Bagian 39 : Penjelasan Runtut

17 1 0
                                    

"Cinta itu bukanlah sebuah paksaan. Cinta bukan sebuah kesalahan. Aku mencintaimu dengan hati, bukan dengan emosi. Aku menyayangimu karena murni, bukan karena ambisi."

-Alfian Mahendra

***


Malam semakin kelam. Jarum jam terus berputar mengitari angka-angka penunjuk waktu. Hening seketika tercipta di ruangan luas berupa ruang tamu itu. Empat buah kursi terisi penuh. Meja di tengahnya sudah diisi dengan tujuh buah gelas berisi teh manis hangat.

"Jadi, Alfian. Bisa kamu jelaskan maksud semua ini?" Leona memulai pembicaraan. Tadi dia dihubungi Viona karena Karina terus menangis. Alfian dan keluarganya lalu pergi ke rumah Karina dengan para sahabat ikut serta.

Alfian menghela napas sejenak. Tegang, sudah pasti. Apalagi Karina terus menangis dan menempel erat di sisinya. Mereka masih memakai kaus tim bekas pertandingan tadi.

"Maaf sebelumnya, Tante. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya rasakan. Baiklah, saya akan menjelaskan dan menceritakan semuanya. Sudah saatnya semua tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Lalu, bergulirlah kata demi kata dari mulut Alfian. Memutar ulang memori lama yang pernah terekam dalam lobus ingatan.

Dulu, ketika Alfian masih SMP, dia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, Darina. Tapi, cintanya ditolak mentah-mentah karena ayah Darina bilang, yang boleh menjadi kekasih putrinya hanya seseorang yang mempunyai skill basket mumpuni. Maklum, Darina adalah atlet basket dan ayahnya adalah mantan kapten basket nasional. Alfian cukup terpukul karena cintanya terhalang hanya karena sebuah kemampuan. Alfian yang saat itu tidak bisa dan tidak mempunyai skill dalam permainan ini pun bertekad bahwa ia akan menjadi seorang pemain hebat agar ayah Darina mau merestuinya.

Sejak saat itu, dia belajar mati-matian. Mencari pelatih sana-sini, menghabiskan waktu hanya untuk mempelajari olah raga yang cukup rumit ini. Orang tuanya marah karena dia terus memaksakan diri. Tapi Alfian tidak mau menyerah. Dia terus berusaha sekuat yang ia bisa.

Usahanya berhasil. Di kelas sembilan SMP, dia bisa menjadi seorang pemain basket yang disegani. Namun, cintanya terhadap Darina tetap tak bisa ia gapai. Darina dibawa pinda ke Singapura dan jarang pulang ke Indonesia. Alfian hancur lagi. Dia meluapkan segala emosinya ke basket. Frustasi, kecewa, semua bercampur jadi satu.

Lalu suatu hari ia bertemu dengan Hariman, yang tak lain adalah ayah dari Karina. Hariman bilang pada Alfian bahwa basket bukan hanya sekadar permainan. Basket tidak boleh dijadikan batu loncatan untuk mendapatkan cinta. Basket adalah olah raga yang harus ditekuni dengan hati. Karena tidak semua orang bisa mempelajari olah raga yang satu itu. Dari situlah, Alfian mulai menemukan titik terang. Dia tersadar bahwa langkahnya memang salah. Ia bertekad kembali dalam hatinya bahwa ia akan menggunakan kemampuan yang ia miliki saat ini dengan sebaik mungkin.

Dan itu terbukti. Sejak masuk SMA, Alfian mulai dipandang orang. Dia bahlan pernah mengikuti seleksi timnas basket meskipun gagal.

Alfian yang merasa berhutang budi pada Haruman lalu sering berkunjung ke keluarga Hariman. Bahkan kedua keluarga itu kian dekat saja. Alfian menceritakan bahwa dia sama sekali tidak mengenal Karina, dia sama sekali belum pernah melihat Karina setiap kali dia berkunjung ke rumah mereka. Karena itulah, dia merasa asing ketika pertama kali bertemu dengan Karina.

Sebelum Hariman meninggal, Alfian pernah berjanji satu hal padanya. Dia bilang dia akan menjaga keluarga Hariman. Alfian berkata bahwa jika Hariman punya seorang putra, maka akan ia jadikan saudara. Jika Hariman punya seorang putri, maka Alfian akan menjaganya dengan menjadikannya istri.

Alfian baru mengetahui bahwa Karina adalah putri dari Hariman ketika ia hendak mengunjungi makam Hariman di Bandung. Di sana dia melihat Karina tengah tersedu, mencurahkan isi hatinya. Bahkan menceritakan tentang Alfian. Karina kenal Alfian, tapi Alfian tidak kenal Karina.

Alfian seolah menemuu titik terang. Selama ini dia tidak pernah tahu dimana keluarga Hariman tinggal setelah ia meninggal. Rumah lamanya di Bandung dijual. Selain itu, Alfian bahagia bukan hanya karena ia bisa menunaikan janjinya, melainkan juga karena orang yang akan ia lindungi telah ia cintai. Alfian lalu menyusun sebuah rencana untuk membuktikan semuanya. Kevin juga membamtu.

Saat pertandingan, Alfian sengaja mengubungi Darina untuk datang ke Indonesia dengan tujuan membuat Karina cemburu. Dan itu ternyata berhasil. Beberapa minggu yang lalu dia dan Kevin merencanakan sesuatu untuk Karina. Alfian ingin melamar Karina dengan caranya sendiri.

Dan tadi, dia membuktikannya. Di hadapan seluruh pemain dan penonton pertandingan, dia melamar Karina. Karina tidak pernah membayangkan bahwa Alfian akan melamarnya. Jadi dia langsung menangis. Sekarang pun belum berhenti tangisannya.

"Saya melamar Karina bukan hanya karena ingin menunaikan janji saya. Saya mencintai Karina. Saya benar-benar mencintai Karina. Jika memang Karina tidak mencintai saya, saya akan berusaha membuatnya jatuh cinta. Om Hariman terlalu berharga untuk saya. Dia telah mengeluarkan saya dari keterpurukan."

Leona menitikkan air mata. Sehebat itukah almarhum suaminya? Kebaikan hatinya telah membawa satu kebahagiaan di masa depan setelah dia tiada. Karina tidak berhenti menangis. Hidungnya sudah semerah tomat. Yang lain juga menangis. Termasuk Darina. Dia sama sekali tidak pernah melupakan perjuangan Alfian untuk mengejarnya. Dan Darina menghargai semua itu. Karena itulah dia datang ke Indonesia memenuhi permintaan Alfian. Darina kagum pada Alfian yang berhasil keluar dari kubangan lumpur. Dia juga salut pada Karina karena berhasil membuat sahabat masa kecilnya melupakan bayang-bayang dirinya.

"Kalau sudah begini, saya tidak bisa apa-apa. Karena toh Karina juga sepertinya cinta sama kamu. Tapi dia masih terlalu kecil. Emosinya labil. Saya tidak mungkin melepasnya di usianya yang masih sembilan belas tahun."

"Tante tidak perlu khawatir. Saya bisa menunggu. Saya berjanji, setelah saya menyelesaikan pendidikan S2 saya, saya akan kembali. Saya tahu saat waktu itu tiba, Karina sudah menjadi gadis dewasa yang matang pemikiran dan emosinya. Karena itulah, sebelum saya pergi, saya ingin mengikatnya terlebih dahulu dengan saya."

Karina mulai menghentikan tangisannya. Ia mendongak menatap wajah tampan Alfian. Kebahagiaannya tak bisa diungkapkan dengan kata. Dia tidak pernah menyangka bahwa Allah telah mengatur takdir cintanya sedemikian rupa. Bahkan dengan cara yang tak terduga.

"Kak Fian..hiks..hiks...K..hiks..Karin sa-sayang Kak Fian..hiks...hiks..Karin..
cinta...Kak...Fian..hiks..hiks."

Alfian tersenyum. Dia mengecup singkat kening Karina di hadapan semua orang. Terdengar helaan napas lega dari orang-orang sekitar mereka. Cintanya terbalas. Cinta Alfian terbalas.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

***

Mau nanya, feelnya dapat? Nggak ya? Maaf deh.
Saya mau bilang, cerita ini satu part lagi selesai untuk seri pertama. Mohon dukungannya ya. Mohon bantuannya juga. Jangan sungkan untuk berkomentar, bantu saya menemukan letak kesalahan saya dalam penulisan. Misalnya, komen kalau ada yang salah ketik, supaya saya bisa langsung memperbaikinya.

Terima kasih.

Salam Literasi.

THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang