Side Chapter: Sang Pengabul (Bagian Terakhir)

54 6 0
                                    

Yap halo gaes :v Karena ulah Dewa Elterior, maka arc Sang Pengabul terputus (Elterior: kok saya yang disalahin, kan anda plot makernya >:v). Nah, kalian penasaran dengan akhir kisah Fuuto? Mari tanpa basa-basi lagi kita cuss saja :v Eh tapi siapkan tisu dulu ya. Akan ada beberapa adegan sad soalnya. Kalau mau dapat feeling yang lebih, bacanya bisa sambil putar lagu 'Ichiban no Takaramono' dari anime Angel Beats, karena lagu itu yang paling perfect dengan side chapter kali ini.







———————————————————————————





Bumi, 500 tahun yang lalu.

Fuuto tengah duduk termenung di ruang televisi rumahnya. Baru saja harapan menghampirinya, tapi harapan itu ditarik kembali oleh takdir. Apakah dewa sekejam itu kepadanya?

"Mengapa ...?"

Kata-kata itu terlontar perlahan dari mulut Fuuto. Air mata mulai menggenangi sudut mata anak itu, perlahan mengalir turun dan membasahi pipinya.

"Mengapa? Apakah kalian ... belum puas?"

"Aku bahkan ..., belum sempat menunjukkan karya-karyaku kepadanya," ucap Fuuto sembari menatap tumpukan buku tulis yang terletak di atas meja. Novel-novel karyanya, yang ia buat karena cita-citanya adalah menjadi seorang novelis terkenal. Namun, tampaknya takdir menghalangi impiannya itu.

"Ah, tapi mungkin sebaiknya beliau tidak membaca novel-novel itu. Itu hanyalah novel-novel sampah karya author psikopat yang gemar membunuhi karakternya ...."

"Alasanku sering membunuh karakter di novelku ..., adalah agar aku bisa menuangkan kesedihan ini. Aku tak bisa menuangkannya di manapun dan kepada siapapun. Jadi, aku sengaja sering membuat dan membaca novel-novel yang menyentuh dan juga menonton anime-anime bergenre sad. Akan terlihat normal ..., jika aku menangis karena itu .... Aku ...."

Air mata semakin deras mengaliri wajah Fuuto.

"Mengapa? Mengapa aku harus mengalami semua hal ini? Mengapa aku harus kehilangan segalanya?!! Ayah, ibu, masa kecilku yang berharga, semua yang kumiliki, bahkan Matsumura-sensei ...."

"Apa aku sanggup ... melanjutkan hidup ini sendirian?"

Kemudian, ia teringat akan perkataan terakhir Matsumura sebelum pria itu lenyap tanpa jejak.

"JANGAN MENYERAH!!! JANGAN PERNAH MENYERAH!!! Teruslah tapaki jalan kehidupan!!!"

"Mungkin ..., memang benar .... Ini adalah suatu bagian dari takdir ...."

"Aku harus meninggalkan masa lalu, dan mulai melangkah ke depan."

Fuuto mengangkat kepalanya. Pandangannya menerawang ke langit senja yang terlukis indah di jendela. Senyum mulai terukir di wajahnya. Dengan segera, ia mengambil pulpen dan buku novelnya, kemudian menulis suatu bab baru dari novel tersebut. Suasana dipenuhi oleh gesekan-gesekan antara ujung pulpen dan kertas buku novel. Setelah selesai, ditaruhnya kembali pulpen itu di sebelah buku novelnya yang masih terbuka.

"Ibu ..., Arai .... Maaf, aku tidak bisa melindungi kalian. Aku hanya bisa bersembunyi dengan ketakutan seperti pengecut. Aku memang yang terburuk.

Sosok imajinasi dari Arai dan Sang Ibu pun muncul di sebelah kiri dan kanan Fuuto. Keduanya merangkul bahunya.

"Tidak apa-apa, Fuuto. Kami sudah memaafkanmu," ucap mereka berdua nyaris bersamaan.

"Terima kasih sudah menolong dan melindungiku selama ini. Ayah, Ibu, Arai, mulai sekarang aku akan melakukan semuanya sendirian, tapi aku sama sekali tidak takut. Aku tidak sedih. Aku tidak khawatir. Aku akan baik-baik saja tanpa bantuan kalian. Mulai sekarang, aku akan benar-benar menutup halaman kalian dan membuka halaman yang baru."

Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang