Chapter 06: Sebelum Festival

73 13 3
                                    

Kemeriahan karena pelantikan Pangeran Hiiro Matsumura Verenian serta Pangeran Excatio Yaranius usai sudah. Sang Surya telah merasa lelah menyinari dunia Neironius dan menenggelamkan dirinya ke cakrawala. Kegelapan malam kembali menguasai seluruh kerajaan dan seluruh rakyat telah usai bekerja serta tengah beristirahat di rumah-masing-masing. Namun, mereka tidak sendiri. Sang Rembulan telah purnama dan tengah menemani istirahat mereka ditemani oleh para pendamping setianya, yakni bintang-bintang yang bertaburan di langit malam, berkelap-kelip memancarkan cahaya beraneka warna.

Meski malam hari adalah waktunya untuk beristirahat, beberapa pekerja keras masih harus melaksanakan tanggung jawabnya. Mereka adalah para penjaga Outer Wall dari Kerajaan Cahaya yang bersenjatakan busur serta mengenakan zirah berbahan terbaik. Mata mereka yang tajam dan awas mengedarkan pandangan ke sekeliling. Anak panah mereka terpasang di busur, siap untuk ditembakkan apabila tampak gerakan yang mencurigakan. Meski hanya diperlengkapi penerangan berupa obor, mata mereka yang tajam mampu menembus kegelapan malam hingga bermeter-meter jauhnya.

Sementara itu, bagian dalam kerajaan amat sunyi dan remang-remang, hanya diterangi oleh beberapa lampu jalan dan obor serta cahaya dari lampu-lampu sihir di dalam rumah-rumah yang menembus jendela. Tepat di pusat kerajaan, sebuah istana yang megah berdiri. Amat luas dan berdiri kokoh. Dikelilingi kebun yang luas serta dipagari oleh pagar besi tajam berduri yang dilengkapi sensor sihir. Di waktu malam, selalu istana itu yang menjadi sumber cahaya utama. Cahaya dari lampu-lampu sihirnya seolah menantang cahaya bulan purnama. Beberapa penjaga, pekerja, dan pelayan tampak sibuk melayani dan merawat anggota-anggota keluarga kerajaan. Namun, ada satu anggota keluarga kerajaan yang tampak berdiri seorang diri di kandang kuda yang terletak di kebun, hanya ditemani oleh lampu-lampu sihir yang menerangi kandang. Dia adalah Sang Pahlawan yang telah mengalahkan elf iblis Bael, Pangeran Hiiro Matsumura Verenian.

Pangeran itu tersenyum miris dengan wajah yang tampak sedih sembari membelai lembut leher salah satu dari sekian banyak kuda yang tinggal di kandang kuda tersebut. Seekor kuda dengan bulu lembut berwarna putih bersih. Dan, itu bukan kuda biasa. Itu adalah seekor Pegasus!!! Sepasang sayap putih selebar beberapa meter tampak terbentang luas dan mengelus-elus kepala Sang Pangeran, seolah membalas belaian pemuda tersebut. Tampak beberapa kuda lainnya juga memiliki penampilan tidak wajar, seperti memiliki satu tanduk yang menempel di atas hidung, memiliki dua tanduk layaknya sapi dan kerbau, serta ada juga yang memiliki atribut berupa api putih di keempat kakinya. Ya ..., wajar saja, sih .... Sebab Neironius adalah dunia fantasi, dunia di mana semua khayalan bisa menjadi kenyataan. Tentu banyak hal yang tak lazim bagi orang awam di sini.

Mendadak, sesemakan yang dipangkas rapi di kebun bergoyang entah kenapa. Suara gemerisik terdengar dengan jelas, disusul oleh suara langkah kaki manusia. Tentu saja Pangeran Matsumura tersentak kaget dan bergegas menoleh ke belakang. Dari balik kegelapan, sosok seorang wanita paruh baya berpakaian bangsawan muncul sembari tersenyum geli. Ia adalah Sang Ratu.

"Ah, Ibu. Aku kira hantu," ucap Pangeran Matsumura sembari terkekeh. Sang Ratu pun tak bisa menahan tawanya.

"Ayolah. Kau baru saja mengalahkan Bael Sang Elf Iblis kemarin, dan sekarang kau takut pada hantu?" ujar Sang Ratu sembari tertawa kecil. "Ngomong-ngomong, apa yang sedang kau lakukan di sini? Gelap-gelapan pula. Nanti didatangi hantu betulan, lho."

Pangeran Matsumura kembali membelai leher Pegasus tersebut. "Aku memutuskan ..., untuk berpartisipasi dalam festival Freedom Wave. Sebagai seseorang yang mendapat berkat paling banyak dari tiga dewa agung, aku harus menunjukkan rasa syukur dan terima kasihku."

"Begitu ...," ujar Sang Ratu. "Jadi, hewan tunggangan mana yang akan kau bebaskan?"

Festival Freedom Wave adalah festival yang diwariskan secara turun-temurun di kedelapan kerajaan manusia, biasanya diselenggarakan ketika mereka baru saja bebas dari penjajahan, penyerangan, selamat dari bencana maupun bahaya, dan lain-lain. Dalam festival ini, peserta yang berpartisipasi akan melepaskan salah satu dari hewan tunggangan atau hewan peliharaan miliknya ke hutan besar yang berada di sebelah selatan Kerajaan Cahaya sebagai tanda kebebasan mereka dari belenggu bahaya serta penderitaan, juga sebagai bentuk balas budi, syukur, dan rasa terima kasih atas berkat dari para dewa.

Pangeran Matsumura kembali tersenyum miris sembari terus membelai Pegasus tersebut. "Aku akan membebaskan ..., Elstra ...."

"Eh?!" Sang Ratu tampak terkejut. "Tapi, dia sudah menjadi hewan tungganganmu selama sembilan tahun, lho!! Selain itu, hubungan kalian berdua tampak sangat erat. Apa kau yakin tentang hal ini?"

"Tentu saja aku yakin," ujar Pangeran Matsumura dengan mantap.

Mendengar itu, Sang Ratu tersenyum senang. Kedua matanya memancarkan tatapan haru. Anak lelakinya yang sulung telah dewasa sekarang. Ia telah mempelajari banyak nilai kehidupan. Putranya itu tak hanya tegar atas kepergian ayahnya, tapi juga telah mampu mengemban tanggung jawab yang amat besar serta tahu terima kasih dan bersyukur, juga rela mengorbankan hewan tunggangan kesayangannya. Ia bukan lagi anak kecil egois yang suka merengek-rengek di hadapannya dan suaminya minta dibelikan mainan atau makanan kesukaannya. Ia telah tumbuh dewasa.



"Baiklah kalau begitu. Ibu tidak bisa menghalangi keputusanmu."










To be continued

Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang