Perubahan datang silih berganti. Selalu ada kisah yang menyertai setiap perubahan itu.
-Karina Adiwinata
***
Matahari sudah menampakkan dirinya, bersiap memulai pengembaraannya menyertai semesta. Berganti tugas dengan bulan yang telah menjalankan titah Tuhannya selama semalam penuh. Giwangkara tersenyum kepada dunia. Tetesan embun menggantung di setiap ujung daun, mencoba mempertahankan dirinya dari godaan angin yang hendak membuatnya jatuh ke bumi. Pagi datang menyambut bahagia, menyapa setiap insan yang baru tiba dari perjalanan malam yang panjang dan memabukkan. Menyongsong hari baru yang harus lebih baik dari hari kemarin.
Suara derap langkah kaki terdengar beriringan secara nyaring. Setiap tarikan napasnya teratur. Derap langkah kaki yang terkesan ringan tanpa beban, seolah tak ada masalah yang harus dipikirkan.
Karina berjalan menuju ruang perpustakaan untuk mencari buku referensi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosennya kemarin. Tugas yang seharusnya dikumpulkan hari itu juga namun urung karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.
Begitu memasuki ruang perpustakaan, tampak beberapa orang mahasiswa dan mahasiswi tengah asyik berkutat dengan sejumlah buku tebal dan tangan mereka sibuk menari di atas keyboard laptop. Perpustakaan ini terletak di sebelah timur gedung departemen fisika tempat Karina memulai studinya. Lokasinya cukup strategis karena berada di antara gedung-gedung departemen dan ruang laboratorium bersama milik fakultas MIPA dan fakultas teknik sehingga mudah dijangkau oleh siapapun. Karina berjalan di antara rak-rak panjang dan tinggi. Matanya sibuk menatap buku-buku tebal yang tersusun rapi, memperhatikan dengan saksama setiap kata demi kata yang menyusun judul tiap buku itu. Sesekali kepalanya ia miringkan agar dapat melihat judul buku yang ditemuinya.
"Akhirnya ketemu juga." ujar Karina sembari mengusap dada. Cukup melelahkan juga mencari buku seperti ini di sini.
Setelah mendapat apa yang ia cari, Karina lalu duduk di sebuah kursi. Aroma khas dari buku itu menyeruak begitu ia membukanya. Lalu Karina mengeluarkan sebuah catatan dan menuliskan apa yang ia butuhkan.
"Karina?"
Sebuah suara bening perempuan memecahkan konsentrasi Karina. Suara itu tampak begitu familiar di telinganya. Karina mendongak.
"Kak Sandra?"
Perempuan itu tersenyum ramah. Perempuan itu lalu duduk di samping Karina. Karina merasa gugup, atau lebih tepatnya takut. Bukankah masa ospek sudah berakhir? Kenapa Sandra mendatanginya? Apa kesalahan Karina kali ini?
Sandra sepertinya mengerti perasaan Karina saat ini. Sebegitu menyeramkanyakah dia hingga membuat perempuan yang kini menjadi adik tingkatnya bergetar?
Sandra lalu berdiri dan berjalan menuju sebuah rak buku sejarah. Ia mengambil sebuah buku yang tebalnya hampir sekepalan tangan, lalu duduk kembali di samping Karina.
"Nggak usah takut. Gue nggak akan makan lo atau ngasih hukuman apapun ke lo."
Karina menghela napas lega setelah mendengar perkataan Sandra. Setidaknya ia bisa sedikit tenang karena senior yang sempat menamparnya ini tidak akan macam-macam.
"Oh iya, gue mau minta maaf ke lo."
"Minta maaf karena apa Kak?"
"Soal itu. Waktu gue nampar dan nyiram lo. Gak tau kenapa waktu itu bawaannya pengen marah-marah terus."
"Kakak waktu itu lagi mens ya?"
"Kok lo tau?"
"Itu wajar Kak. Perempuan yang sedang haid memiliki tingkat emosi yang lebih tinggi dari biasanya. Itulah yang menyebabkan mereka lebih sensitif dan marah-marah."
"Kenapa?"
"Karena pengaruh hormon. Ketika wanita haid, otak dan tubuhnya mensekresikan hormon lebih banyak dari biasanya, dan itu berdampak pada kestabilan emosi si wanita. Wanita juga punya hormon estrogen dan progesteron yang membedakannya dari laki-laki Kak."
Sandra mengangguk tanda mengerti.
"Lo mahasiswa fisika tapi tau yang kayak gini. Kok bisa? Setahu gue itu dipelajari di biologi."
"Ilmu itu bisa tentang apa aja Kak. Kita diajarkan untuk memahami tidak hanya satu ilmu."
Sandra tersenyum sambil mengangguk. Ia lalu menepuk pelan bahu Karina.
"Gue salut sama lo. Makasih ya, gue pergi dulu." Sandra beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan Karina yang masih tersenyum manis. Perlahan menjauh, menjauh, dan akhirnya hilamg setelah melewati pintu utama.
Karina melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda beberapa saat lalu. Dia merasa tenang. Di satu sisi dia senang kakak seniornya yang terkenal garang itu ternyata tidak semenakutkan itu. Di sisi lain ia juga merasa heran dengan perubahan sikap kakak seniornya itu. Kalau alasan ia karena PMS, Karina bisa maklum. Tapi kenapa? Biasanya kakak senior akan terus menjadikan adik tingkat yang pernah berurusan dengan mereka menjadi bulan-bulanan. Ah, sudahlah. Tidak baik berprasangka buruk, batin Karina.
Di sudut ruangan yang lain, sepasang mata bola tengah memperhatikan Karina sejak tadi.
Aku benar, aku tidak salah memilih, ucap orang itu dalam hati.
***
Kenapa Kak Sandra berubah ya? Eits, jangan suudzon dulu ya😘
Jangan lupa tinggalkan jejak😘
Thanks😘
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)
Fiksi UmumHadirmu adalah anugerah terindah bagiku. Kau seolah-olah terlahir sebagai pengganti atas bagian dari jiwaku yang telah lama hilang. Aku selalu berpikir, mungkinkah kau adalah malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Allah untuk menjagaku? "Kau mau menun...