Esok harinya, pukul tujuh malam.
Malam belum lagi larut, akan tetapi Sang Rembulan telah muncul dan jutaan bintang beraneka warna telah bertaburan di langit. Berbeda dengan malam sebelumnya, kali ini ratusan rakyat dari berbagai kerajaan mengantri dengan rapi dan tertib di Outer Wall dari gerbang selatan Kerajaan Cahaya. Antrian yang berjumlah tiga cabang itu sampai mengular jauh sekali. Obor kecil tergenggam di tangan mereka guna mengusir kegelapan malam. Tampak masing-masing rakyat ditemani oleh satu ekor hewan. Para penjaga gerbang yang tengah bersiaga dengan busur dan panah di bagian atas tembok pun meningkatkan kewaspadaan serta ketajaman mata mereka, sebab nyawa yang harus dilindungi menjadi lebih banyak. Selain itu, bukan hanya para rakyat yang mengantri di sini. Beberapa tokoh penting dan anggota-anggota keluarga kerajaan seperti pangeran, raja, ratu, dan putri turut hadir. Ada yang sekedar menemani, ada yang hanya menjadi penonton, dan ada pula yang berpartisipasi dengan membawa satu ekor hewan peliharaan. Hanya dengan melihat saja kalian pasti sudah mengetahuinya, bukan? Ya, antrian itu adalah kumpulan orang yang menghadiri festival Freedom Wave.
Keluarga Verenian yang menguasai pemerintahan atas Kerajaan Cahaya juga tampak tengah mengantri. Pangeran Matsumura terlihat sedang menuntun Elstra — Pegasus kesayangannya itu — dengan wajah sedih. Sang Pegasus mengeluarkan suara yang pelan, seolah berusaha menghibur Pangeran Matsumura. Meski merupakan keluarga terhormat, tapi mereka tidak egois dan turut mengantri dengan tertib.
"Oh, kau juga datang, Matsumura?"
Pangeran Matsumura menolehkan kepalanya ke antrian di samping kanan begitu ia mendengar suara yang familiar itu. "Excatio?"
"Ya, ya," sahut Pangeran Excatio sembari tersenyum. Ia tampak sedang menunggangi seekor harimau hitam yang berbelang biru dan berekor sembilan. Tampaknya, harimau tersebut tergolong ke dalam ras Kyugiorga. "Aku akan membebaskan Kyuzan. Karena itu, sekarang aku sedang menungganginya untuk yang terakhir kalinya," lanjutnya sembari mengelus pelan leher harimau berbulu hitam legam tersebut.
"Apa kau yakin kau takkan menangisinya selama berhari-hari seperti ketika Nexus, kucing hitam peliharaanmu itu, mati sembilan tahun yang lalu?" goda Pangeran Matsumura sembari memasang wajah yang tampak menjengkelkan.
"Hei, enak saja!!" balas Pangeran Excatio. "Aku tidak secengeng itu!! Kau yang sering menangis merengek-rengek di hadapan orangtuamu minta dibelikan mainan!!!"
"Hei!! Itu sudah sepuluh tahun yang lalu!! Jangan diungkit lagi!!" balas Pangeran Matsumura. Sementara Sang Ratu dan Putri Yuukira tertawa geli melihat percakapan kedua sahabat itu. Sesaat kemudian, Sang Putri menyadari sesuatu.
"Ah! Antriannya sudah longgar, kakak! Sekarang giliran kita," ucapnya sembari menunjuk ke depan.
"Baiklah. Kalau begitu, aku duluan," ucap Pangeran Matsumura sembari melambaikan tangannya dan melangkahkan kakinya. Pangeran Excatio pun membalas lambaian tersebut.
Sang Pangeran telah tiba di bagian terdepan dari antrian. Hutan hujan raksasa yang lebat terbentang luas di hadapannya. Rainforest Chlia, itulah nama dari hutan tersebut. Dengan ini, berakhirlah kebersamaannya dengan Pegasus kesayangannya — Elstra. Waktu perpisahan telah tiba. Pangeran Matsumura kembali mengelus leher Elstra, dan Pegasus itu membelai lembut kepala Sang Pangeran menggunakan kedua sayapnya yang terbentang lebar. Pangeran Matsumura tersenyum sedih. Kilasan-kilasan memori dari masa lalu kembali memenuhi benaknya.
Ia masih ingat hari di mana ayahnya memberikan Elstra kepadanya sebagai hadiah ulang tahun. Walau telah berlalu sembilan tahun, tapi kenangan itu masih melekat kuat di batinnya. Rasanya seperti baru terjadi kemarin. Ia juga masih ingat hari ketika ia belajar menunggangi Elstra dan belajar memberinya makan. Ia harus berusaha dengan amat keras pada waktu itu. Elstra seringkali menolak menungganginya dan menjatuhkannya ke hamparan rumput yang empuk sekaligus keras, membuatnya mengaduh kesakitan. Pegasus itu juga seringkali menolak ketika Pangeran Matsumura hendak memberinya makan. Namun, Pangeran terus berusaha tanpa kenal lelah, didampingi oleh senyum bahagia Sang Ayah yang merupakan Raja Cahaya. Seiring berjalannya waktu, ikatan batin pun terbentuk di hati Elstra dan Pangeran Matsumura. Elstra tak lagi menolak ketika Sang Pangeran memberinya makanan atau hendak menungganginya. Pegasus itu menemani masa kecil Pangeran Matsumura dan mengisinya dengan kesenangan serta hiburan. Begitulah ceritanya, dan Elstra terus menjadi hewan tunggangan Pangeran Matsumura selama sembilan tahun.
Waktu berjalan dengan amat cepat, seolah tak memberi kesempatan bagi manusia-manusia yang menjalaninya untuk menikmati saat-saat istimewa dalam hidup mereka.
"Ini saatnya, Elstra," ucap Pangeran Matsumura dengan nada pilu. "Ini saatnya bagi kita untuk berpisah."
"Sembilan tahun tentu bukan waktu yang singkat. Namun, bagiku itu terasa sangat singkat. Kau tahu kenapa?"
"Sebabnya adalah dirimu, Elstra. Kau memenuhi masa kecilku dengan kebahagiaan serta menghiasinya dengan hiburan. Waktu kita bersama ... akan berakhir sebentar lagi .... Kita akan segera berpisah .... Namun, perpisahan ini hanya akan berlangsung sementara. Kita pasti akan bertemu lagi suatu saat nanti, walau aku sendiri tidak tahu kapan. Ingatlah selalu bahwa tidak ada perpisahan yang abadi."
Pangeran Matsumura berusaha menahan air matanya agar tidak jauh mengaliri pipinya. Ia tidak mau terlihat dramatis hanya karena hal ini. Elstra membelai punggung Sang Pangeran menggunakan kedua sayapnya, berusaha menenangkannya. Air mata mulai mengaliri wajahnya.
"Jika bukan karena dirimu ..., pasti masa kecilku tidak akan indah dan pantas untuk dikenang ...."
"Terima kasih atas segalanya, Elstra."
"Selamat tinggal. Jangan lupakan aku, ya?"
Tepat setelah ucapan itu terlontar, Elstra membalikkan tubuhnya dan berlari menapaki rerumputan selama beberapa saat, kemudian terbang memasuki hutan, menembus kegelapan malam. Melihat itu, Pangeran Matsumura tersenyum miris.
"Ayolah, kakak. Jangan bersikap dramatis seperti itu!!!" Putri Yuukira menepuk punggung kakaknya dengan keras, berusaha memperbaiki suasana. Entah mengapa, tepukan itu sampai menyebabkan Pangeran Matsumura terjatuh ke rerumputan.
Beberapa saat kemudian, sebabnya pun terungkap. Cahaya putih yang menyilaukan melapisi tangan Putri Yuukira. Tampaknya, secara tidak sengaja ia telah melakukan teknik sihir Mighty Light Push.
"O-Oi!! Apa yang kau lakukan?!" Pangeran Matsumura berseru dengan kesal.
Putri Yuukira hanya tersenyum sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. "Maaf .... Sepertinya aku tidak sengaja melakukan Mighty Light Push lagi."
"Kau harus belajar mengendalikan sirkuit mana-mu itu. Jika tidak, kau akan kehilangan kendali atas kekuatan sihirmu," ucap Pangeran Matsumura sembari bangkit berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya. Wajah dan pakaiannya benar-benar dipenuhi oleh debu. Belum lagi rasa malu luar biasa yang ia dapatkan karena kejadian tadi ditonton oleh rakyat dari berbagai Kerajaan Elemen. Rusaklah sudah imej kerennya sebagai pemimpin Aliansi Delapan Kerajaan Elemen serta Raja Cahaya baru yang gagah.
"Dasar ...."
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!
FantasyJudul: Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?! English: From a Spirit God, I Got Reincarnated as a Death God?! Judul Alternatif: SpiRaTenGami Pangeran Hiiro Matsumura Verenian DivineCross, putra mahkota Kerajaan Cahaya sekaligus pahlawa...