Bagian 18 : Friend

27 5 0
                                    

Satu sahabat lebih berharga daripada seribu teman yang hanya datang ketika perlu sesuatu saja.

-Karina Adiwinata

***

Selepas diantar pulang oleh Alfian, Karina tidak langsung tidur. Padahal hari sudah larut malam. Karina begitu bahagia hari ini. Meskipun mamanya sibuk bekerja, setidaknya ada Alfian yang bisa menemani hari kosongnya. Dan Karina merasa nyaman-nyaman saja berada di dekat Alfian. Laki-laki itu seolah mempunyai magnet kharisma yang tinggi yang menjadikan dirinya terlihat istimewa dari yang lain. Maka tak heran jika para gadis di kampusnya banyak yang tergila-gila kepadanya. Bahkan ada yang sampai rela bolos kuliah hanya demi menunggu seorang Alfian keluar dari kelasnya atau sekedar bermain basket. Agak berlebihan memang, tapi seperti itulah wanita kalau sudah tergila-gila pada seseorang.

Karina merebahkan dirinya di pinggiran ranjang sambil memeluk boneka kesayangannya. Tangannya lalu beralih pada ponselnya yang sedari tadi ia anggurkan. Entah mendapat dorongan dari mana, Karina lalu menghubungi Viona untuk menceritakan kisah hari ini. Meskipun ia tahu bahwa sahabatnya pasti akan uring-uringan esok harinya akibat terlalu banyak mendengar cerita.

"Halo Vi,"

"Halo. Kenapa Karin?"

"Bisa ke sini nggak? Aku sendiri nih. Butuh temen curhat,"

Terdengar helaan napas kesal dari seberang sana.

"Kenapa lo? Aduh gue lagi banyak tugas nih, telepon Kak Fian aja deh,"

"Ishh apaan sih kok malah bawa-bawa kak Fian. Enggak, aku maunya kamu, gak mau kak Fian,"

"Ya kan biasanya juga lo sama Alfian. Kenapa sih lo? Lagi PMS ya?"

"Ishh Viona nyebelin deh. Yaudah kalo gak mau gapapa, aku cari sahabat lain aja,"

"Ck. Gitu aja kok ngambek sih. Iya deh iya gue ke sana, tunggu 15 menit oke?"

Karina berjingkrak senang. Rasanya sudah lama Viona tak datang kemari.

"Vi,"

"Apa lagi?"

"Hmmm... Beliin martabak ya, aku sayang Viona dadah mmuaachh,"

"Ck. Ngeselin juga kan lo. Zizii gue ishh,"

Karina tahu, meskipun sikap kekanak-kanakannya sering muncul terutama saat bersama Viona, Viona tak pernah sekalipun marah atau kesal padanya. Itulah sisi lain dari seorang Viona Ramadita, putri sulung dari Rama Ramadita, pemegang saham terbesar dalam dunia bisnis properti Ramadita Corporation. Meskipun Viona anak orang terpandang, sekalipun ia tak pernah besar kepala. Viona yang Karina kenal adalah sosok sederhana yang baik, lemah lembut dan pintar.

Sekitar lima belas menit kemudian, bel rumah Karina berbunyi. Karina segera turun membukakan pintu untuk tamunya. Viona datang sembari membawa dua bungkus kantong plastik berisi martabak rasa kacang dan ketan hitam. Rasa kesukaan Karina.

"Masuk yukk,"

"Bantuin dong, berat tau,"

"Hehe iya iya. Cerewet banget sih,'

Mereka lalu berjalan menuju dapur, mengambik dua buah piring dan dua buah minuman dingin. Kemudian keduanya naik ke atas, menuju kamar Karina.

Apa yang lebih indah dari ini? Ketika kita sendirian, bukankah sahabat selalu ada untuk kita? Bahkan saat kita dalam keadaan kacau dan jatuh sejatuh-jatuhnya mereka yang kita anggap sahabat selalu menyediakan pundak mereka untuk bersandar, mengulurkan tangan untuk meraih kita, merendahkan dirinya untuk meninggikan kita.

Keduanya fokus ke layar laptop sambil memakan martabak yang dibeli Viona tadi. Saking fokusnya sampai-sampai mereka tidak sadar kalau potongan-potongan kacang bubuknya terjatuh sana-sini. Jadilah ranjang Karina seperti penjemuran kacang. Bisa dipastikan sebentar lagi pasukan semut akan datang berbondong-bondong menyerbu.

Pernyataan "saudara jadi sahabat" memang terdengar biasa. Tapi "sahabat jadi saudara" itu baru luar biasa. Begitu pula dengan keduanya. Karina dan Viona sudah seperti saudara.

Karina ingat saat pertama kali bertemu dengan Viona. Saat itu mereka baru berumur enam tahun. Karina yang notabenenya adalah anak mandiri menghampiri Viona yang tengah menangis di bawah pohon randu di seberang sekolah TKnya. Viona saat itu tengah memeluk boneka doraemon dengan erat sambil terisak. Dengan berani Karina menyapa gadis itu, seketika gadis itu mendongak. Matanya sembab. Tapi wajahnya tetap lucu. Da di detik berikutnya Karina mengulurkan tangannya, Viona tampak ragu. Namun tetap ia terima uluran tangan itu.

"Karin..."

Karina yang sedang fokus pada layar laptopnya menoleh.

"Kenapa?"

"Lo suka 'kan sama kak Alfian?"

Karina tersentak kaget. Kenapa sahabatnya ini tiba-tiba bertanya seperti itu? Apa jangan-jangan Viona suka pada Alfian?

"Emm... Nggak kok, kenapa?"

"Lo gak bisa bohong sama gue. Gue kenal lo gak sehari dua hari. Belasan tahun Karin,"

"Kok nanya gitu?"

"Enggak. Gue cuma mastiin aja. Kalo lo emang beneran suka, syukur deh. Gue lihat kak Alfian juga suka sama lo."

"Hahaha... Viona, kita berdua itu cuma temenan. Dan status kita juga cuma sekedar kakak-adik. Udah ah, jangan bahas itu, bahas yang lain aja,"

"Gue cuma pengen liat lo bahagia lagi Karin. Gue bakal mastiin kalo sampai Alfian nyakitin lo, gue bakal bikin dia hancur sehancur-hancurnya."

"Serem banget ancaman kamu Vi. Belajar dimana?"

"Karina! Gue serius tahu!"

"Hahaha... Iya iya, aku minta maaf. Lagian kamu sih, ngomong kok ngelantur gitu. Makan apa sih tadi sore? Oh atau jangan-jangan kamu lagi dimabuk cinta ya sama kak Kevin? Hayoo ngaku!"

Bukk

Viona memukul Karina dengan guling. Viona lalu membenamkan wajahnya di bantal untuk menyembunyikan rona malu di wajahnya. Karina tertawa.

Menyenangkan bukan memiliki sahabat yang sebaik dan setia?

***

Hai! Maaf ya kalo urutan ceritanya acak-acakan. Author juga gak tahu kenapa. Ada yang tahu penyebabnya? Boleh dong komen di bawah, sekalian kasih bintangnya ya, hehe. Asal kalian tahu, ketika satu bintang didapat semangat author meningkat berkali lipat. Gak ada salahnya kan memberi reward kepada karya yang sudah diciptakan?

Thanks😘

THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang