Steright mengangkat tubuh Lawrence. Menyeret lelaki itu hingga masuk ke rumahnya. Dia membiarkan Lawrence berbaring bisu di atas kasurnya. Sementara itu, Felisa terkapar pingsan di ruang tamu setelah ia berikan obat tidur. Dia kemudian mengambil ponsel Lawrence dan mematikan dayanya agar polisi tidak bisa mendeteksi keberadaannya.
Steright mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang yang sangat dia kenal. "Halo?"
"Aku sedang dalam pelarian."
"Kerjamu bagus hari ini. Lawrence sekarang sudah tak berdaya."
"Tentu saja, seperti biasa. Apa yang harus kulakukan lagi untukmu, Tuan Arkerley?"
"Aku sudah mempunyai rencana. Kita bertemu di bandara, Revina."
Mrs. Revina tertawa kecil. "Sedang dalam perjalanan."
Steright mematikan sambungannya.
"Felisa, Lawrence, Fenos!" panggilnya.
Ketiga robot pintar ciptaannya itu segera menghampirinya.
"Bersiaplah, kita akan pergi sekarang. LPL sudah hancur." Steright menyeringai.
"Baik, Tuan," balas ketiganya bersamaan.
Mereka bubar dan segera mempersiapkan apa saja yang harus dibutuhkan. Steright cerdas. Dia bukan anak kecil sembarangan, melainkan orang dewasa yang tidak bisa tumbuh selayaknya. Karena pria tua itu. Dulu, dia memang masih kecil hingga tak bisa melawan takdir. Dia kehilangan seluruh keluarganya. Sekarang, saatnya untuk membalas apa yang telah Fenos lakukan padanya.
Dia ingat pesan kakeknya, Zactra Arkerley sebelum dibawa pergi dengan paksa oleh orang-orang suruhan Fenos. Katanya, ada dua orang yang membantu Fenos dalam melaksanakan rencana kejinya. Yaitu Felisa dan Lawrence. Tetapi dia tidak tahu bagaimana wajah kedua orang itu. Dan akhirnya, semuanya bertemu di LPL. Sudah tidak salah lagi, bahwa dua orang itu yang dimaksud kakeknya dulu.
Walaupun mungkin ada orang di dunia ini yang memiliki nama sama, tapi rasanya tidak jika mereka ikut campur dalam urusan ini. Karena itulah, Steright memberi nama tiga robotnya Fenos, Felisa, dan Lawrence yang dia jadikan pembantu, mungkin lebih tepatnya budak karena dia benci semua yang berhubungan dengan Fenos.
•••••••
Kombes Pol Kevin segera masuk ke mobil bersama AKBP Tristan. Di belakang mereka ada dua polisi lainnya. Segera, Kombes Pol Kevin tancap gas mengikuti mobil di depan yang berisi rekan-rekannya juga termasuk Irjen Pol Nevara dan Rano. Tujuh mobil polisi berangkat menuju LPL, setelah mendapat informasi bahwa ada yang membuat kericuhan dengan menembak dan memanah para murid dan guru di sana.
AKBP Tristan mencoba menelepon Brigjen Pol Yaksa dan Jend Pol Rycer, namun kedua ponsel itu tidak aktif. Kombes Pol Kevin juga khawatir kepada anggotanya yang berangkat ke hutan pinus itu tadi pagi karena sampai sekarang belum ada kabar. Jalanan yang begitu macet menghambat mereka untuk sampai ke LPL. Gawat! Semuanya bisa menjadi lebih buruk.
Setelah dua puluh menit berdesak-desakkan dengan kendaraan lain, tujuh mobil itu sampai di depan gerbang LPL, yang sudah menciut, gosong, dan patahannya berhamburan. Untung saja hanya bangunan sekolah ini yang berdiri di sini. Tidak ada rumah-rumah atau tempat apa pun di sekitarnya selain pepohonan yang asri.
Rano bersama Irjen Pol Nevara keluar lebih dulu dari mobil. Kombes Pol Kevin dan AKBP Tristan menyusul. Kemudian satu per satu polisi keluar. Melihat begitu mengenaskannya LPL sekarang. Miris, memang. Mereka terlambat. LPL sudah sepi, seakan bangunan ini memang layak diluluh lantahkan. Mayat bergelimpangan dimana-mana. Dengan senapan siaga, AKBP Tristan melangkahkan kaki terlebih dahulu masuk ke halaman LPL.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Anomali
Mystery / ThrillerHighest Rank #27 in horor Rank #25 in Thriller Rank #81 in Mistery Rank #3 Menegangkan Labentis Phantera Leo (LPL) adalah sebuah tempat menuntut ilmu yang mirip dengan dunia perkuliahan, namun masih diiringi bimbingan guru. Siapa sajakah guru pembi...