Bag. 16 ▪ Steright Zaley

1K 114 5
                                    

"Lalu, siapa pembunuh Jenila Cynthia?" Jend Pol Rycer melirik Lawrence.

Lawrence melihat jendral polisi itu. "Sterta Arkerley. Pembunuh berdarah dingin."

Jend Pol Rycer mengernyit. "Apa kau kenal dia?"

"Dia adalah salah satu murid LPL."

•••••••

AKBP Tristan menghela untuk kesekian kalinya. Dia sama sekali tak menemukan tanda-tanda keberadaan Felisa. Anak itu seperti ditelan bumi saja. Bahkan Irjen Pol Nevara dan Iptu Grana sudah membantunya. Sedangkan neneknya, Cleve Urtana sekarang menjadi buronan di Hamburg. Tempat tinggal dan persembunyiannya sudah digeledah, tetapi sayangnya kepolisian Jerman tak menemukan wanita itu. Kemungkinan terbesar, dia akan kembali ke Indonesia.

"Tris, Irjen Pol Nevara memanggilmu," seru Rano.

AKBP Tristan mengangkat wajahnya. "Baiklah. Apa kau sudah menemukan tanda-tanda pelaku di LPL?" AKBP Tristan berdiri.

"Aku curiga pada pemimpin LPL. Dia bahkan hanya mengajakku berkeliling setengah sekolah. Apa dia terlalu sibuk?" Rano menaikkan kedua alisnya.

"Mr. Vender maksudmu?"

Rano berkacak pinggang. "Yah, siapa lagi. Bisakah kau meminta surat pemanggilan dia untuk diinterogasi?"

"Kau bisa melakukannya, kan. Katakan sendiri." AKBP Tristan beranjak.

"Tunggu. Aku rasa lebih baik kau yang memintanya. Aku ingin sedikit mendesak pemimpin itu, kalau bukan aku saja yang curiga."

AKBP Tristan menaikkan kedua bahunya. "Oke, baiklah."

Dia segera berjalan menuju ruangan Irjen Pol Nevara.

Tok Tok Tok

"Tristan?"

AKBP Tristan masuk dengan canggung. Dia kemudian duduk di sofa depan meja Irjen Pol Nevara. Wanita itu segera menghampirinya.

"Aku menemukan sesuatu." Irjen Pol Nevara duduk di depan AKBP Tristan.

"Perkembangan tentang Felisa?"

Irjen Pol Nevara mengangguk mantap. "Aku menemukan lokasi ponselnya."

Spontan, mata AKBP Tristan membesar. "Di mana?"

"Lokasinya cukup jauh dari sini. Aku tak ingin banyak orang tahu dulu. Itu bisa mengganggalkan rencana. Jadi, ini rahasia kita bertiga. Aku, kamu, dan Jend Pol Rycer." Irjen Pol Nevara merunduk. "Lokasinya di dekat sungai merah dan hutan pinus mati."

AKBP Tristan tak percaya. "Untuk apa anak sekecil itu pergi ke tempat terpencil dan sepi seperti itu?"

"Kau tidak berpikir dia diculik?" Irjen Pol Nevara menaikkan kedua alisnya.

"Ah, itu bisa jadi. Apa Felisa diculik pelaku pembunuh berantai?"

"Kita belum tahu. Aku akan membicarakannya dengan Jend Pol Rycer sepulangnya dari rumah sakit."

"Ada apa?"

"Jend Pol Rycer pergi ke rumah sakit lansia tempat kakek Felisa dirawat. Kata Brippol Fernan, ada kejanggalan yang tampak jelas. Tapi entah apa."

•••••••

Steright diangkat beberapa polisi dan segera dibawa ke rumah sakit. Selama perjalanan, bahu kanannya yang tertembak sudah diperban dan ditekan terus agar darah tidak banyak keluar. Sesampainya di rumah sakit, Steright dibius total walaupun sudah pingsan untuk menghilangkan kemungkinan kesadaran saat proses operasi berjalan. Steright harus segera menerima penanganan medis agar nyawanya selamat.

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang