Brigjen Pol Yaksa menggebrak meja. "Keterlaluan!"
Irjen Pol Nevara tersentak. Yaksa sudah tidak memikirkan jabatannya yang lebih rendah, pikirnya.
"Tenanglah, Brigjen," seru AKBP Tristan yang duduk di hadapannya.
"Aku tak sabar untuk memberi pelajaran pada pelakunya," sahut Rano.
Hasil penelitian air sungai merah itu sudah keluar. Benar kata Jend Pol Rycer bahwa air itu mencurigakan. Sekarang, terkuak sudah. Bahwa memang ada yang tinggal atau melakukan aktivitas di sekitar sana. Tak mungkin darah yang memberi pewarnaan pada air itu ada tanpa sebab. Darah siapa itu? Darah banyak manusia. Sampel air secangkir yang diambil Jend Pol Rycer waktu itu, mengandung dua belas darah manusia yang tergabung menjadi satu. Bayangkan, secangkir dua belas orang. Bagaimana dengan keseluruhan air sungai itu?
Yang membuat Brigjen Pol Yaksa marah besar adalah, salah satu dari dua belas orang itu adalah Melysa Annastevy. Darah istrinya termasuk di sana. Selain itu, ada nama yang tampak menonjol dan familiar di mata Irjen Pol Nevara.
"Laysa Swaley," gumamnya sambil menunjuk nama itu pada selembaran kertas HVS.
"Ada apa Irjen? Kau mengenalnya?" tanggap Rano.
Irjen Pol Nevara menoleh pada Rano, dan spontan mengangguk.
Brigjen Pol Yaksa berdiri. "Ayo kita ke sana sekarang!"
Irjen Pol Nevara menatapnya tajam.
"Brigjen, kau tidak sopan," bisik AKBP Tristan dengan nada rendah.
"APA?" teriak Brigjen Pol Yaksa tanpa sadar.
Irjen Pol Nevara spontan berdiri. "Kau mendapatkan peringatan akan diturunkan jabatan." Dia berlalu meninggalkan ruangan Brigjen Pol Yaksa.
•••••••
Para polisi diarahkan Jend Pol Rycer memasuki hutan. Pria itu ingin tak melewatkan apa pun sekarang. Kemarahannya sudah memuncak pada orang yang sudah membuang darah manusia dengan sia-sia itu. Dia tak tahu apakah ini ada hubungannya dengan pembunuhan berantai yang terjadi di LPL yang membuat beberapa rekannya terbunuh. Tetapi, dia sebagai polisi ingin mengungkap kasus ini. Dia tak menghubung-hubungkan perkara ini dengan kasus LPL.
Sinar matahari yang terik, tak terasa menyentuh kulit karena pohon pinus yang begitu lebat di atas kepala. Jend Pol Rycer dengan pistol siaga di tangannya, terus berjalan maju bersama polisi lainnya. Rano yang ingin ikut, tak diizinkan olehnya, dan membuat detektif itu tersinggung. Karena menurut jendral polisi itu, Rano dikirimkan ke kantornya hanya untuk menyelidiki kasus LPL.
"Jenderal, ada bangunan di sana," seru Iptu David yang membidik tempat itu dengan senjatanya.
"Kita ke sana. Bersiaga semua!" teriak Jend Pol Rycer.
Semuanya berbelok empat puluh lima derajat ke kanan. Di sana tampak sebuah bangunan yang cukup besar, hanya saja tidak setinggi pohon pinus yang tumbuh menjulang. Di samping bangunan itu ada sebuah truk kuning terparkir bisu. Terdengar juga suara gemericik air dari dalam bangunan. Mata Jend Pol Rycer melebar ketika membaca sebuah papan besar bertulisan VELDUPTOS ONS dan di bawahnya tertulis SERI SWALEY. Perusahaan milik Gubernur.
Brippol Fernan menghampiri Jend Pol Rycer. "Gubernur, Jendral?"
Jend Pol Rycer mengangguk ragu, tak percaya. "Sekarang, dia sedang berada di LPL kan?"
"Iya, memastikan keadaan setelah terjadi pembunuhan beruntun."
"Sebenarnya apa hubungan Gubernur dengan air sungai itu?" tanya Iptu David.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Anomali
Mystery / ThrillerHighest Rank #27 in horor Rank #25 in Thriller Rank #81 in Mistery Rank #3 Menegangkan Labentis Phantera Leo (LPL) adalah sebuah tempat menuntut ilmu yang mirip dengan dunia perkuliahan, namun masih diiringi bimbingan guru. Siapa sajakah guru pembi...