Chapter 09: Sisa Waktu

84 12 5
                                    

Kicauan burung menyambut terbitnya Sang Mentari, diiringi oleh awan-awan yang berlalu-lalang di langit biru luas, seolah-olah langit itu adalah jalan raya dan awan-awannya adalah kendaraan. Sang Surya belum lama terbit. Ia masih belum rela menjauh dari cakrawala yang telah menemaninya beristirahat selama dua belas jam.

Burung yang tadi berkicau meluncur ke udara, mengepakkan sayap mungilnya, kemudian mendarat dengan sempurna di dahan salah satu pohon di antara lautan tumbuhan hijau bernama Rainforest Chlia yang terletak di selatan Kerajaan Cahaya. Sembari bertengger, ia menghirup udara pagi yang segar dan menatap lingkungan yang masih hijau ini, memanjakan hati dan pikirannya dengan kedamaian hutan.

Mendadak, suara logam beradu terdengar dengan nyaring, mengejutkan si burung hingga ia terbang dengan kecepatan maksimal menjauhi tempat tersebut. Suara itu terdengar sekali lagi, dan sekali lagi. Sebuah rentetan suara. Jelas bahwa sedang ada seseorang yang beradu pedang.

Dan benar saja. Ketika si burung memberanikan dirinya mendekat dan menyibak dedaunan, tampak seorang pemudi berambut pirang keemasan tengah beradu pedang dengan seorang pemuda berambut hitam legam. Mereka adalah Putri Yuukira Stacia Verenian dan Pangeran Hiiro Matsumura Verenian. Tampaknya, kakak-beradik itu tengah melakukan latih tanding.

"Mighty Light Slash!!" Mendadak, pedang yang digenggam oleh Putri Yuukira bersinar terang, melepaskan dorongan yang menciptakan angin kencang, menggetarkan hutan tersebut.

"U-Uwaa!!" Pangeran Matsumura yang tidak siap dengan serangan itu langsung menyilangkan pedang Drasillion tepat di depan dada. "DraShield!!!"

Perisai energi berwarna emas bercampur motif-motif ungu tersebut berhasil melindungi Pangeran Matsumura dari dorongan energi. Pemuda itu mengangkat wajahnya dan menatap kesal ke arah adiknya. "Kau!! Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak menggunakan sihir cahaya dalam latih tanding? Bahkan sedari tadi aku tidak menggunakan kekuatan sihir!!"

"Siapa yang peduli dengan hal itu?" ucap Putri Yuukira sembari menyapu kaki kakaknya hingga terjatuh. Pedang suci Drasillion terlepas dari tangannya.

"He-Hei?! Apa yang kau-"

"Skakmat," ucap Putri Yuukira sembari menodongkan pedangnya ke leher kakaknya. Senyum licik terukir di wajahnya. "Sayang sekali, ya, kakak. Pemenang dari pertarungan kali ini adalah a-"

"Ku?!"

Putri Yuukira terkejut ketika tubuh Pangeran Matsumura perlahan mengalami disintegrasi hingga bertransformasi menjadi debu-debu cahaya yang langsung naik ke langit.

"Light Clone?!"

Mendadak, sesuatu menabrak tubuh Putri Yuukira dari belakang hingga terjatuh dan langsung mengunci seluruh anggota tubuhnya. Pedang milik Putri Yuukira terlepas dari tangannya.

"Keadaan berbalik," ucap Pangeran Matsumura sembari tersenyum penuh kemenangan. "Sekarang, akulah yang men-skakmat dirimu, adik kecil."

Pangeran Matsumura bangkit berdiri. Senyum kemenangan masih terukir di wajahnya. "Sekarang, sesuai dengan perjanjian ..., kau harus-"

"Ya, ya," ucap Putri Yuukira sembari turut bangkit berdiri dengan wajah kesal. "Memberi sepertiga dari uang jajanku kepadamu, 'kan?"

"Tepat sekali," sahut Sang Pangeran.

"Menyebalkan sekali. Padahal aku sudah melanggar aturan, kenapa aku masih kalah?" batin putri tersebut. "Mungkin hukum karma?"

Mendadak, Pangeran Matsumura menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kedua matanya membelalak. Ia segera berlari ke arah sebuah pohon dan terbatuk-batuk di sana. Pemuda itu kembali terkejut begitu mendapati bahwa yang terciprat dari mulutnya tadi adalah darah.

"Ada apa ini?!" batinnya panik. "Aku tak memiliki riwayat penyakit apapun ...."

"Sudah kuduga, aku harus memberitahu kepadamu, Pangeran."

Sebuah suara feminim terdengar dari pedang yang tersarung di pinggul Pangeran Matsumura. Itu adalah suara dari pedang suci Drasillion. Ya, pedang suci Drasillion bukanlah pedang biasa, karena pedang ini tercipta dari kontrak antara Pangeran Matsumura dengan alam dewa.

"Memberitahu? Apa maksudmu?" Pangeran tampak kebingungan.

"Umurmu ... tak lama lagi ..., karena seorang manusia tak bisa berada di taraf dewa dalam waktu yang lama."

"HEEH?!" Kedua mata Pangeran Matsumura terbelalak. "Tapi, kau bilang kalau semua ras bisa mencapai taraf dewa asal bekerja keras dan berusaha!!!"

"Ya, itu benar," sahut Drasillion. "Namun, mereka tak bisa berada di taraf dewa dalam waktu yang lama. Untuk menghindari pemberontakan terhadap pemerintahan dan sistem takdir yang telah susah payah dibuat oleh dewa-dewi terdahulu, maka benang nyawa dari setiap mortal yang berhasil mencapai taraf dewa akan diperpendek."

"Begitu, ya?" Pangeran Matsumura menenggak ludahnya, berusaha menerima kenyataan yang pahit ini. "Lalu, berapa sisa usiaku?"

"Hanya ..., dua hari ...."

"DUA HARI?!" Pangeran Matsumura kembali terkejut.

"Ya," sahut Drasillion. "Apakah kau mau memberitahukannya kepada para rakyatmu dan keluargamu, atau kau mau merahasiakan soal ini dan pergi secara diam-diam, terserah kamu. Keputusan ada di tanganmu, Pangeran."

Pangeran terdiam mematung. Pikirannya berkecamuk. Tak pernah ia menyangka bahwa umurnya akan sependek ini. Tatapan matanya kosong, menerawang ke suatu tempat yang amat jauh.

"Jadi? Apa keputusanmu, Pangeran?"

"...."

Pangeran Matsumura hanya diam, tak menggubris pertanyaan Drasillion.

"Hei? Ada apa, kakak?" tanya Putri Yuukira yang datang menyusul karena khawatir.

"...."

"Kakak?"

"...."

"Hei, ada apa?"

Pangeran Matsumura pun memutuskan untuk merahasiakan peristiwa itu. Ia menyeka tangannya dan membalikkan wajahnya.

"Tidak ada apa-apa .... Mari kita lanjutkan latihan."

Kedua pemuda-pemudi itu meninggalkan tempat tersebut. Wujud roh dari pedang suci Drasillion tampak tengah berdiri di samping Sang Pangeran, tak terlihat oleh siapapun termasuk Pangeran Matsumura. Sosok seorang gadis berambut ungu gelap dengan mata keemasan. Tubuhnya dibalut oleh jubah seputih salju.. Senyum terukir di wajahnya yang seputih susu.










"Jadi itu keputusanmu, Pangeran Matsumura?"







"Kalau begitu, aku akan menemanimu hingga detik terakhir ...."












To be continued




Hmmm *nyium2 sekitar*, bau-bau deathflag :v awokwokwokwokwok *ditampol readers*

Ya, kalian pasti tahu kan siapa yang akan mati di chapter selanjutnya :v Yaaa ..., mohon maaf bagi yang nanti depresi 3 hari 2 malam :v wkwkwkwk. Soalnya kalo ga gini, nanti main storynya ga jalan-jalan dong.

Sekian dan terima kasih untuk kalian para pembaca setia yang sudah meluangkan waktu untuk membaca novel karya author psikopat yang gemar bunuh chara ini :v *ditampol readers sekali lagi* Sampai jumpa di chapter selanjutnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa krisar, vote, dan comment. Bye!!











-Author (@YHLBlizzard)

Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang