Chapter 30: Penangkapan (1)

25 3 6
                                    

Malam sudah tiba. Rembulan sudah berada di puncak langit malam, menerangi desa dengan ditemani bintang-bintang yang memancarkan kilau warna-warni. Sebagian besar penerangan di desa telah dimatikan, hanya beberapa lampu sihir di sisi jalan yang masih setia bercahaya, berusaha mengalahkan kegelapan malam meski akhirnya hanya bisa menghasilkan suasana remang-remang. Kesunyian menguasai suasana. Hanya suara serangga malam yang terdengar. Wajar saja karena tengah malam sudah tiba.

*srekk!!*

Sebuah siluet bertubuh kekar mendadak muncul dari tengah kegelapan. Persis seperti kemarin. Ia bergerak bagai kilat, membenturkan sikunya ke kaca jendela dari salah satu rumah hingga hancur berkeping-keping. Namun, sebelum sosok misterius tersebut sempat melompat masuk, sebuah bola cahaya berwarna putih bersih telah terlebih dahulu melesat dan menghantam tubuhnya. Bola putih itu meledak, membuat siluet tersebut terlempar sejauh beberapa meter. Sinar dari lampu jalan kini menimpa tubuhnya. Sekarang, wujud aslinya sudah terlihat. Perampok yang sama dengan kemarin.

"Sudah kuduga. Bersembunyi, menghilangkan hawa keberadaan, dan menyerbu seperti api memang strategi yang bagus." Sosok seorang bocil berambut hitam melangkah keluar dari balik dinding gang tempat dia bersembunyi. Senyum menantang tergambar di wajahnya. Ya, bocah itu adalah Matsumura. "Strategi Furinkazan nomor dua dan enam. Tersembunyi seperti bayangan dan dahsyat seperti api. Benar-benar efektif."

(Matsumura: sekali lagi lu katain gua bocil, gua tebas beneran lu thor >:v

Author: weeeee :p)

(Author note: Furinkazan (atau dalam versi lengkapnya Furinkazaninrai) adalah strategi perang yang diuraikan oleh ahli strategi China bernama Sun Tzu dan digunakan oleh Shingen Takeda. Terdiri dari 6 huruf bahasa Jepang, yaitu angin, hutan, api, gunung, bayangan, dan petir. Maksudnya adalah cepat seperti angin, tenang seperti hutan, dahsyat seperti api, diam seperti gunung, tersembunyi seperti bayangan, dan muncul mendadak seperti petir.)

"Eh? Tunggu. Kenapa aku bisa tahu strategi itu? Bukannya itu tidak ada di sini?" Dengan wajah bingung, Matsumura meraba dagunya menggunakan jari telunjuk. "Bodo amat, lah. Yang penting ...." Matsumura mengacungkan telunjuknya ke arah perampok bertopeng tadi. "Aku akan mengalahkan dan menangkapmu!!!"

"Dasar bodoh. Di saat ada musuh di depannya masih bisa-bisanya dia pamer strategi." Yumatsu yang masih bersembunyi di belakang dinding gang terdiam dengan bulir keringat mengaliri keningnya. Begitupun Yuuzaki.

"Anak kecil jangan sok-sokan mau menghadapiku." Akhirnya, sang perampok dengan topeng yang memiliki mata berwarna merah itu angkat bicara. Itu jelas suara seorang pria. "Lebih baik kau kembali ke ibumu, anak kecil."

"Jangan panggil aku anak kecil, paman."

(Readers: JOKES BASI!!! *timpuk author pake kertas koran*

Author: ehehehe :v)

"Anak ini menyebalkan sekali. Aku harus cepat membereskannya sebelum ketahuan warga sekitar!! Kalau berlama-lama, bisa-bisa mereka keburu terbangun," batin perampok itu.

Kobaran api berwarna merah menyala mulai melapisi tangan kanan sang perampok. Dilancarkannya tinjunya sampai lapisan api itu terlepas dari kepalan tangannya dan melesat ke arah Matsumura dengan kecepatan yang melebihi angin. Namun, sebelum api tersebut sempat mencapai tubuh Matsumura, anak itu sudah terlebih dulu menghindar.

"Refleksmu ternyata bagus juga, bocah. Kupikir semua anak di desa ini adalah anak-anak yang lemah," ujar si perampok. "Tapi ..., bagaimana dengan yang ini?"

Perampok itu melancarkan delapan bola api sekaligus. Tujuh di antaranya berhasil dihindari Matsumura dengan gerakan layaknya pemain sirkus yang sedang melakukan akrobat dan satu ditepis menggunakan tangan.

"Adudududuh!!!" Matsumura memijit-mijit kepalan tangannya yang melepuh. "Sial. Padahal sudah kulapisi energi sihir, tapi apinya masih terasa panas juga. Eh?! Whoa!!"

Belum selesai Matsumura mengurusi tangannya yang melepuh, sebuah bola api seukuran bola basket telah terlebih dahulu melesat ke arahnya. Untung saja dia berhasil menangkisnya menggunakan perisai energi sihir kegelapan.

"Kau sudah menyadarinya, 'kan?! Kau tak mungkin bisa mengalahkanku!!" seru perampok itu sembari membentuk bola api raksasa dengan kedua tangannya. "Sekarang, matilah!! Terbakarlah hingga menjadi abu!!!"

Dilesatkannya bola api yang menggelinding layaknya curve ball itu ke arah Matsumura. Namun, sebuah perisai cahaya menahan bola api yang menggelinding tersebut dan mengubah arahnya, kemudian melontarkannya ke langit. Bola api tersebut meledak di udara layaknya kembang api dan menghiasi langit malam yang gelap.

(Author note (2): curve ball adalah teknik lemparan dalam permainan baseball di mana pitcher menggaruk bola dengan jari sesaat sebelum bolanya terlepas dari tangan sehingga menghasilkan gaya sentripetal dan bola terbang sambil berputar. Bola kemudian akan membelok sesuai dengan aliran udara.)

(Matsumura: lama-lama jadi ensiklopedia nih novel -_-)

"Apa?!" Si perampok terperanjat.

"Mungkin tak bisa kalau sendiri ..., tapi ...."

Perlahan, Yumatsu dan Yuuzaki melangkah keluar dari tempat persembunyian mereka. Senyum terukir di wajah mereka. "Kalau bertiga, bisa, 'kan?" sambung Yuuzaki dan Yumatsu bersamaan.

"Yumatsu?! Bukannya dia salah satu yang terkuat di desa ini?!" Kedua mata sang perampok membelalak di balik topengnya. "Sialan. Sepertinya ini akan merepotkan."





To be continued

Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang