Bagian terumit adalah ketika semua penjelasan yang kau berikan sama sekali tak ada artinya.
-Alfian Mahendra
***
Selepas melaksanakan shalat Ashar di masjid setempat, Alfian memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Ditemani angin Lembang yang turun dari Tangkuban Perahu, serta berbagai kawih Sunda yang menggema di beberapa pojok kios klontongan penjual beragam makanan dan oleh-oleh khas Lembang, telah menjadikan suasana sore ini benar-benar terasa damai. Meskipun jalanan macet dan lumpuh saking banyaknya kendaraan wisata, sedikitpun tak menyurutkan semangat Alfian. Motor kesayangannya sesekali berdecit karena di rem mendadak.
Ketika ia sampai di depan rumahnya, perhatiannya beralih pada seorang gadis yang berjalan di samping Teh Diah menuju ke arahnya. Tampak raut keterkejutan di wajah Alfian ketika wajah itu semakin dekat ke posisinya. Gadis itupun terlihat sama terlekejutnya dengan Alfian. Hanya saja ia bisa menguasai dirinya dan pandai mengalihkan pandangan.
"Eh, ada Fian di sini. Baru pulang dari Saung Angklung ya?" tanya Diah ketika mereka sampai di depan rumah Alfian. Alfian terpaku sejenak ketika gadis di samping Diah menengadahkan kepalanya menatap Alfian. Lalu menunduk kembali.
"Iya Teh. Baru saja saya pulang. Teteh dari mana?"
"Ini, teteh habis jemput saudara teteh. Neng Rina, jangan nunduk mulu atuh sok perkenalkan diri sama Fian, dia ini tetangga kita yang paling baik."
"Karina?"
Gadis itu mendongakkan kepala. Seraut senyum kecil menyungging di sudut bibirnya.
"Kak Fian."
Diah hanya memasang raut wajah terkejut. Ia penasaran kenapa dua orang di depannya ini bisa saling kenal. Padahal Diah rasa dia tidak pernah memperkenalkan keponakannya itu kepada siapapun.
"Lho sudah saling kenal ya? Kok bisa?"
"Emm... Itu Teh, Karina ini teman saya di kampus. Dia juga termasuk salah satu anggota tim basket saya. Jadi, kami sudah saling mengenal."
Karina mengangguk mengiyakan. Sebenarnya ada sedikit kecewa di hati kecilnya ketika Alfian menyebutnya hanya teman.
"Iya, Bi. Kak Fian ini senior Rina di kampus, kami sering bertemu saat latihan."
"Bibi? Karina ini siapanya teteh?" tanya Alfian.
"Lah kumaha ini teh. Neng Rina ini kan keponakannya teteh."
Alfian tampak terkejut mendengar jawaban dari Diah. Keponakan? Benarkah? Tapi dari saudaranya yang mana?
Setahu Alfian, Diah adalah anak kedua. Dia punya dua saudara, satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan. Dan kakak dari Diah adalah orang yang sangat Alfian kenal. Setahu dia, kakaknya Diah hanya punya satu orang putri. Dan mereka sudah pindah beberapa tahun lalu ke tempat yang cukup jauh dan Alfian tidak tahu mereka pindah ke mana. Sedangkan adiknya Diah adalah seorang perawat di rumah sakit di Jakarta. Tapi dia belum menikah. Lagipula usianya juga masih muda, jadi tidak mungkin punya anak sebesar Karina. Apa itu berarti Karina adalah anak dari kakak laki-lakinya Diah?
Kini, Alfian punya fakta dan informasi baru yang dapat memudahkannya menjalankan misi.
📖📖📖
Kini, keduanya duduk di sebuah taman yang menghadap langsung ke arah pemukiman. Di bawah sana, kerlap-kerlip lampu dari rumah penduduk dan beberapa bangunan lainnya memperindah pemandangan. Karina mengeratkan jaketnya lalu menyilangkan kedua tangannya di dada menahan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)
Ficción GeneralHadirmu adalah anugerah terindah bagiku. Kau seolah-olah terlahir sebagai pengganti atas bagian dari jiwaku yang telah lama hilang. Aku selalu berpikir, mungkinkah kau adalah malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Allah untuk menjagaku? "Kau mau menun...