8% Bolos ✔️

3.9K 142 14
                                    

Tyara berbelok menuju lapangan. Ia mengernyitkan dahi saat melihat Deon malah berjalan lurus. "Heh, lo! Arah ke lapangan sepakbola tuh ke sini."

Deon menghentikan langkahnya, lalu ia membalikkan badan. "Bodo amat!" jawab Deon lalu melanjutkan langkahnya lagi.

"Gue bilangin bu Lilis kalo lo gak ngejalanin hukuman." Tyara melangkah berbalik arah menuju kelas 11 IPA 1.

"Arghhh!" Deon mengacak rambutnya frustasi.

Deon berlari kecil menyusul Tyara. Setelah berhasil meraih tangan kanan gadis itu, ia menarik dan membantingkan gadis itu ke tembok, dan mengunci dengan kedua tangannya, supaya gadis itu tak bisa kabur.

Tyara menatap Deon penuh amarah. "Lo, jangan macem-macem ya?!"

Tyara mendorong dada bidang Deon sekuat tenaga, tetapi posisi Deon tak tergoyahkan sedikit pun. Tenaga lelaki itu terlalu kuat dibanding tenaga Tyara.

Deon tersenyum kecut lalu tangannya bergerak membuka kancing seragamnya satu per satu.

Tyara membulatkan matanya lalu memundurkan hingga punggungnya menyentuh tembok, ia mengedarkan pandangannya kenapa di sini suasananya sangat sunyi? Kemana orang-orang yang selalu berlalu lalang melewati koridor ini? Memang sekarang jam pelajaran sedang berjalan, tapi masa iya tak ada orang yang lewat mau ke mana gitu?

"E-elo ... jangan macem-macem, ya! Ini masih di lingkungan sekolah gue bisa-"

Deon yang telah selesai membuka kancing seragamnya hingga hanya menyisakan kaos putih polos, dengan cepat membekap mulut Tyara. Deon menatap bola mata coklat gadis itu yang menggambarkan penuh ketakutan.

"Pede banget sih jadi cewek!" Deon melepaskan tangannya yang membekap mulut Tyara.

Tyara bernapas sedikit lega, tetapi, tetap saja jantungnya berdetak lima kali lipat lebih cepat.

"Gue gerah, bukan mau ngapa-ngapain lo!" ucap Deon. "Cie lo otaknya mesum juga ternyata."

"Ih ya enggak lah."

"Terus tadi lo mikirin apa?"

"Enggak. Yaudah sana pergi jauh-jauh. Gak bakal gue laporin."

Deon menurunkan kedua lengannya. "Gue gak bisa percaya begitu aja sama lo, gue gak jamin lo gak bakalan ember. Jadi lo harus ikut gue bolos."

"WHAT?! Ogah!"

"Gak ada penolakan dari perintah Deon Arya Dewantara." Deon memegang pergelangan Tyara dan menarik gadis itu menuju parkiran.

"Siapa lo? Lo gak berhak seenak jidat lo nyuruh-nyuruh orang buat ngabulin permintaan lo." Tyara meronta-ronta agar tangannya terlepas dari genggaman Deon.

Deon tak menghiraukan omelan gadis yang kini berada di belakangnya.

"Deon! Deon!"

Deon malah berlari dan itu membuat Tyara terpaksa harus berlari karena kini tangannya masih digenggam oleh Deon.

"Buruan ntar ketauan."

"Gue gak mau cari masalah Deon, plis!"

"Gak lo harus ikut gue."

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang