Bag. 24 ▪ OVe, OVE, Ove

1.1K 110 29
                                    

Rano mengumpulkan beberapa anggota polisi yang sedang bertugas di kantor saat ini. Mereka memilih tempat ruang tengah, bukan ruang diskusi yang biasanya digunakan untuk membicarakan kasus-kasus dan ruangan itu tertutup.

"Ada apa Ran?" tanya rekannya.

"Di sini aku akan membahas tentang tulisan di lembaran ini." Rano melepas lembaran itu tepat di tengah-tengah meja agar yang lainnya dapat melihat.

Kombes Pol Kevin masih memilih bungkam, menunggu penjelasan sang detektif itu.

Carga yang kebetulan ada di sana, ikut dalam lingkup perdiskusian. Dia kemudian meraih kertas kecil itu.

"Ini kan bahasa latin, siapa yang menulisnya?"

"Siera, satu-satunya anak yang selamat dari tragedi LPL itu. Orang tua asuhnya sudah menjemputnya tadi setelah pemeriksaan," jelas Rano.

"Jadi, apa yang mau kau beritahu?" tanya rekannya yang lain.

"Ini," Rano menunjuk kata IrLo, "IrLo ... Irzan Lorta, korban kedua pembunuhan yang terjadi di LPL. Sedangkan yang estG," posisi jari Rano bergeser ke kanan, "dalam bahasa latin, est artinya itu dan G ya huruf G. Tidak salah lagi yang dimaksud adalah kelas G. Itu artinya cocok, Irzan memang murid kelas G Jurusan Hospitium."

"Kemudian?" sahut Kombes Pol Kevin dengan tangan tersilang di dada.

"Oppotaines Velduptosans? Kata seperti ini tidak ada dalam bahasa latin, yang kutebak ini pasti nama seseorang. Dan sine clavus artinya tanpa kuku. Hmm .... apakah ini termasuk ciri-ciri?" Rano melemparkan pandangan pada seluruh rekannya.

"Tanpa kuku? Tunggu sebentar, aku sepertinya tidak asing dengan pernyataan itu," Carga mencoba mengingat-ingat.

"Aku masih penasaran dengan Oppotaines Velduptosans ini. Apakah dia manusia?" Kombes Pol Kevin menatap Rano.

Rano kembali menatapnya dengan kerutan bingung, "Entahlah ...."

"Apakah tidak ada yang menanyai Siera di mana tulisan itu ia dapat?" salah satu rekan Rano mengangkat alis.

"Aku sempat melihat laporan hasil pemeriksaannya, dan dia bilang di jalur kecil samping perpustakaan LPL. Tempat itu biasanya digunakan untuk membuang sampah. Katanya makhluk aneh menuliskannya di dinding," jelas Kombes Pol Kevin.

"Oh ya?" Rano hampir tak percaya.

"Ya, sebelum kita ke sini dan membahas ini, kau pamit ke belakang kan. Saat itulah aku membaca hasil wawancaranya dan dia tak terbukti bersalah. Anak yang malang ...."

"Makhluk aneh bagaimana maksudnya, Kombes Pol?" tanya salah satu polisi yang tak memiliki rambut.

"Aku juga tak paham bagaimana, tapi ... aku rasa ada yang tak beres di sini. Menurut deskripsinya, makhluk itu mengeluarkan lendir di sekitaran mulut, dan seluruh wajahnya terbakar. Satu lagi, rambutnya diikat cepol."

Rano mengerutkan kening, "Monster? Hah gila, mana ada monster. Ini pasti ada kekeliruan pada medis. Ya pasti ... bahan yang bisa membuat wajah rusak hingga terbakar adalah acitec acid atau zinc kloride, tapi masih banyak bahan kimia lainnya yang bisa memberikan hal serupa."

"Hmm ... mungkin—"

Belum sempat rekan sebayanya menyelesaikan kalimat, Kombes Pol Kevin memetikkan jari, membuat semua pandangan tertuju padanya.

"Apa yang kau temui Kombes Pol?" tanya Rano.

"OVe, dengan huruf O besar, huruf V besar, dan huruf e kecil."

Rano, Carga, beserta empat anggota polisi lainnya sama sekali tak paham apa yang baru saja dikatakan Kombes Pol Kevin.

"Apa itu?" tanya Carga.

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang