Bagian 40 : Hope (ENDING)

66 2 0
                                    

"Jika menunggumu adalah satu-satunya cara agar aku tetap bisa bersamamu, maka akan aku lakukan."

-Karina Adiwinata

***

Berbicara soal waktu, semua hal yang ada di dunia ini tidak pernah bisa terlepas dari putarannya. Ketika waktu sudah bergulir, tidak ada yang bisa dilakukan selain melewati dan menjalaninya. Menggunakannya dengan sebaik mungkin. Tidak akan ada satu orang pun yang bisa mengembalikan waktu. Kecuali Sang Maha Kuasa.

Karina selalu bersyukur atas semua kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Takdir Tuhan telah mempertemukannya dengan seseorang yang bisa dibilang menjadi cinta keduanya setelah ayahnya. Seseorang yang melengkapi sisi rapuh dirinya. Seseorang yang tidak bisa dia jabarkan dengan kata-kata. Bahkan seribu puisi atau sejuta kata pun tak akan mampu menyaingi dirinya. Kalaupun kisahnya ia tulis dalam bentuk novel pun rasanya tidak akan pernah cukup.

Kalau ia bisa memutar ulang waktu, dia akan berlari secepat mungkin. Dia akan memeluk erat ayahnya yang tengah berdiri di pinggir lapangan sambil tersenyum bahagia. Karina akan mengatakan segala keluh kesahnya kepada ayahnya. Kalau ia bisa, dia akan meneriakkan berjuta terima kasih kepada sosok ayah yang telah membiarkan dirinya ada di dunia. Berkat kebaikan hati ayahnya pula, kebahagiaan selalu menyertai dirinya dan keluarganya.

Ketika sebuah harapan lahir, maka akan muncul harapan lainnya. Hari ini Karina berharap dirinya bisa menjadi seseorang yang berharga di mata dunia, yang tidak hanya bisa memandang sesuatu dari segi materi saja. Hari ini Karina berharap menjadi seseorang yang berharga di mata seorang laki-laki yang beberapa waktu lalu telah mengikatnya. Meskipun hanya ikatan sementara, tapi atmosfer kebahagiaan tetap menyelimutinya. Karina percaya, sang waktu tidak akan setega itu memisahkan dia dengan dirinya.

Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Apakah dia masih sama seperti Karina yang dulu, atau bahkan berubah total. Karina tidak pernah tahu, apakah beberapa tahun yang akan datang ia masih bisa mengenali Alfian sebagai seorang laki-laki yang menyebutnya kue pengantar tidur atau bahkan lupa dengan sebutan itu. Tapi yang namanya harapan tetaplah ada. Kalau boleh Karina berharap, cukup Karina dan Alfian versi sekaranglah yang harus ada di masa depan.

Aku bertaruh
Ketika angin berhembus lembut
Dan daun-daun telah meranggas
Satu bisik akan kudengar saksama
Tentang dia yang kuanggap berharga

Aku percaya
Sekalipun dia hanya dianggap noda
Bagiku dialah sang dikara
Menemani dalam setiap masa
Berjalan bersama menuju senja

Memang, bait puisi tidak akan mampu mewakilkan sejuta rasa yang ia punya. Baginya, bahagia tak perlu diumbar kepada dunia. Cukup dia dan orang-orang di sekitar yang merasa.

Ada kenyataan yang harus ia hadapi di depan sana. Kenyataan yang tidak cukup dia terima hanya dengan kata-kata. Tapi kenyataan yang harus ia hadapi dan ia terima dengan lapang dada.

Langkah kaki berderap di tengah kebisingan suar-suara yang tak pasti rupa. Ratusan manusia berlalu lalang menampakkan kesibukkan mereka di pagi hari yang cerah ini. Namun, tak secerah hatinya. Ada sembilu yang menancap kuat di ulu hatinya. Tapi pikirannya selalu berkata, "Kau bisa! Kau kuat!"

"Sudah siap?" tanya seorang wanita yang selama ini selalu menjadi sandarannya. Dengan mantap ia menjawab,

"Aku siap Ma."

Keduanya lantas berjalan beriringan menuju ke sebuah ruangan tunggu. Di sana sudah ada tiga orang yang sedang duduk dengan perasaan campur aduk. Sebentar lagi dia akan melihat orang yang dicintainya pergi.

Beberapa bulan selepas wisuda, pengumuman penerimaan beasiswa keluar. Permohonan beasiswa Alfian ke Australia dikabulkan. Alfian benar-benar ingin mewujudkan mimpinya.

Di satu sisi ia bahagia karena impiannya untuk sekolah di luar negeri bisa terwujud. Apalagi di negeri kangguru itu. Hasil belajarnya selama ini tidaklah sia-sia. Namun, di sisi lain dia harus menelan kesedihan yang luar biasa, ketika dirinya harus meninggalkan semua orang yang dicinta.

Hatinya berontak dan menentang keras segala yang ada. Seolah di dunia ini hanya tentang hati dan cinta. Tapi logika mengalahkan segalanya. Logika tetap harus berjalan sesuai tempatnya. Egois memang, tapi apa yang bisa dia lakukan?

Meskipun terasa berat, namun amanah adalah amanah. Allah telah memberinya kesempatan yang sudah dia nantikan selama bertahun-tahun lamanya. Dan tegar adalah satu-satunya jalan agar semua terlihat baik-baik saja.

Tiga puluh menit lagi pesawat yang akan membawa Alfian lepas landas. Rasa yang berkecamuk dalam dada serasa ingin buncah seketika.

"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu." Karina mengangguk. Keduanya memisahkan diri dari keluarga mereka.

"Maaf. Ini memang menyakitkan. Tapi aku bisa apa? Katakanlah aku memang egois." Alfian menunduk. Karina yang dia tatap tadi tersenyum.

"Hei, siapa yang bilang? Alfian yang kukenal bukanlah Alfian yang cengeng. Tidak bisakah kau tersenyum sebelum kau meninggalkan kami?" Karina menangkup wajah Alfian dengan kedua tangannya. Menatap manik mata setajam elang yang kini terlihat sendu.

"Maukah kau menungguku?"

"Jika menunggu adalah satu-satunya jalan agar aku tetap bisa bersamamu, maka akan aku lakukan. Tidak ada yang menyangkal bahwa perpisahan itu memang sakit. Tapi ingatlah, tak ada yang bisa kita lakukan selain tabah dan terus berusaha, semua akan baik-baik saja."

"Aku mencintaimu Karina."

"Aku juga mencintaimu Kak."
Alfian menunduk, mengecup lembut kening Karina yang mungkin tak akan bisa ia lihat lagi untuk beberapa tahun ke depan.

Benar, perpisahan bukan akhir dari segalanya. Biar saja waktu yang menjawab semua pertanyaan yang bersemayam dalam dada. Yakinlah bahwa perpisahan akan selalu membuat kita kuat dengan segala godaan yang ada.

Berada dalam tempat yang berbeda tapi tetap satu dunia, tidak apa-apa 'kan? Selama saling percaya, semua akan baik-baik saja.

Tak akan pernah ada yang tahu, saat sebuah perpisahan akan mendatangkan perpisahan yang lainnya.

Percayalah, meskipun raga kita terpisah, hati ini akan selalu dekat. Dan kau pun tahu betul. Karena hati ini selalu tahu siapa pemiliknya, dan hati ini pun tak pernah lupa kepada siapa ia akan pulang.

***

---------------------TAMAT----------------------

Alhamdulillah, dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat-Nya, saya menyatakan dengan ini bahwa cerita HE IS WEIRD telah selesai disusun dan dipublikasikan untuk pertama kalinya.

Ini adalah seri pertama dari BASKETBALL SERIES, yang insya Allah akan saya susun menjadi sebuah trilogi. Doakan saja semoga semuanya lancar dan sesuai dengan harapan.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang telah membaca dan memberikan respon terhadap cerita ini. Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna.

Sekali lagi terima kasih.

NANTIKAN CERITA SERI KEDUA DAN KETIGANYA YA, SAMPAI JUMPA DI CERITA SELANJUTNYA.

Salam Literasi✌

THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang