Bag. 23 ▪ Kemurungan Tak Henti

1K 105 10
                                    

Dua mobil polisi berhenti tepat di depan rumah Steright.

"Apa benar ini rumah Sterta?" tanya seorang polisi pada Brigjen Pol Yaksa.

Pria itu mengangguk. "Ayo, bersiap semua!" katanya sembari menyiapkan senjata.

Sebenarnya dia khawatir pada Lawrence setelah mendengar kejadian yang menimpa LPL. Tetapi, rekan-rekannya bahkan Irjen Pol Nevara pun ikut turun tangan mengatasi masalah ini. Sekarang, dia adalah polisi untuk membantu negara. Beda halnya ketika ia hanya menjadi seorang ayah, dan harus sesegera mungkin sampai di LPL untuk menemui Lawrence.

Beberapa polisi mulai memasuki halaman. "Ada darah Brigjen."

Brigjen Pol Yaksa langsung menyusul. "Ambil sampelnya."

"Baik," salah satu polisi mengoles darah itu dan memasukkannya ke plastik obat.

Brigjen Pol Yaksa kembali meneruskan langkahnya. Sekarang kakinya sudah menginjak teras. Dengan langkah tanpa suara dia berdiri di samping pintu utama, dan beberapa rekannya berdiri mengelilingi rumah Steright.

"Keluar Sterta, polisi telah mengepungmu."

Tak ada jawaban.

"Jangan bersembunyi lagi!"

Karena tak mendapat jawaban lagi, Brigjen Pol Yaksa menendang pintu hingga terbuka. Pistolnya ia siapkan di depan wajah, berjaga-jaga. Polisi lain ikut menyusul masuk.

"Periksa di semua ruangan!" perintah Brigjen Pol Yaksa yang sedang berdiri di ruang tamu.

Dia melihat dua cangkir jus jeruk di sana. Saat akan merunduk untuk memeriksa, tiba-tiba teriakan rekannya mengagetkannya.

"BRIGJEN, LAWRENCE ADA DI SINI!"

Spontan, pria itu pergi dari ruang tamu dan berlari ke asal suara. Sebuah kamar dengan nuansa serba putih yang tidak terlalu luas, seakan menyerahkan Lawrence yang terkapar lemas tak sadarkan diri. Darah merembes ke seprai itu. Brigjen Pol Yaksa meletakkan pistolnya pada sebuah meja dan tanpa basa basi memeluk Lawrence.

Seorang polisi memeriksa denyut nadi di tangan kirinya, "Denyut nadinya lemah Brigjen."

"Ayo kita bawa ke rumah sakit!" Brigjen Pol Yaksa mengangkat Lawrence dan membawanya keluar rumah.

Rekannya mengambil pistolnya tadi dan menyusul keluar, kemudian memberikannya.

"Kalian lanjutkanlah pemeriksaannya, saya akan segera kembali," ucap Brigjen Pol Yaksa sembari menutup pintu mobil.

"Baik, Brigjen. Semoga Lawrence tidak apa-apa."

Brigjen Pol Yaksa mengangguk buru-buru menanggapi, dan dengan cepat meninggalkan area perumahan ini. Selama perjalanan entah kenapa sosok Cleve yang terbayang-bayang di kepalanya. Apa dia sudah membuat perjanjian yang salah?

Dia harus bisa menangkap Sterta hanya untuk diberikan pada wanita tua itu. Setelah itu, dia akan menjamin keselamatan Lawrence dan Felisa. Kenapa? Kenapa harus anak-anak tak berdosa itu yang menerima semuanya? Kenapa mereka memilih Lawrence dan Felisa, padahal mereka anak biasa.

•••••••

"Apa ada masalah?" tanya Steright sembari meletakkan barang-barang bawaannya.

Mrs. Revina menggeleng, "Semua berjalan sesuai rencana."

Sekarang, mereka berada di lorong bawah bandara. Tempat ini adalah tempat rahasia Steright yang hanya diketahui Mrs. Revina bersama tiga robotnya. Setelah menunggu dua jam di sini agar tidak ditangkap, mereka akan pergi ke Nauru, tempat asal Steright. Di Nauru, dia sangat tahu seluk-beluk tempat itu karena memang masa kecilnya di sana. Masa kecilnya yang indah bersama keluarganya, tetapi semua itu dirampas oleh Fenos.

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang