Apa yang akan kau lakukan ketika orang-orang di sekitarmu seketika berubah? Marah? Kepada siapa kau lampiaskan rasa marah itu? Siapa yang akan kau persalahkan?
-Karina Adiwinata
***
Hari ini Viona datang lebih awal dari Karina. Wajahnya tampak berseri sekali. Sepertinya ia sedang bahagia. Entah karena apa. Sedari tadi senyuman tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Penampilannya juga rapi sekali. Tidak seperti biasanya. Ia juga tak memakai high heelsnya hari ini.Apa Viona salah makan hari ini? Apa salah satu saraf di otaknya putus? Apa ada setan yang sedang bersemayam di dirinya? Apa? Apa?
Pertanyaan itu mengusik pikiran Karina. Sedari tadi matanya tak fokus membaca karena senandung sumbang Viona. Padahal hari ini ada tes dari dosen matematika murni.
"Vi kamu kenapa? Kamu sehat 'kan?"
Viona mengernyitkan dahi.
"Kenapa lo ngomong gitu? Gue sehat kok,"
"Ya tumben aja kamu rapi banget. Nggak biasanya. Kamu beneran Viona Ramadita 'kan? Bukan setan?"
"Ck. Lo tuh ya. Gue rapi ngomel, gue acak-acakan ngomel. Kenapa sih,"
"Enggak papa sih. Tumben aja,"
"Gue lagi seneng. Lo tahu? KEVIN SEMALAM NEMBAK GUE KARIN!"
Ekspresi wajah Karina masih tidak berubah. Ia masih kesal karena Viona mengganggu jam membacanya pagi ini.
"Ya udah selamat. Kamu gak jomblo lagi 'kan?"
Viona lalu memeluk Karina. Karina tak bisa melawan saking kagetnya. Sahabatnya ini kalau sudah bahagia manjanya minta ampun. Karina hanya berharap Kevin serius dengan Viona. Ia tahu Kevin sedikit "jalang" karena dia adalah salah satu anak yang broken home. Hanya saja masih dalam tahap normal.
"Lo tahu gak, dia bilang mau ngenalin gue ke orang tuanya. Gila, ini gila banget!"
"Secepat itu? Kok aku kurang percaya ya?"
"Jangan suudzon gitu. Gue tahu dia anak broken home dan seorang player. Tapi gue bakal rubah dia menjadi lebih baik dari ini. Gue pengen dia balik kayak dulu, jadi anak baik-baik dan nggak brengsek."
"Semoga kamu dapat merubahnya."
Semoga.
📖📖📖
Sesi latihan terasa membosankan karena Karina harus menjalani peran ganda sebagai center sekaligus sebagai shutter. Karina memang punya tinggi badan paling pas diantara rekan-rekannya. Ketepatan shutting bolanya juga akurat. Maka pantas saja ketika pertama kali masuk ekskul, dia jadi pusat perhatian dan bahan pujian. Beruntung rekan-rekannya adalah orang-orang profesional jadi mereka sudah terbiasa dan tak takut posisinya tergantikan. Sportifitas.
Alfian baru datang ketika latihan sedang break sebentar. Ia langsung melengang begitu saja ke grupnya tanpa menyapa Karina. Wajahnya kaku dan datar. Karina yang merasa dia sedikit aneh hanya bisa berpikir positif saja. Mungkin sedang ada masalah, pikirnya. Karina tak mempedulikan itu.
Tapi rasa berbeda itu semakin terasa ketika latihan selesai. Karina yang kelelahan setelah bermain empat kuarter penuh dibuat heran dengan sikap Alfian yang sama sekali tidak menyapanya. Cuek dan dingin. Sama seperti sebelum mereka saling mengenal. Ada apa dengan dirinya? Apakah Karina berbuat kesalahan hingga Alfian tidak mengacuhkannya? Tapi kesalahan apa yang sudah diperbuatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)
Ficción GeneralHadirmu adalah anugerah terindah bagiku. Kau seolah-olah terlahir sebagai pengganti atas bagian dari jiwaku yang telah lama hilang. Aku selalu berpikir, mungkinkah kau adalah malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Allah untuk menjagaku? "Kau mau menun...