Bagian 30 : Baikan

37 5 0
                                    


Tidak baik memendam sakit lama-lama. Kamu hanya punya dua pilihan, menceritakannya atau kamu melupakannya.

-Karina Adiwinata & Alfian Mahendra

***


Sinar matahari merangsek masuk ke kamar melalui celah jendela. Karina mengucek kedua matanya. Diliriknya jam beker di atas nakas samping tempat tidurnya, lalu diletakkannya kembali ke tempat semula. Karina menghembuskan napas.

Setelah terdiam sejenak, ia bangkit dari pembaringannya, berjalan menuju jendela kamar yang masih tertutup. Dibukanya gorden yang menjuntai panjang hingga ke lantai, lalu disampirkannya ke pinggir. Cahaya matahari langsung menyilaukan matanya begitu ia menyingkap gorden. Karina mengedipkan mata beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk. Sudah pukul tujuh pagi. Pantas kalau matahari sudah naik ke peraduan.

Karina membuka lemari pakaian. Diambilnya satu stel pakaian kuliah semi formal dengan bawahan celana bahan dan atasan kemeja putih polos. Sejurus kemudian ia bergegas mandi, membersihkan tubuhnya dari bau keringat sisa semalam. Masih ada waktu satu jam untuk berangkat.

Lima belas kemudian ia turun ke lantai bawah. Dia melirik ke arah dapur. Mamanya sibuk mondar-mandir dari kompor ke meja makan. Di pinggangnya terlilit celemek merah muda bergambar barbie. Karina bergegas menghampirinya.

"Sudah bangun rupanya," ujar mamanya ketika mendapati Karina sudah duduk di kursi.

"Sudah dong Ma. Karina 'kan bukan pemalas,"

"Hmm. Ya sudah, mari sarapan. Mama buatkan sayur sop dan ikan goreng kesukaan kamu,"

"Kesukaan aku juga tante,"

"Lho? Kak Fian di sini? Sejak kapan? Ngapain di sini?" tanya Karina bertubi-tubi. Alfian hanya nyengir saja.

"Satu satu dong nanyanya, kan aku jadi bingung jawabnya kalo banyak gitu."

"Sayang, Alfian udah di sini sejak semalam. Dia 'kan yang bawa kamu waktu ketiduran di lapangan basket. Kamu ini kalau sudah main lupa sama waktu."

Karina tersentak. Hampir saja ia memuncratkan susu di mulutnya.

"Aku? Ketiduran Ma? Mana ada! Aku pulang sendiri kok," Karina mencoba mengelak.

"Masa iya orang pulang sambil tidur berjalan sih,"

Bagus! Karina kalah debat pagi ini. Tidak ada alasan untuk mengelak. Pantas saja semalam dia merasa aneh karena tiba-tiba bangun dan dia sudah ada di kamarnya.

"Kak Fian pake baju Ayah?"

"Iya sayang. Kasihan dia gak sempet bawa baju ganti. Lagian bajunya Ayah pada muat kok di dia. Badannya kan bagus sama kayak Ayah kamu."

"Kak Fian mau kuliah?'

" Iya," jawab Alfian singkat.

"Bukunya? Kak Fian kan gak pulang?"

"Aku mau bolos hari ini,"

"Apa?"

"Nggak. Nggak ada. Hari ini aku mau bimbingan skripsi. Materinya ada di laptop."

"Laptopnya mana?"

"Ada di mobil."

"Mobilnya mana? Kan Kak Fian ke sini jalan kaki?"

"Ada di rumah tante Luna."

"Husshh kamu ini. Makan dulu, baru tanya-tanya. Kalau gini terus kapan selesainya." tegur mamanya.

Mereka melanjutkan acara sarapan. Tidak ada rasa canggung di antara mereka. Mamanya Karina sudah sangat akrab dengan Alfian. Dia percaya sama Alfian. Alfian adalah laki-laki yang baik. Buktinya dia mau gendong Karina yang tertidur dari lapangan basket ke sini. Dia juga rela sampai menginap untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang