Di pagi buta para guru LPL sudah berada di ruang rapat. Mr. Vender bersama guru lainnya akan melaksanakan rencana mereka yang telah disusun kemarin. Setelah berunding, mereka sepakat memakai seorang murid perempuan kelas 4-D jurusan hospitium, bernama Reta. Para guru memilih dia karena selain dia berada di jurusan hospitium, datangnya juga paling pagi diantara murid-murid lain. Entah bagaimana, tetapi murid-murid yang tewas pasti berada di jurusan hospitium.
Setelah perundingan kecil untuk membahas ulang rencana kemarin, semua guru keluar dari ruang rapat dan bersikap biasa selayaknya hari-hari kemarin. Sekolah masih sepi, belum ada murid yang datang. Keempat penjaga sekolah mulai berapi-rapi untuk istirahat. Mrs. Revina dengan jalannya yang elok berjalan menuju ruangannya yang masih dikelilingi garis polisi. Dalam hatinya bertanya, kapan dia bisa masuk lagi ke ruangannya yang nyaman itu yang sekarang menjadi tempat pembunuhan.
Sialan kau, OVe, batinnya.
Ponsel Mrs. Revina berdering. Dia segera mengangkatnya dan berjalan menjauh dari ruangannya. Saat menjauh, Lawrence bersama Brigjen Pol Yaksa datang ke ruangan itu bersama beberapa polisi lainnya. Lawrence memperhatikan Mrs. Revina hingga wanita itu diam di dekat pohon mangga sambil memainkan kuku-kuku jari tangannya.
"Apa yang kamu lihat?" Brigjen Pol Yaksa membuyarkan pandangan Lawrence.
Lawrence hanya membalasnya dengan tatapan dingin tanpa ekspresi. Brigjen Pol Yaksa tak mementingkan itu dan segera melangkah memasuki ruangan Mrs. Revina dengan sarung tangan dan masker. Lawrence tak ingin ikut masuk. Entah kenapa dia lebih tertarik dengan Mrs. Revina. Karena terlalu penasaran, Lawrence berjalan mendekati guru itu. Dia diam ketika sekiranya sudah dapat mendengar obrolan Mrs. Revina dengan orang di sebrang telepon. Matanya tertuju pada salah satu bangunan LPL dekat sana, untuk menghilangkan kecurigaan.
"Tenang saja, semoga rencananya berjalan mulus."
Klik
Lawrence mendengar ucapan terakhir Mrs. Revina sebelum menutup telepon. Ucapan itu membuatnya lebih curiga terhadap wanita dua puluh enam tahun itu. Setelah selesai menelepon, Lawrence melihat Mrs. Revina pergi menjauh dan menuju lorong tiga. Otak Lawrence berpikir cepat, diam-diam ia mengikuti Mrs. Revina dengan jarak yang cukup jauh. Saat sampai di ujung lorong tiga, dia tak menemukan keberadaan Mrs. Revina.
"Dimana dia?" gumamnya.
Tetapi Lawrence tak ingin terlihat mencurigakan. Ia kemudian berjalan dengan santai mengelilingi beberapa ruang kelas hanya untuk memeriksa. Sedangkan di balik pohon mangga besar dekat dengan ujung lorong tiga, Mrs. Revina mulai menampakkan wujudnya. Matanya lihai memperhatikan setiap langkah Lawrence.
"Kau rupanya Lawrence. Kau mulai mencium rencana para guru sepertinya. Kuakui, kau terlalu pintar hingga sangat jeli dengan sekitarmu. Tetapi kau salah jika ingin bermain denganku."
Mrs. Revina segera keluar dari balik pohon dan berjalan kembali memasuki lorong tiga. Dia harus secepatnya melaporkan hal ini pada Mr. Vender.
•••••••
AKBP Tristan berjalan dengan berkas-berkas kasus kematian Drita Raya Geflusa di tangannya. Dia akan menyerahkan laporan itu pada atasannya, Jend Pol Rycer. Kebetulan sekali di pertengahan jalan menuju ruangan jendral polisi itu, AKBP Tristan bertemu dengan orang yang memang dia ingin temui.
"Bagaimana?" tanya Jend Pol Rycer.
AKBP Tristan sedikit membungkuk, memberi penghormatan, "Ini Jendral, semua laporan tentang tewasnya Drita Raya sudah ada di sini. Kalau pelakunya sudah benar-benar jelas, kami akan segera menangkapnya." AKBP Tristan menjulurkan map berisi berkas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Anomali
Mystery / ThrillerHighest Rank #27 in horor Rank #25 in Thriller Rank #81 in Mistery Rank #3 Menegangkan Labentis Phantera Leo (LPL) adalah sebuah tempat menuntut ilmu yang mirip dengan dunia perkuliahan, namun masih diiringi bimbingan guru. Siapa sajakah guru pembi...