Dua hari kemudian ....
Suara serangga malam yang tengah bersembunyi di rerumputan terdengar dengan jelas. Bulan purnama bercahaya terang. Cahayanya menembus gorden jendela, menerangi kamar milik Pangeran Matsumura yang kelam dan gelap. Seluruh lampu dan obor di ruangan tersebut telah dimatikan. Pemilik kamar tersebut tengah berbaring di ranjangnya, menatap kosong ke gorden yang diterangi cahaya rembulan. Di samping ranjang empuk yang hangat dan nyaman tersebut, pedang suci Drasillion bersandar di dinding.
Setelah melalui kesunyian dalam waktu yang lama, akhirnya wajah Sang Pangeran tergerak. Ia tersenyum miris. "Ini ... malam terakhirku, ya?"
Pria tersebut menatap ke arah pedang yang berada di sampingnya. "Drasillion, berapa sisa waktunya?"
"Lima belas menit."
Pangeran tersebut kembali mengarahkan pandangannya ke gorden berhiaskan cahaya rembulan yang berada tepat di hadapan kasurnya. Senyum mirisnya semakin mengembang. Wajahnya tampak sendu. "Lima belas menit, ya? Apa yang harus kulakukan menjelang ajalku?"
"Hei, apa kau yakin dengan keputusanmu ini, Pangeran?"
Pangeran Matsumura menoleh ke arah pedang suci itu, kemudian tersenyum. "Tentu saja. Aku adalah pahlawan yang telah menyelamatkan dunia Neironius ini. Akan sangat tidak keren jika aku membuat mereka menangisi kepergianku. Pahlawan selalu datang, bertarung sendirian dengan elegan, dan pergi seperti angin. Aku telah datang ke dunia ini, dan aku juga sudah bertarung dengan sangat keren. Sekarang, aku akan pergi dengan keren juga. Seperti angin sepoi-sepoi yang berhembus melintasi seorang manusia. Datang tanpa diundang. Namun, ia menyejukkan hati manusia, dan kemudian pergi tanpa disadari."
"Yaaa ..., sayang sekali. Aku bahkan tak bisa mengalami perpisahan yang pantas dengan mereka, tapi setidaknya dengan ini aku tak akan membuat mereka sedih."
"Ya .... Kau benar, Pangeran."
"Ngomong-ngomong, apakah kau tidak akan apa-apa setelah aku pergi?" tanya Pangeran Matsumura.
"Aku ..., akan hancur berkeping-keping ..., karena aku terbentuk dari kontrak antara dirimu dengan alam dewa. Begitu kau tiada, kontrak itu akan berakhir, dan nyawaku juga akan berakhir."
"Apa?!" Pangeran Matsumura tampak terkejut. "Tapi, setidaknya roh kita bisa bertemu kembali di surga, 'kan?"
"Tidak," sahut Drasillion. "Aku adalah eksistensi yang seharusnya tidak ada di sistem takdir, sebab aku lahir karena kau meminta tolong kepada para dewa, sehingga takdir jadi bergeser. Takdir yang menuliskan kalau kau kalah dari elf iblis Bael telah batal. Aku bukan roh murni seperti ras spirit, fairy, dryad, dan sebagainya. Aku lahir dari keinginan seorang manusia untuk melawan takdir. Namaku tidak terdaftar di buku kehidupan. Karena itulah, ketika aku mati, rohku akan tereliminasi dari semesta dan aku takkan bisa masuk ke alam baka."
"Begitu, ya ...," ucap Pangeran Matsumura sembari menatap lantai kamarnya yang berwarna putih bersih dan berbahan marmer. "Jadi, ini akan menjadi saat-saat terakhir kita bersama ...."
Kilasan-kilasan memori tentang dirinya dan Drasillion memenuhi pikirannya, membuat senyumnya tampak semakin miris. Sosok Drasillion yang selalu memandunya dalam pertarungan tergambar jelas di benaknya. Meski hanya sebentar, tapi ia merasa bahwa kenangan-kenangan itu sangat berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?!
FantasyJudul: Spirit God Kara, Tensei Shitara Shinigami ni Natta?! English: From a Spirit God, I Got Reincarnated as a Death God?! Judul Alternatif: SpiRaTenGami Pangeran Hiiro Matsumura Verenian DivineCross, putra mahkota Kerajaan Cahaya sekaligus pahlawa...