Bag. 26▪Ungkap

510 82 6
                                    

Felisa membuka mata. Dalam kepalanya hanya teringat pesawat. Iya, dia berada di pesawat sebelumnya. Lalu, saat ini ia di mana? Felisa melihat ke bawah, kedua kakinya terikat. Setelah menyadari, ternyata kedua tangannya terikat di balik punggung dan mulutnya tertutup rapat oleh selotip. Ia berusaha menggerakkan seluruh bagian tubuhnya agar tali tambang yang mengikatnya terlepas. Sebelum berhasil, Steright datang bersama Mrs. Revina. Pakaian mereka berbeda. Mereka mengenakan pakaian hitam dengan alat komunikasi pada masing-masing telinga kanan.

Steright? Mrs. Revina? batin Felisa dengan mata membulat.

Mrs. Revina tersenyum, sedangkan Steright berwajah dingin.

"Aku belum bercerita ya, tentang kehidupanku."

"Hmmphh ...."

Steright mendekati Felisa, dan membungkuk berusaha menyamai Felisa yang terduduk di lantai. "Fel, aku bukan lima belas tahun. Umurku dua puluh satu tahun. Aku awet muda? Ataukah aku tidak menua? Dan ... aku tidak tumbuh?"

Steright menarik keras selotip pada mulut Felisa, meninggalkan warna merah di sana.

"Apa maksudmu? Kenapa kau mengikatku?"

Steright tersenyum. "Biarkan aku menjelaskannya. Jadi, di sini, sekarang, di detik ini, aku ... bukan Steright Zaley yang kau kenal. Aku adalah Sterta Arkerley, cucu dari Zactra Arkerley. Dan, kau tahu siapa Zactra Arkerley? Dia adalah kakek yang selama ini tinggal bersamamu, bersama Cleve Urtana. Dia bukan Sultan Fenos, kan?"

Tubuh Felisa kaku. Mulutnya terkunci dengan mata membelalak tak percaya.

"Mungkin, bagimu ini tidak masuk akal. Tetapi, itulah yang terjadi. Aku masuk ke hidupmu, hanya untuk membunuh dan menghancurkan Sultan Fenos. Aku dari Nauru. Aku datang ke Indonesia sendiri. Dan, aku bertemu rekan yang baik. Revina."

Felisa menggeleng kecil, "Ada masalah apa kau dengan kakekku? Dan ... dan kenapa ... kenapa ini bisa terjadi? Aaah!" Felisa memegang kepalanya kuat-kuat, ia hampir frustasi.

Steright tertawa renyah, "Apa sih yang kau tahu? Dan, oh ya, Lawrence sudah mati. Aku ingin mengabari kabar duka itu."

Felisa tercengang. Punggung dan kepalanya terasa panas. Lidahnya kelu. Hatinya seakan teriris pisau.

Lawrence? Mati?

"Tidak mungkin! Dia anak yang cerdas!"

"Tapi lebih cerdas aku sepertinya." Steright tersenyum dengan tatapan tajam. "Tujuanku membawamu kemari untuk memancing Sultan Fenos. Sekarang kita berada di Nauru, di sebuah desa tempat kelahiranku dan tempat berakhirnya kebahagiaanku. Perih."

Felisa mulai menangis, "Kenapa? Kenapa kau kejam? Kenapa kau menipuku? Kenapa? Seberapa besar kesalahan kakekku padamu, hah?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Steright berpaku dingin dan meluruskan dirinya. Beberapa detik ia menatap kehampaan pada dinding kayu di belakang Felisa. Kedua tangannya ia masukkan pada saku celana sebelum berkata.

"Felisa Auristela Swaley ...,"

"Bukan, namaku Felisa Auristela saja!"

"Tidak. Akta kelahiran, kartu identitas, nama dalam kartu keluarga, semuanya tertulis Felisa Auristela Swaley. Cleve berusaha keras menyembunyikan nama belakangmu agar kau tidak ikut serta dalam kelicikan Fenos. Tetapi, dia salah. Dia pikir aku tak bisa bermain jahat juga, dan membuatmu masuk dalam permainan Fenos."

Mata Felisa berkaca. Terlalu banyak hal yang harus dicerna otaknya. Terlalu banyak hal yang ia tak mengerti.

"Kalau membicarakan seberapa jahat Fenos padaku, sungguh ... direndam tujuh puluh ribu tahun dalam air neraka tak akan cukup membalas seluruh perlakuannya kepada setiap orang yang telah ia curangi. Dia adalah sosok pria yang cerdas, jelas! Tetapi, ia menyalahgunakan kecerdasannya itu dalam sebuah proyek yang ia bangun sejak ia muda. Karena proyek itulah, kau tak akan menyangka bagaimana perawakan dan wajah Fenos. Ia seperti anak muda yang gagah. Sama seperti yang ia berikan padaku, sebuah formula agar aku tetap muda dan tidak pernah tumbuh ketika aku berumur lima belas tahun."

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang