Brippol Fernan berjalan mengelilingi rumah Felisa. Walaupun sudah ada beberapa polisi yang berjaga di belakang rumah itu, tetapi Brippol Fernan ingin menemukan suatu petunjuk sendiri. Dia ingin kasus ini bisa dipecahkannya. Brippol Fernan melihat-lihat sekitar ketika sudah berada di bagian belakang rumah Felisa. Dia berjalan sambil membawa pistol dengan siap siaga di tangannya. Sekitar lima meter dari rumah Felisa, dia melihat tikungan.
Karena rasa penasarannya, dia perlahan menuju ke sana. Setelah sampai di pojok belokan, Brippol Fernan menempelkan tubuhnya pada tembok salah satu rumah warga. Di benaknya bertanya, kenapa tidak ada orang di wilayah ini selain para polisi. Apa mereka tidak berani keluar rumah karena ada pihak kepolisian? Well, apakah itu masuk akal?
Kepala Brippol Fernan menengok sedikit untuk memastikan apakah aman atau tidak. Tetapi bukan kekosongan yang ia dapatkan, melainkan seseorang berpakaian abu-abu dan celana hitam tergeletak telungkup dengan ceceran darah kental di sekitarnya. Mata Brippol Fernan membelalak. Tubuhnya seketika gemetaran. Dia ... mengenali sosok yang tewas itu. Brippol Fernan segera berlari menuju gerombolan polisi yang berjaga di belakang rumah Felisa.
"Cepat, cepat, di sana ada Bripda Refito terpanah." Brippol Fernan berkata dengan menggebu-gebu sambil menunjuk tikungan dimana tempat Bripda Refito terbaring.
Ketiga polisi yang berjaga itu terlihat sangat kaget. Mereka segera berlari menuju arah tunjukkan Brippol Fernan. Brippol Fernan ikut berlari di belakang mereka. Mereka berempat berhenti ketika melihat Bripda Refito telungkup dengan simbahan darah. Perlahan lahan mereka mendekati jasad itu. Abrippol Layma dengan HT(Handie Talkie)nya menghubungi rekan-rekannya yang lain.
"Brigjen Yaksa dan yang lainnya akan segera ke mari," beritahu Abrippol Layma.
Brippol Fernan mengangguk.
Tiga polisi tadi beserta Brippol Fernan belum berani untuk mendekati lebih dekat jasad Bripda Refito. Mereka mengamati jasad itu dari jarak empat puluh sentimeter. Mereka harus tetap menunggu penyidik datang.
Brippol Fernan berjongkok, matanya menatap lekat-lekat jasad pria itu, "Refito ... bagaimana bisa ini terjadi padamu? Aku tak menyangka kalau kasus ini akan membahayakan para anggota bareskrim polri."
"Apa yang terjadi?" Brigjen Pol Yaksa langsung mendekati jasad Bripda Refito, diikuti oleh beberapa polisi lainnya.
"Saya sudah menemukan Refito dengan keadaan seperti ini," balas Brippol Fernan.
Brigjen Pol Yaksa berjalan mendekati Brippol Fernan, "Jelaskan!"
'"Saya berjalan ke sekitar karena ingin mencari pentunjuk tentang keberadaan pelaku. Tetapi saya malah menemukan Bripda Refito dengan terpanah seperti ini."
Brigjen Pol Yaksa menghela napas kecil sekaligus mengangguk, "Baiklah kalau begitu. Kau akan memberitahu kesaksian selanjutnya di kantor."
Brippol Fernan mengangguk.
Lawrence yang ikut hadir dalam peristiwa ini mengamati dengan teliti jasad Bripda Refito. Tetapi tak ada petunjuk apa pun yang ia dapatkan. Panah yang menusuk tajam punggung Bripda Refito hingga menembus dua sentimeter ke dadanya telah menghilangkan nyawa seorang polisi yang selama ini bersikap teladan dan ramah kepada siapa pun. Lawrence menyesali atas apa yang terjadi. Anak itu semakin yakin kalau pelakunya adalah Felisa.
"Lawrence." Brigjen Pol Yaksa menepuk bahu kanan anaknya.
Lawrence tak menoleh, "Ada apa?"
"Apa kamu menemukan sesuatu?"
Lawrence menggeleng kecil.
"Baiklah, sepertinya pembunuh Bripda Refito dengan Briptu Adirh sama. Pelakunya masih di sekitar sini setelah membunuh Briptu Adirh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Anomali
Mystery / ThrillerHighest Rank #27 in horor Rank #25 in Thriller Rank #81 in Mistery Rank #3 Menegangkan Labentis Phantera Leo (LPL) adalah sebuah tempat menuntut ilmu yang mirip dengan dunia perkuliahan, namun masih diiringi bimbingan guru. Siapa sajakah guru pembi...