25% Maaf ✔️

2.9K 119 19
                                    

Cup!

Tyara membulatkan matanya, ia merasakan jantungnya copot.

Deon menjauhkan bibirnya dari kening Tyara. Lalu ia melihat wajah gadis di hadapannya merona, dan ia sangat gemas dengan wajah itu.

Deon mendekatkan lagi wajahnya kepada wajah Tyara. Tapi, kali ini Tyara memundurkan langkahnya menjauhi Deon.

"Lo gak bisa seenak jidat lo cium cewek dengan sesuka hati lo."

"Ok, gue rasa ada kesalah pahaman di sini. Gue rasa gue harus pulang."

Tyara membalikkan badannya dan berjalan cepat meninggalkan Deon sendirian.

Bukan Deon namanya jika ia akan melepaskan gadis yang ia sukai begitu saja. Deon berjalan cepat dengan langkah yang lebih lebar dari Tyara. Dan.

Tyara membulatkan matanya lagi, saat pria bad boy memeluknya dari belakang.

"Sorry. I'm so sorry," ucapnya lembut di telinga Tyara.

"Plis Yon! Gue gak suka dengan cara lo kayak gini, yang selalu menyerang duluan. Lo gak bisa samain semua wanita suka dengan cara lo yang kayak gini." Air mata gadis itu telah menumpuk di balik kelopak matanya. "Gue bukan cewek murahan," ucapnya pelan dengan jatuhnya air mata.

Deon perlahan-lahan melepaskan pelukannya, saat ia rasa suara gadis itu serak seperti orang yang sedang menahan air mata. Deon membalikkan badan Tyara. Pria itu menatap bola mata yang telah tertutupi sebagian oleh air matanya.

Gadis itu menundukkan kepalanya, tak ingin melihat pria di hadapannya.

Deon menghembuskan napasnya pelan.

"Maafin gue. Plis, Ra."

"Ra? Tatap gue!" titah Deo lembut.

Gadis itu menuruti perintah Deon.

"Lo bisa pukul gue sampai lo puas." Deon meraih tangan kanan Tyara dan memukul-mukul dadanya dengan tangan Tyara yang ia gerakkan.

Tiba-tiba Tyara menghempaskan tangan Deon. Membuat Deon sedih.

Dan, gadis itu memeluk Deon, membuat Deon membulatkan matanya tak percaya.

"Boleh gue bales pelukkan lo?" tanya Deon hati-hati.

Tyara yang menenggelamkan wajahnya di dada bidang Deon hanya merespon dengan anggukan. Deon pun membalas pelukan Tyara dan mengelus-elus lembut rambut gadis itu.

"Sorry."

***

Tyara berjalan di koridor yang masih sepi, pikirannya masih sibuk dengan perasaan yang membuatnya kesal.

"Ok fiks! Gue benci diri gue tadi malem. Kenapa tadi malem gue meluk Deon? Arghh!" Tyara memegang kepalanya frustasi.

"Oh gue tahu. Ciuman yang di berikan Deon di kening gue mempunyai efek cuci otak apa, ya? Ah mamah ... rasanya Yara gak mau sekolah lagi di sini."

Tyara memilin bibirnya. "Untung gue selalu datang pagi-pagi jadi gue masih bisa menenangkan pikiran gue sebelum ketemu Deon lagi nanti."

Tyara membuka pintu kelas 11 IPA 1 dan tada! Deon sudah ada di dalam, di samping bangku milik Tyara.

Hah?! What?! God!!!!

Tyara menarik napasnya dalam-dalam lalu ia hembuskan. Gadis itu mendekati bangku milik Rosa dan duduk di sana.

Deon mengernyitkan dahinya.

"Lo gak pikun, kan?" tanya Deon.

Ngapain dia make nanya sih?

Deon yang merasakan dirinya dikacangin. Pria itu mendekati Tyara.

Tyara melirik Deon dengan lirikkan di ujung ekornya. Ngapain nyamperin woy!

"Ra?" Deon memegang pundak kanan Tyara.

"Gue tiba-tiba merasa mata gue minus, makanya gue mau duduk di depan aja mulai sekarang."

"Oh ok." Deon menganggukkan kepalanya, lalu pergi ke tempatnya semula.

Hufttt... alhamdulil-

Deon menggeser sedikit bangku Tyara dan duduk di bangku milik Arga.

"Lo minus juga?" tanya Tyara.

"Gak lah. Gue gini-gini bisa jaga kesehatan mata kalik. Gue kan gak mau pisah dari lo jadi lo ke mana gue pasti akan ada selalu di samping lo." Deon menyengir tiga jari lalu detik selanjutnya menenggelamkan wajahnya di atas meja.

Percuma gue ngehindar juga, ya Allah!

***

Deon berjalan memasuki rumah dengan bibir yang maju bersiul-siul riang bahagia.

"Wa'alaikumsalam," ucap Kalila yang membuat Deon berhenti bersiul dan menampilkan senyum tiga jarinya.

Deon terkekeh. "Assalamu'alaikum, sayang."

"Wa'alaikumsalam, bangkong."

Deon mendekati Kalila, ia menyipitkan matanya karena ia rasa ada yang berbeda dari Kalila. Kalila mendongakkan kepalanya.

"Kenapa Bang?" tanyanya yang risih mendapatkan tatapan itu dari Deon.

"Kayaknya ada yang beda dari kamu tapi apa ya?"

Kalila membulatkan matanya. Sebenarnya ia merasa malu saat abangnya setengah peka akan berubahannnya.

Deon menjentikkan jarinya. "Abang tahu. Kamu ... pake make-up tipis, kan? Dan ..." Deon mengambil ponsel milik Kalila tanpa permisi.

"Eh Abang!"

"Sejak kapan kamu liat beauty vlogger?"

Kalila berhasil mengambil ponselnya. "Suka-suka aku lah. Daripada kepoin Kalila, mending Abang makan dulu sana! Pasti abang laper kan? Tuh Kalila udah masakkin makanan favorit abang, tumis buncis sama nasi ketan."

Deon mencubit hidung kembarannya gemas. "Adik, sahabat, teman, keluarga, mamah terdebesss!"

"Auh abang!" pekik Kalila kesakitan, hidungnya memerah.

Deon berlari menuju dapur dengan rasa bahagia.

Kalila tersenyum menatap punggung Deon yang semakin menghilang dari pandangannya.

"Berapa lama lagi aku bisa melihat abang bahagia di dunia ini lagi? Tell me god."

Kalila memikirkan kenyataan akan takdirnya yang ia dapatkan tadi pagi.

.
.
.
Masih nyambung...

Ok makasih dah Setia sampai sini, and see you guys!

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang