Bagian 27 : Kembali

27 4 0
                                    

Tak ada kata yang mampu terucap ketika orang yang disayangi kembali kepada jalan hidup semula. Kehadiran seseorang terkadang berpengaruh besar pada kehidupan orang di sekitarnya.

-Asri Nurdiyanti

***

Apa yang akan kau lakukan ketika hatimu berontak tak terima saat kau berusaha menjauhi orang yang kau cintai? Diam. Itulah jawaban Karina. Dia memang sangat pandai menyimpan luka. Ketika berhadapan dengan banyak orang, wajahnya akan terlihat ceria. Namun ketika ia sedang sendiri atau bersama orang-orang terdekatnya, luka itu akan tampak jelas kentara. Siapa sangka, perempuan yang mempunyai skill basket dan fisik mumpuni serta berpenampilan energik ternyata begitu rapuh dalam urusan cinta.

Hari ini Karina memutuskan untuk pergi mengunjungi Viona. Sudah seminggu ia tidak berkomunikasi dengannya. Karina terlalu sibuk dengan liburannya di Bandung dan meratapi nasib hubungannya dengan Alfian hingga ia lupa pada sahabatnya sendiri. Ia jadi merasa bersalah.

Sampailah ia di depan sebuah rumah bercat abu-abu dengan taman berbentuk bundar di depannya. Karina berjalan menuju arah pintu rumah, lalu mengetoknya. Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan muncullah sesosok perempuan dengan pakaian bath throbe dan masker putih di wajahnya.

"Karina?"

"Hai Vi. Apa kabar?"

Viona langsung memeluk erat sahabatnya. Ia tidak mempedulikan kondisi Karina yang sudah kewalahan dan sesak napas karena di peluk terlalu erat.

"Gue kanget banget sama lo Karin. Lo kenapa gak hubungin gue selama ini? Lo lupa ya kalo lo punya sahabat kayak gue di sini,"

"Vi..  Lepasin dulu kek, sesak napas nih."

"Hehe, maaf."

Viona melepaskan pelukannya. Karina lalu melengang masuk ke dalam rumah sambil menenteng kantong kresek berisi aneka buah-buahan dan sayuran yang ia beli di Lembang kemarin.

"Ck nih anak maen nyelonong aja."

"Gimana sama liburan lo?" Tanya Viona. Mereka berjalan menuju ruang dapur untuk mengambil minum.

"Gimana apanya?"

"Liburan lo, seneng apa enggak?"

"Ya gitu deh. Senengnya ada enggaknya juga ada,"

"Kenapa?"

"Kepo deh. Udah ah. Nih aku bawain buah-buahan sama sayuran. Kamu vegetarian 'kan?"

"Uhh pengertian banget dehh sahabatku ini,"

"Ihh apaan sih. Lebay banget deh."

Setelah meletakkan semua bawaan Karina, keduanya lantas berjalan menuju lantai atas tempat kamar Viona berada. Meski rumah ini besar dan mewah, isinya kosong. Kosong bukan dalam artian sebenarnya. Rumah ini selalu sepi bagai tak berpenghuni.

"Gimana hubungan lo sama Alfian?"

"Maksudnya?"

"Ya hubungan lo sama Alfian. Udah ada kemajuan gak? Atau jalan di tempat aja?"

Boro-boro lanjut, jalan di tempat juga enggak. Batin Karina dalam hati.

"Kita cuma temen. Just a friend. Tidak lebih."

Sebentar kemudian tawa Viona meledak. Karina sendiri heran dengannya. Memang apanya yang lucu?

"Gue rasa lo itu terjebak sama comport zone."

"Maksudnya apa Vi?"

"Kayaknya lo emang cuma ada di friend zone doang sama Alfian. Tapi gue merasa kalo hati lo berharap lebih. Gue tahu itu. Lo gak bisa bohong sama perasaan lo sendiri Karin."

"Ah, sok tahu kamu,"

"Gue serius Karina!"

"Tahu dari mana emangnya?"

"Gue seorang cenayang."

"Dihh ngaco kamu!"

Memang benar apa yang dikatakan Viona. Karina berharap hubungannya bisa lebih dari ini. Tapi keputusannya sudah bulat. Ia yang meminta Alfian bersikap biasa seperti saat mereka belum saling mengenal dan sedekat ini. Mungkin itulah jalan terbaiknya.

📖📖📖

Sementara itu, Alfian sedang sibuk mengotak-atik laptopnya. Ditemani segelas kopi matcha latte dan sepiring kue. Ah, Alfian jadi merindukan kue buatan Karina. Kue yang menjadi alasannya untuk menggoda Karina dulu. Alfian selalu senang setiap kali Karina salah tingkah karena dipanggil 'kue pengantar tidur' olehnya.

Alfian gemas sekali ketika Karina menceritakan dirinya di hadapan makam ayahnya kemarin. Dia senyum-senyum sendiri setiap kali ingat keluhan-keluhan Karina terhadap dirinya. Karina, Karina. Dia gadis yang terlalu polos.

"Lo lagi ngapain?" suara berat sedikit serak itu mengalihkan perhatian Alfian. Kevin sudah berdiri di sampingnya. Alfian menoleh sejenak, lalu kembali memfokuskan matanya pada layar laptop.

Kesal tak ditanggapi, Kevin mengambil kopi matcha latte milik Alfian dan meminumnya. Alfian hanya mendengus kesal.

"Gimana hubungan lo sama Karina? Udah ada perubahan?" tanya Kevin kemudian.

"Kamu sendiri, bagaimana hubunganmu dengan Viona?" Alfian malah membalikkan pertanyaan. Kevin mendengus.

"Kita baik. Bahkan lebih baik. Gue mau ngenalin dia ke orang tua gue. Semoga aja dengan adanya dia, perhatian orang tua gue jadi sedikit teralihkan dari pekerjaan. Gue cape gini terus. Gue pengen orang tua gue berhenti sejenak."

"Sepertinya dia sudah berhasil merubahmu."

Kevin tersenyum.

"Gue tahu. Semenjak kedatangan dia di hidup gue, perlahan tapi pasti kehidupan gue berubah. Gue udah jarang ke tempat hiburan lagi. Gue males ketemu temen-temen bar-bar gue. Viona selalu ngajak gue ke tempat-tempat dimana gue bisa ngelupain keburukan gue. Dia selalu bilang kalo dia bakal ngerubah sikap gue. Dan kayaknya itu terbukti sekarang."

Tak bisa Kevin pungkiri, semenjak dia menjadi kekasih Viona sedikit demi sedikit kehidupannya memang berubah. Tentunya ke arah yang lebib baik. Kehadiran Viona telah membuat sisi buruk Kevin sebagai seorang player perlahan memudar.

"Lalu apa kamu masih menjadi penikmat ONS?"

"No. I think I can stop it. Gue gak mau jadi laki-laki pengecut yang merusak banyak wanita lagi. Lo sendiri? Apa langkah lo selanjutnya?"

"Ceritanya panjang. Aku butuh bantuan kamu. Aku mau kasih kejutan buat dia."

"Oke, gue selalu dukung lo."

***

Kejutan apa? Kita tunggu saja ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejutan apa? Kita tunggu saja ya...

BELAJARLAH MENGHARGAI DAN MENGAPRESIASI HASIL KARYA ORANG LAIN

THANKS😘

THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang