Bag. 14 ▪ Memanipulasi Pembunuh

1.1K 121 6
                                    

"Perkenalkan, nama saya Rano, penyidik dari kepolisian. Apa anda yang bernama Mr. Vender?" Rano segera masuk dan duduk di sofa setelah menutup pintu.

"Iya dengan saya sendiri. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya ingin bertanya tentang sekolah ini. Apakah benar pintu keluar masuk LPL hanya satu, di depan lorong satu?" Rano mengangkat kedua alisnya.

Mr. Vender diam. Dia menatap Rano dengan penuh kebisuan dan mencerna dalam-dalam pertanyaan yang Rano lontarkan barusan.

"Ada apa?" Rano mendesak.

Mr. Vender menghela napas. "Tidak ada. Pintu keluar masuk LPL hanya satu."

"Anda yakin?" Rano menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, saya yakin."

Rano sedikit menyipitkan matanya. "Siapa arsitekturnya?"

"Tidak tahu."

"Anda kepala LPL keberapa?"

"Tiga. Saya juga tidak terlalu mengenal kepala-kepala sebelumnya."

Rano manggut-manggut. "Apa anda tahu nama dan dimana tempat tinggal kedua kepala sebelumnya? Atau nomor teleponnya mungkin?"

Mr. Vender menggeleng cepat. "Tidak ada."

"Siapa guru yang sudah mengajar di sini saat anda menjadi kepala LPL? Apa dulu anda guru di sini juga sebelum itu?"

"Tidak, saya langsung menjadi kepala di sini."

"Jadi, siapa guru yang sudah mengajar saat anda menjadi kepala?"

"Tidak tahu," Mr. Vender berbicara begitu pelan.

Rano menaikkan sebelah alisnya, "Tidak tahu ya? Bagus sekali. Yakinkah anda tidak tahu? Kemudian siapa yang anda curigai pelaku di balik semua pembunuhan ini?"

Mr. Vender menghembuskan napas kecil. "Orang luar sepertinya."

"Siapa?"

Mr. Vender diam, dia bingung harus menjawab apa. Karena jawaban yang tadi ia berikan hanya asal saja dia sebut.

Rano berdiri, dia mendekati meja Mr. Vender. "Bisa antar saya berkeliling LPL?"

"Saya sibuk. Mungkin saya bisa suruh salah satu guru untuk—"

"Tak perlu. Jika anda sibuk hari ini, mari berkeliling besok." Rano tersenyum.

Mr. Vender menatap Rano dengan pandangan yang tak dapat diartikan.

"Kenapa? Anda tidak bisa?"

"Ekhem... sebenarnya begini, besok saya tidak datang ke sini. Berhubung sekolah libur, saya ingin meluangkan waktu sebentar untuk keluarga kecil saya. Saya selama ini terlalu sibuk untuk di rumah."

Rano memegang dagunya sambil melihat ke bawah. "Alibi yang bagus. Baiklah kalau begitu, saya akan menunggu anda selesai menyelesaikan pekerjaan anda. Saya tunggu di depan pintu. Saat anda membuka pintu untuk keluar, saya sudah siap untuk berkeliling." Rano tersenyum kemudian keluar ruangan Mr. Vender tanpa pamit.

Sedangkan Mr. Vender menatap kaku punggung Rano yang hilang dari balik pintu.

•••••••

Rumah Lawrence mulai dipenuhi petugas kepolisian. Brigjen Pol Yaksa juga sudah datang dan merasa sangat tertusuk hatinya melihat wanita yang dicintainya gantung diri. Polisi masih menyelidiki apakah ini memang kasus gantung diri individu atau ada keterkaitan pihak lain. Lawrence duduk termenung di ruang tamu. Seharusnya dia menunggu di luar, tetapi karena termasuk anggota polisi dia diperbolehkan berada di dalam rumah walaupun tak banyak membantu. Bahkan mungkin tak membantu sama sekali.

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang