Bagian 23 : Bumi Parahyangan

22 4 0
                                    

Bayangan tentang dirinya selalu hadir begitu saja. Membuatku seolah-olah melihat dirinya ada di mana-mana. Terasa gila memang.

-Alfian Mahendra

***

Alfian melangkahkan kakinya di trotoar jalan. Beberapa orang berlalu lalang sambil membawa barang bawaannya. Jalanan yang cukup ramai namun tak seramai di Jakarta. Angin dari Tangkuban Perahu berhembus menepuk pori-pori kulit. Alfian semakin mengeratkan jaketnya.

Pagi ini ia sudah sampai di Bandung, tepatnya di Lembang. Bandung, kota kelahirannya. Tempat beribu kenangan terukir saat masa kecil hingga beberapa tahun lalu. Tempat yang selalu ia jadikan bahan pelarian ketika hatinya sedang gundah. Seperti yang ia lakukan sekarang.

Sudah lama sekali rasanya ia tak kemari. Ia menghentikan langkahnya di ujung jalan, lalu berbelok ke sebuah gang perumahan. Ia lalu berhenti lagi. Hidungnya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Menatap ke sekeliling, ke bagian samping perumahan yang dipenuhi dengan sayuran siap panen. Tak ada yang berubah. Sesekali suara kendaraan berdecit menahan rem karena mobil di depannya berhenti tiba-tiba. Macet. Tapi tak semacet kota Jakarta.

Alfian lalu meneruskan langkahnya sambil menggendong tas besarnya masuk ke perumahan elit nan mewah itu. Hatinya ia siapkan sedemikian rupa. Dia sudah terbiasa. Kenangan itu sudah berlalu lama sekali. Seharusnya Alfian sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Alfian sampai di depan sebuah rumah besar yang berada di bagian tengah perumahan. Pagarnya masih tertutup rapat. Seorang wanita berumur tiga puluhan lalu menyapa Alfian sebelum Alfian masuk ke sana.

"Eh, aya Kang Fian geuning. Asa tos lawas nya teu patepang (Eh, ada Fian. Rasanya sudah lama ya tidak bertemu)." Sapa perempuan itu dalam bahasa Sunda. Alfian tersenyum manis. Rupanya perempuan di hadapannya ini belum lupa padanya.

"Muhun, Teh. Sibuk wae atuh da di Jakarta mah Teh (Iya, Kak. Sibuk mulu di Jakartanya Kak)." Alfian menjawab sapaan perempuan itu dalam bahasa Sunda juga.

"Kumaha damang? Sisinanteneun ameng kadieu? (Bagaimana kabarnya sehat? Tumben main ke sini?)"

"Alhamdulillah sae, Teh (Alhamdulillah bagus, Kak). Teh Diah sendiri bagaimana? Sehat? Keluarga juga sehatkah? Fian ke sini sekalian liburan Teh. Fian lagi suntuk di Jakarta terus."

Perempuan bernama Diah itu manggut-manggut.

"Oh begitu. Alhamdulillah keluarga teteh juga sehat. Sok atuh mangga dilajeng, punten teteh kalah ngaganggu (Silahkan dilanjut, maaf kakak malah mengganggu)."

Alfian tersenyum. Diah lalu pamit undur diri.

Di dalam rumah, Alfian langsung meletakkan tasnya di sofa. Ia lalu berjalan menuju arah dapur. Di dapur, tampak Ceu Endah, pengurus rumah ini, sedang sibuk berkutat dengan oven dan adonan. Perempuan itu sedang membuat bolu susu, kesukaan Alfian.

Alfian lalu mencomot bolu susu yang sudah jadi. Makanan khas Lembang ini memang selalu memanjakkan lidahnya.

"Ngadamel bolu susu nya Ceu? (Bikin bolu susu ya Ceu?)" tanya Alfian.

"Aeh, Jang Fian tos dugi geuning. Muhun bolu susu, kapan pangaresep ujang ieu teh (Eh, Den Fian sudah sampai. Iya bolu susu, kan kesukaannya Aden ini tuh).)

Alfian memang menghubungi Ceu Endah sehari sebelum ia berangkat. Ceu Endah sudah bekerja pada keluarganya sejak Alfian masih kecil sekali, dan kini Ceu Endah diberi kepercayaan untuk mengurus rumah Alfian.

Alfian lalu berjalan menuju lantai dua, lantai tempat kamarnya berada. Hening langsung tercipta ketika Alfian baru membuka pintu. Dulu, tah pernah seperti ini. Dulu, rumah ini selalu ramai. Tapi tidak dengan sekarang.

📖📖📖

Alfian sengaja menyempatkan dirinya mengunjungi sebuah paguyuban budaya. Alunan nada nan syahdu dari Angklung bergema memenuhi udara. Sorak sorai gembira dari anak-anak yang memainkan Angklung ini menambah kesan damai sore ini.

Alfian tersenyum ke arah mereka. Kebanyakan pemain Angklung ini adalah para remaja, insan penerus bangsa yang mencintai budaya dan siap melestarikannya. Paguyuban ini menggembleng anak-anak Sunda agar tetap mempertahankan budaya Sunda, salah satunya alat musiknya yang khas ini.

Saung Angklung Udjo memang selalu ramai dikunjungi. Alfian dulu juga pernah belajar di sini, tentu sebelum ia dan mamanya pindah ke Jakarta. Alfian bahkan pernah ikut mementaskan alat musik dari bambu ini ke luar kota beberapa tahun yang lalu.

Alfian duduk di sebuah pondokan kecil yang menghadap langsung ke arah anak-anak bermain Angklung. Seorang perempuan berbaju kebaya hijau datang menghampiri Alfian, lalu duduk di sampingnya.

"Sendiri saja, Kang?" tanya perempuan itu.

"Iya Teh. Teteh sendiri juga?"

"Enggak sih Kang. Kebetulan saya datang sama anak-anak saya. Ya sekalian liburan juga."

"Teh Asih tiap hari ke sini?" tanya Alfian lagi.

"Enggak juga sih. Teteh ke sini pas ada jadwal anak-anak latihannya aja."

Alfian manggut-manggut. Inilah yang ia suka dari perempuan Sunda. Selain cantik dan menarik, mereka juga ramah dan pintar. Maka tak heran, perempuan Sunda masuk menjadi salah satu perempuan yang diperhitungkan sebagai "menantu idaman" karena memiliki segudang keunikan dan prestasi. Alfian selalu bangga menjadi bagian dari suku yang satu ini.

Mata Alfian menangkap sosok perempuan yang sudah tak asing baginya. Wajahnya tampak familiar. Dan senyum itu, senyum simpul yang selalu Alfian rindukan. Wajah bersahaja yang selalu mengisi setiap relung hatinya. Sosok yang berhasil membuatnya membuka hati kembali setelah sekian lama. Gadis yang berhasil menghancurkan bongkahan es yang membekukan sikapnya. Dia yang berhasil mengubah wajah kakunya menjadi wajah penuh senyuman.

Gadis itu tampak bahagia sekali. Tawanya terlihat riang bersama anak-anak yang sedang belajar bermain Angklung. Tidak mungkin itu dia. Dia ada di Jakarta bukan? Lagipula sedang apa dia di sini?

Alfian menepis jauh pikiran tentangnya. Tidak mungkin itu Karina. Mungkin hanya orang yang mirip dengannya saja. Tapi, tawa itu sama seratus persen dengan tawa Karina.

Ah, mungkin aku hanya terlalu memikirkan tentang dia saja, hingga orang lain pun kuanggap seperti dia.

Benarkah Alfian hanya mengkhayal saja? Atau justru itu memang kenyataan? Entahlah.

Tak ada yang tahu.

THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang