Hai... Semoga kalian suka dengan cerita ini ya, dan maaf kalo masih banyak kekurangannya😄
Follow IG :@asnurdiyantii dan @raina.fajar
Happy reading...
***
Puluhan orang berbaris rapi memenuhi lapangan upacara. Terik matahari mulai mendidihkan darah ubun-ubun kepala. Beruntung bagi anak perempuan karena panasnya sedikit terhalang oleh rambut atau kerudung. Sedangkan bagi laki-laki, mereka semua sudah tampak seperti tahanan penjara, rambut botak dan kulit hitam. Ditambah berbagai aksesoris khas murid baru yang menempel di beberapa bagian tubuh membuat mereka tampak seperti cacing kepanasan. Tidak bisa diam dan terus berbicara. Padahal di depan sana, seorang laki-laki paruh baya tengah berbicara lantang sekali, seperti tidak merasakan serangan panas yang diluncurkan siang ini.
"Heh, lo ngapain? Mau gue seret lo ke depan?" pekik seorang laki-laki berseragam putih abu berjas almamater kepada seorang perempuan yang dari tadi terus mengobrol. Bukannya takut, perempuan itu malah terdiam menatap wajahnya.
"Kenapa diem? Beneran mau diseret ke depan lo?" pekiknya sekali lagi.
"Eh, maaf-maaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi, ma-" Belum selesai mengucapkan kalimatnya, seorang perempuan tiba-tiba menarik tangannya dengan kasar.
"Anak baru udah bikin ulah. Ikut gue sekarang," orang itu terus menarik tangan perempuan malang itu sambil setengah diseret.
"Siapa nama lo?" tanyanya ketus.
"Karina,"
"Lo tau kesalahan lo apa?"
Karina menunduk.
"Di sini disiplin keras harus dilakukan. Orang yang melanggar akan mendapatkan hukuman. Dan lo termasuk dalam daftar itu, jadi lo harus dihukum," Karina menghela nafas, menahan rasa takut dan menyembunyikan wajahnya.
"Sekarang lo pergi ke gudang belakang, ambil sapu lidi dan lo harus nyapu halaman depan sampe gue suruh lo berhenti!" Tanpa tunggu lama, Karina langsung melaksanakan hukumannya. Dia berlari ke arah gudang dan menuruti perintah seniornya.
"Aneh memang. Di zaman sekarang, senioritas masih berlaku padahal kan sudah dilarang, apa kampus ini puya aturan yang di bikin sendiri kali ya,," rutuknya. Tanpa ia sadari, seorang laki-laki sudah berdiri tak jauh darinya sejak tadi.
"Ekhem..."
Karina terdiam sejenak lalu menoleh ke asal suara,
"Sudah selesai menggerutunya? Hukumannya sudah selesai? Mau saya tambah lagi?" katanya datar nyaris tanpa ekspresi.
"Maaf."
"Anak-anak lain udah pada ngumpul, kamu kembali ke kelas kamu saja."
"Bagaimana dengan hukumannya?"
"Kamu mau membantah saya?" tanyanya dengan sedikit mengancam. Karina langsung berlari ke kelas bergabung bersama teman-teman senasibnya.
Baru beberapa langkah hendak masuk kelas, seseorang menarik tangannya.
"Siapa yang suruh lo ke sini? Hukuman lo belum selesai!" Suara keras itu membuat seisi kelas menoleh. Sebagian ada yang menatap sayu tanda kasihan, sebagian lagi hanya acuh tak acuh karena takut.
"Heh dungu! Lo gak denger pertanyaan gue?"
"Eh.. Iya kenapa?"
"Kurang ajar lo ya. Berani-beraninya lo gak dengerin perkataan gue. Dasar lo ya!"
Dan,
PLAAKKK!!!
Pipi Karina memerah. Ia sedikit meringis, tapi coba ia tahan agar tidak menimbulkan suara. Amarah terasa ingin meledak di dalam dadanya. Tapi ia cukup sabar untuk tidak bertindak bodoh. Melawan sama saja dengan cari mati. Ia lebih memilih diam saja.
Namun, setelah itu kepalanya terasa pening. Dan, pandangannya terasa kabur. Samar-samar ia melihat seorang laki-laki berlari, berusaha menahan berat tubuhnya agar tidak jatuh sebelum ia benar-benar tak sadarkan diri.
📖📖📖
Karina membuka matanya. Yang pertama kali dia lihat adalah wajah Viona, sahabatnya. Sambil mengucek matanya, Karina mencoba mendudukkan posisi tubuhnya. Dia melihat sekeliling."Ini dimana, Vi?" tanyanya pada sahabatnya itu. Viona hanya terdiam sejenak.
"Lo ada di ruang perawatan. Tadi lo pingsan setelah ditampar sama senior lo yang super duper judes sama galak itu. Lo gak papa?"
"Cuma sedikit pusing sih."
"Untungnya tadi ada senior lain yang nolongin lo dan bawa lo ke sini," ujarnya.
"Aku tahu. Tadi sempet liat, tapi gak terlalu jelas sih."
Setelah merasa baikan, Viona memapah Karina kembali ke kelas. Sayang, kelas sudah kosong. Anak-anak lain pasti sedang berkumpul di lapang depan untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. Dengan langkah gontai, Karina dan Viona berjalan hendak menyusul mereka. Dan benar saja, seluruh calon mahasiswa sedang mendengarkan ceramah atau lebih tepatnya arahan dan amanat dari seorang perempuan paruh baya berkacamata minus tebal. Kayak anak SMP aja, gerutu Karina dalam hati.
"Lo beneran gak inget wajah senior yang nolongin lo?" tanya Viona penuh selidik. Karina menggeleng.
"Lo tau gak siapa dia?"
"Emang dia siapa?"
"Dia itu..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)
General FictionHadirmu adalah anugerah terindah bagiku. Kau seolah-olah terlahir sebagai pengganti atas bagian dari jiwaku yang telah lama hilang. Aku selalu berpikir, mungkinkah kau adalah malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Allah untuk menjagaku? "Kau mau menun...