Bag. 20 ▪ Ternistakan

973 107 0
                                    

Siera mengusap-usap matanya. Apa barusan tadi dia tidak salah lihat? Dia melihat OVe di lantai dua sedang berlari cepat menuju tangga ke lantai dasar. Siera segera turun dari atas pohon depan UKS dan mengikuti arah kemana perginya OVe.

"Hei!" Seorang anak perempuan kelas 2 tiba-tiba meneriakinya ketika Siera berdiri di depan kamar mandi.

Spontan, Siera menoleh dan menatap bingung.

Anak perempuan itu menghampirinya. "Cari mati ya kamu."

Siera mengernyit. "Hah?"

"Sudah, jangan cari gara-gara. Karena anak seperti kamu nih, teman-teman kita jadi korban."

"Apa maksudmu?"

"Dengar ya, umurmu enam belas tahun kan? Sudah pasti kamu kelas dua. Kamu sudah diperingatkan kan oleh Mrs. Revina kalau kita tidak boleh melihat OVe selain kelas satu B Hospitium."

Seketika, kepala Siera dipenuhi tanda tanya besar. Ia tidak tahu apa yang dikatakan anak seangkatannya ini.

"Hei, kamu dengar nggak?" Anak itu memukul tangan Siera.

"Me—memangnya ... ada apa? Kenapa kita tidak boleh melihat OVe?"

Anak itu memutar bola matanya. "Kamu murid baru, ya? Tapi ya walaupun murid baru, seharusnya sudah tahu. Jadi, LPL itu punya peraturan, tidak ada anggota yang boleh melihat OVe selain kelas satu B Jurusan Hospitium. Dan, yang tahu peraturan itu hanyalah kita. Murid kelas satu B tidak ada yang tahu, karena memang tidak diberitahu."

"Apa? Kenapa seperti itu?"

"Ayolah, kau ini bodoh atau gimana sih. Tunggu dulu, jangan katakan kau sebenarnya anggota kelas satu B Jurusan Hospitium itu?"

Siera terpaku bisu.

Anak perempuan itu segera menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia sudah salah ngomong. Bisa-bisa nyawanya menjadi taruhan.

"Bukan," Siera tersenyum, "umurku enam belas tahun. Ingat? Tak mungkin kan aku di kelas satu."

"Ah, syukurlah." Anak itu menghela lega.

"Aku baru masuk hari ini. Perkenalkan, namaku Violetta Siera Swaley." Siera mengulurkan tangan.

Tetapi anak itu tidak menjabahnya. "Oke, halo Violetta. Aku akan memberitahumu peraturan yang ada di sini. Pertama, di sini ada seorang guru bernama Oppotaines Velduptos alias OVe, dengan huruf kapital O, huruf kapital V, dan huruf e kecil. Kata para guru di sini, dia bukan manusia, namun bukan juga hantu. Tapi dia makhluk hidup nyata. Dia bisa melihat walaupun dengan menunduk, karena sebenarnya indra penglihatan utamanya bukan terletak pada mata seperti kita."

"Jadi, sebenarnya OVe itu makhluk seperti apa?"

"Entahlah, tidak ada yang tahu apa sebenarnya dia. Tetapi, ada tiga makhluk seperti itu di dunia. Dan, setiap tahun saat penerimaan murid baru, dia selalu menyambut murid-muridnya di depan lorong satu. Tapi, dia hanya berdiri beberapa menit di sana dan mungkin murid yang datang pagi sekali berjumpa dengannya, seperti aku dulu. Tetapi, setelah diceritakan legenda Sangko Laking, kami semua jadi tahu asal usul OVe. Empat tahun yang lalu, katanya teror pembunuhan di LPL berhenti. Itu karena kepala sekolah dan para guru membuat perjanjian yang sifatnya privasi. OVe itu sebenarnya pembunuh."

"Kalau sudah membuat perjanjian, kenapa OVe membunuh lagi sekarang?"

"Itu akan terjadi kalau salah satu anggota LPL kecuali kelas pilihan OVe melihatnya dengan sengaja. Untuk itu, makanya kita jangan melihat OVe. Kalau tidak sengaja, pura-pura saja tidak lihat dia."

"Oh ya, tadi katamu ada tiga makhluk seperti dia?"

"Awalnya hanya OVe saja. Tetapi entah bagaimana, sekarang menjadi tiga."

Guru AnomaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang