Bag. 18 ▪ Kesengsaraan Dunia

987 109 4
                                    

"Ikut? Ke mana?"

Steright menghela napas. "Katanya, kau ingin bekerja sama denganku. Kurasa inilah saatnya."

Siera berpikir.

"Ada apa? Kau sudah berubah pikiran?"

Siera menggeleng cepat. "Mana mungkin aku berubah pikiran secepat itu. Tapi, apa yang kau rencanakan?"

Steright tersenyum miring. "Menyingkirkan orang yang kau benci. Lawrence."

Siera mengernyit. "Apa?"

"Kalau kau tak mau kelewatan satu tontonan yang menyerukan di sini, maka ikutlah denganku."

•••••••

Cleve Urtana. Wanita tua itu masih dalam perjalanan menuju Indonesia. Ia naik kapal laut yang mengangkut ribuan kardus berisi obat-obatan terlarang. Kapal tanpa surat izin pelayaran yang sah. Rencana Cleve setelah ini, dia akan membawa Felisa kembali. Dia sama sekali tak habis pikir dengan suaminya, yang begitu nekat mengambil Felisa.

Tujuan pelariannya kemarin hanya agar identitasnya tak terbongkar dan menghindar dari ratusan pertanyaan yang diajukan polisi-polisi itu. Bukan karena Felisa. Dia semata-mata egois, memikirkan dirinya sendiri. Toh, baginya Felisa juga bukan cucunya, dan itu memang benar. Dia juga puas telah membunuh Healvila dan Gissla. Supir taksi yang dinaiki Healvila sebelumnya memang sudah dibayar Cleve agar sengaja menabrakkan kendaraan itu.

Sedangkan Gissla, Cleve menyayat nadi di tangan kiri adiknya itu. Dan membuat seolah-olah Gissla bunuh diri. Hebatnya, Cleve tahu bahwa Gissla sedang dalam keadaan frustasi karena pekerjaannya yang super sibuk dan hanya memberikannya tidur satu jam sehari. Sehingga tak menimbulkan kecurigaan pada polisi. Siapa yang mengira, bahwa Cleve Urtana tak memiliki sidik jari. Hanya saja hal ceroboh dia lakukan dengan meninggalkan kartu namanya di kamar Gissla dan membuat dia dituding sebagai tersangka dan buronan di Jerman.

Sekarang, dia akan ke tempat suaminya. Sultan Fenos. Manusia sok berkuasa itu akan dimarahi habis-habisan olehnya. Bagaimana tidak? Suaminya itu sudah menyerahkan Felisa padanya hingga dia berumur 17 tahun. Tapi masih jauh dari tenggat waktu, Fenos sudah mengambil Felisa kembali. Tanpa memberitahunya pula. Dan dia sama sekali tak mementingkan si pria tua bodoh yang selama ini tinggal di rumahnya. Dia memanggilnya Haustier alias sebagai hewan peliharaan.

Dia bukan suaminya. Bukan Kakek Felisa. Bukan keluarganya. Bukan kenalannya. Bukan siapa-siapanya. Tiba-tiba saja dulu Fenos membawa pria itu ke rumah. Pria yang sudah dimodifikasi sehingga sangat mirip dengannya, bahkan mungkin sama. Hanya saja pria itu lebih kurus. Fenos adalah orang yang licik, jahat, keji, kejam, tak berprikemanusiaan yang mau menikah dengan Cleve, seorang wanita adermatoglyphia yang menderita penyakit tumor langka.

Tumor itu sudah menjelajahi hampir lima puluh persen tubuhnya. Di ginjal, hati, jantung, dan pankreasnya sudah dihinggapi gumpalan daging itu. Di dunia, sekitar 0.00001% penderita penyakit semacam ini. Tumor yang kemudian berkembang menjadi kanker ini awalnya manis di depan. Dia memberikan kekuatan kepada penderitanya sehingga tidak mudah sakit. Untuk itulah, jarang orang mengetahui gejala datangnya penyakit ini. Hingga saat sudah menyebar, barulah mereka sadari.

Belum ada penderita yang selamat jika berhadapan dengan penyakit ganas ini. Kemungkinan juga, Cleve akan berakhir sama. Tetapi, berkat penyakit itulah dia bisa menghilangkan jejaknya. Dia begitu kuat walaupun umurnya yang sudah lansia. Misi terakhirnya sebelum pergi adalah merawat Felisa dengan baik hingga 2 tahun mendatang. Setelah itu, kesepakatan pahit harus diterimanya karena dia akan segera diceraikan oleh Sultan Fenos. Dia juga tak mau berurusan dengan orang yang menurutnya gila selama ini.

Setelah pertengkaran beberapa tahun lalu, dia menyetujui kesepakatan yang dibuat Fenos. Setelah menyerahkan Felisa kembali dua tahun lagi, dia akan benar-benar pergi dari kehidupan Fenos. Dia tak ingin tahu apa yang akan suaminya itu lakukan pada Felisa, cucunya sendiri, cucu kandung istri pertamanya.

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang