dijadikan contoh untuk membuat robot sesuai keinginan kita. Tetapi, kebanyakan manusia yang dijadikan objeknya."

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang