"Benarkah?! Di sini tidak ada polisi?!"
"Ya," ujar Yumatsu.
"Kalau tentara?"
"Apa lagi itu?"
"Pasukan pertahanan."
"Tidak ada."
"EH?!"
"Mungkin di kerajaan-kerajaan ada, tapi di desa ini, hampir semua penduduknya lemah. Orang-orang kuat hanya ada beberapa. Mereka yang kuat pun tidak ada yang bisa menandingi kekuatan prajurit kerajaan. Tidak ada yang cukup kuat untuk bisa menegakkan keadilan." Yumatsu berucap sembari bangkit berdiri. "Lagipula kalau ada polisi dan tentara, harusnya kita bisa bertahan dari serangan salah sasaran kemarin dan desa tak akan rusak parah."
"Iya, sih," ujar Matsumura.
"Yah, apa boleh buat .... Kita sebagai manusia lemah harus kuat dan tahan menjalani hidup seperti manusia yang tak punya hak."
"Aku juga sudah sering mengalaminya. Semua penduduk desa ini sudah pernah mati dan kehilangan semua harta kekayaannya minimal sekali, dan maksimal bisa sampai ratusan, ribuan, jutaan, bahkan miliaran kali. Hidup kami hanya dihabiskan untuk menderita dan kehilangan segalanya, mati, dan kemudian hidup lagi, lalu siklus terus berlanjut. Yah, mungkin ini takdir kami. Menjalani infinite death loop seperti ini lebih mengerikan dan lebih buruk daripada kematian itu sendiri."
"Hei. Anda, 'kan, salah satu dari yang terkuat di desa ini? Bagaimana kalau anda saja yang menangkap pembakar itu?" Sang wanita mengajukan sebuah usul.
"E-Eh? Aku? Tapi, kekuatanku tidak terlalu besar. Mungkin aku tidak cukup kuat untuk-"
"Tenang saja," ucap Matsumura sambil tersenyum penuh semangat. "Kami akan membantu. Dengan kekuatan kami, pasti penjahat itu akan bisa tertangkap."
"Ide bagus." Yuuzaki juga terlihat bersemangat.
"Hmph." Senyum penuh semangat turut terlukis di bibir Yumatsu. "Terserah kalian sajalah."
————————————————————————————
Omni-God's Throne Area, Kaminosekai.
Sebuah lingkaran sihir bermotif lambang matahari khas Mesir Kuno muncul tepat di depan tangga berwarna crimson yang menuju singgasana milik Sang Kaisar Dewa yang kini ditempati oleh putra dari Dewi Matahari Multiversal Hikari Heliora DivineCross, yakni Elterior Heliora DivineCross. Seorang malaikat pria bersayap dengan lambang matahari di dahinya dan cahaya oranye yang menyelimuti tubuhnya keluar dari dalam portal tersebut. Dia bertelanjang dada dan hanya mengenakan sehelai kain berwarna putih bersih untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
Malaikat tersebut melangkahkan kakinya menapaki Bridge of Crimson di hadapannya. Begitu sampai di singgasana, dia berlutut dengan satu kaki tepat di hadapan Dewa Elterior yang tengah tersenyum sumringah seolah tak menyesali kekacauan yang telah diperbuatnya di Neironius. Bola-bola perlambang eksistensi dewa milik Kaisar Dewa kini melayang-layang di sekitar tubuhnya. Pancaran auranya sekarang sudah sama persis dengan aura milik Kaisar Dewa. Bahkan, tubuhnya juga mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Dia benar-benar sudah sederajat dengan Sang Kaisar Dewa yang kini telah dijatuhkan, yaitu Mirai Duelista.
"Lapor, Kaisar Dewa Elterior. Kami mendeteksi eksistensi kekuatan pencabut nyawa di salah satu desa di dunia Neironius."
"Kekuatan pencabut nyawa?" Kedua alis Dewa Elterior tertaut, menandakan bahwa dia tertarik dengan informasi tersebut.
"Soul Reaper. Perwujudan dari kekuatan reaper milik Pangeran Hiiro Matsumura Verenian DivineCross alias Shinigami Chroze."
"Apa?!" Dewa Elterior terperanjat. "Kukira kekuatan reaper itu sudah tidak bersamanya lagi."
"Apa perlu kami bergerak untuk menyingkirkannya, Kaisar Dewa Yang Agung?" tanya seorang wanita berlipstik dan berjubah hitam kelam bertudung yang tiba-tiba muncul di samping singgasana Kaisar Dewa sambil memegang sabit pencabut nyawa. Ya, dialah yang sekarang bertugas sebagai malaikat pencabut nyawa.
"Tidak perlu, Sumika," sahut Dewa Elterior sembari tersenyum bengis. "Biarkan kerajaan-kerajaan itu bermain-main dengannya sebentar, kemudian kita akan tunjukkan kepadanya ... kekuatan Sang Reaper yang sebenarnya."
———————————————————————————
Di suatu ruangan yang gelap, sesosok pemuda berambut acak-acakan yang mengenakan kacamata berlensa tunggal tengah berdiri tegap. Semacam cincin raksasa berbahan logam melingkari lengan kanan dan kirinya. Cahaya remang-remang memantulkan warna keemasan dari cincin logam kembar yang berukuran raksasa itu. Tampaknya, pemuda itu sedang merenung. Kilasan dari masa lalu mulai berputar di benaknya.
"Wah!! Lihat!! Lihat!! Itu planet Saturnus!!!" Seorang remaja perempuan berambut hitam sebahu dalam pikirannya terlihat sedang meneropong langit malam dengan menggunakan teleskop. Kelihatannya, dia baru saja menemukan planet Saturnus.
"Benarkah? Aku juga mau lihat!!" Versi masa kecil dari pemuda itu juga ada di sana, sedang tersenyum riang.
Kemudian, kilasan memori yang terproyeksi berganti. Kini, tampak remaja perempuan tadi dalam versi yang lebih muda tengah berlari-lari dan bersembunyi di tengah suatu kebakaran laboratorium sambil menggendong versi kecil dari pemuda tersebut yang tengah tertidur pulas. Dia tampak sedang dikejar oleh sejumlah petugas kepolisian.
"Hei, dia kabur!!"
"Cepat cari!! Pokoknya prototype itu harus kembali pada kita. Kalau tidak, proyek kita bisa gagal!! Bos akan menghabisi kita kalau sampai itu terjadi!!!"
"Kita berpencar!! Kau ke sana, kau ke sana, kau ke sana, dan aku ke sini. Cepat!! Kita tak punya waktu. Bisa-bisa dia keburu kabur."
"Dasar, gadis kecil itu membuat kita repot saja," gerutu salah seorang polisi.
Kemudian, kilasan lain berputar. Tampak perempuan berambut sebahu tadi sedang sekarat dan berlumuran darah. Peluru baru saja menembus dadanya, dan yang menembakkannya adalah pemuda tadi sendiri. Dia berdiri di depan si perempuan sambil menggenggam sepucuk pistol dengan napas yang tak beraturan. Meski sudah berada di ambang kematian, gadis itu tetap tersenyum.
"Jadi, ini jalan yang kau pilih, Saturn? Kalau begitu, kuhargai keputusanmu. Semoga kau terus berpegang teguh di jalan yang kau tempuh ini." Kata-kata terakhir dari perempuan itu terngiang-ngiang di telinga sang pemuda, membuat air matanya mengalir deras membasahi wajahnya. Siluet pemuda tadi menggigit bibirnya dengan penuh penyesalan.
"Maafkan aku ..., maafkan aku ...."
"Maafkan aku!!"
To be continued
Wah, muncul tokoh baru, nih. Siapakah dia? Dan kenapa di dalam kilasan memorinya ada pistol? Apakah dia berasal dari bumi? Lalu bagaimana ceritanya dia bisa sampai di dunia Neironius? Apakah dia kawan? Atau lawan? Dan siapa gadis berambut hitam sebahu di dalam kenangannya itu? Kalau dia yang membunuhnya, kenapa dia menangisi kematiannya? Sebenarnya, apa yang terjadi di masa lalu? Wah, pertanyaan dan misteri di novel ini semakin banyak, nih :v
Penasaran akan jawabannya? Makanya pantengin terus novel ini 😏 (Readers: malah promosi -_-)
Terima kasih sudah membaca chapter ini. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa comment dan vote :3 Saya selaku author pamit undur diri. Sampai jumpa di chapter selanjutnya!! Bye bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!
FantasíaJudul: Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?! English: From a Spirit God, I Got Reincarnated as a Death God?! Judul Alternatif: SpiRaTenGami Pangeran Hiiro Matsumura Verenian DivineCross, putra mahkota Kerajaan Cahaya sekaligus pahlawa...