"Dunia ini penuh dengan kejutan. Kenapa? Karena misteri tak akan pernah berakhir ketika salah satunya terpecahkan. Akan ada banyak misteri lain yang muncul."
-Raina Fajar
***
"Karina?"
Karina tersenyum kepada mereka. Ia sedikit geli dengan raut wajah bingung yang terpasang di pahatan wajah Tika yang putih bersih itu. Ternyata dia sama sekali tidak tahu bahwa Karina yang selama ini selalu menjadi objek perhatian anaknya ternyata adalah putri kawan sekaligus sahabatnya sendiri, Leona.
Tak lama kemudian, sebuah senyum bulan sabit terukir indah di bibir Tika. Raut bingung berubah menjadi raut bahagia yang tidak terdefinisi dan tidak diketahui oleh siapapun kecuali oleh dirinya sendiri.
Karina segera menyalami wanita-wanita seumuran ibunya itu dan segera mempersilahkan mereka masuk. Meja makan adalah tujuan utamanya. Ibunya sudah duduk manis di kursi yang menghadap ke timur dengan seulas senyum.
"Hai. Selamat datang kembali di rumahku, Tika, Luna."
"Haduh. Sudah lama aku tidak kemari. Bagaimana kabarmu, Leona?" tanya Tika sembari memeluk Leona. Yang lain hanya tersenyum. Keduanya seperti sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu.
"Aku selalu baik."
"Hanya ingin menyapa Tika saja? Kami tidak disapa?" sindir Luna sambil terkikik.
"Oh ya ampun. Luna! Kita tetangga tapi jarang sekali bertemu." ungkap Leona.
"Kau ini. Aku selalu ada di rumah, kau yang sibuk."
"Maklum lah. Pekerjaan di rumah sakit sangat banyak. Waktuku tersedot habis di sana."
Karina dan Alfian geleng-geleng kepala melihat tingkah laku orang tua mereka. Memang benar kata orang, wanita lebih bisa terbuka sifat aslinya ketika bersama sahabat mereka.
Satu persatu bungkusan plastik yang dibawa sang tamu dibuka dan dikeluarkan isinya. Ada tiga bungkus snack kentang goreng, empat bungkus keripik singkong, dua bungkus besar sistik pedas, dan dua botol besar minuman buah. Persis seperti orang mau piknik keluarga.
"Apa kita akan makan di sini?" tanya Tika.
"Memang kenapa?" Leona balik bertanya.
"Aku rasa di sini terlalu sempit. Kita 'kan mau makan santai, kurang enak rasanya kalau hanya di meja makan."
"Lantas bagaimana?"
"Ma, kita pindah ke taman belakang saja. Kebetulan hari ini Karin sudah membersihkan daun-daun yang berserakan di sana, Karin juga sudah menaruh karpet besar di sana. Udaranya juga sejuk. Kita bisa santai di sana." usul Karina. Dia memang sudah menggelar karpet sebelum membantu ibunya tadi. Rencananya dia ingin bersantai di taman belakang yang menjadi tempat favoritnya setiap hari libur.
"Usulan bagus. Ayo."
Satu persatu piring di meja makan beralih tempat ke taman belakang. Piring-piring berisi makanan lezat itu sekarang sudah berada di tengah-tengah karpet besar yang digelar Karina. Alfian sedari tadi terus tersenyum memperhatikan Karina. Sayang, Karina terlalu fokus menyiapkan segalanya hingga tak menyadari kalau Alfian menatapnya dari tadi.
Mereka lalu duduk melingkar di sisi-sisi karpet. Makanan sudah berada di tangan. Mereka makan sambil sesekali berbincang.
"Aku kira Karina bukan anakmu Leona. Karina juga, kenapa nggak kasih tau saya kalau kamu anaknya Leona." ujar Tika. Dia sebenarnya masih terkejut mendapati fakta bahwa Karina adalah anak Leona. Sebelumnya dia memang tidak pernah melihat Karina saat dulu berkunjung ke sini. Tentu saja, karena Karina selalu bersembunyi setiap kali keluarga itu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE AFFORDABLE HEART (SERI 1) (TAMAT✔✅)
Fiksi UmumHadirmu adalah anugerah terindah bagiku. Kau seolah-olah terlahir sebagai pengganti atas bagian dari jiwaku yang telah lama hilang. Aku selalu berpikir, mungkinkah kau adalah malaikat tanpa sayap yang dikirimkan Allah untuk menjagaku? "Kau mau menun...