43% Detik kesekian ✔️

2.4K 93 0
                                    

Tyara mengerucutkan bibirnya, karena sangat kecewa karena ia telah menunggu kekasihnya di pinggir danau seorang diri selama dua puluh menit.

Tyara mengangkat tubuhnya. Ia menendang-nendang batu kecil dengan kesal. "Kemana sih dia?"

Tyara menendang bekas kaleng sangat kencang sehingga mengenai seseorang.

"Auh!" ringis seseorang yang tak jauh dari pijakanya.

Refleks Tyara mengangkat kepalanya. "Huh ternyata kamu. Rasain tuh."

Deon mengusap-ngusap dahinya. "Kok jahat sih?"

"Pikir aja sendiri!"

Deon mengulas senyumnya, lalu ia mendekati kekasihnya yang sedang merajuk.

"Kamu marah sama aku?" Deon merangkul leher Tyara.

Tyara tak melakukan apapun, ia melipat tangannya di dada. "Terserah."

"Kok jawabnya terserah? Aneh sayangku ini." Deon mencubit pipi gadisnya dengan gemas.

"Terserah aku, mau marah apa enggak juga, huh kamu!"

"Biar gak marah lagi gimana dong? Maaf ya. Aku telat gara-gara aku minta izin dulu ke calon adik ipar kamu tadi, sekalian kasih dia bunga. Dia suka banget bunga soalnya."

Tyara merasakan separuh dadanya seperti hilang. Ia malu. Ia merasa tidak enak karena sudah marah kepada Deon.

Tyara mendongakkan kepalanya. "Maaf."

Deon membalas tatapan Tyara, sehingga kini keduanya bertatap dengan jarak yang dekat. Deon menghembuskan napasnya pelan. "Gak papa."

"Ya udah yuk?!" Deon menyematkan jari-jarinya dijari-jari kekasihnya.

Tyara hanya mengikuti kemana kekasihnya membawanya.

"Pak, sewa sepedanya satu yang bisa buat dua orang ya."

Tyara menoleh ke arah Deon dengan cepat. "Satu? Berdua?" Tyara menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Enggak pak. Dua sepeda aja. Yang modelnya ada keranjang yang warnanya pink, ya pak."

"Oh, iya siap neng."

"Kok masing-masing sih? Terus kenapa harus dua-duanya yang model cewek pink lagi?"

"Kamu mau modus ya? Maaf tidak bisa. Kalo dua kita bisa balapan dan yang kalah harus traktir makan. Oh ya, soal warna pink ... ya gak papa, emang masalah?"

Deon menghembuskan napasnya pasrah. "Iya iya sayang."

Setelah menaiki sepeda masing-masing Tyara berbuat curang dengan mengayuh sepeda sebelum di aba-aba terlebih dahulu.

"Kejar aku ya! Dadah!"

"Woy! Ah curang nih! Untung sayang." Deon pun mengayuhkan sepeda dengan kecepatan sekuat tenaga.

Saat mereka sejajar Deon tersenyum senang, sedangkan Tyara menatap tak percaya.

"Kali ini gak usah mandang pacarkan? Tapi, lawan?" tanya Deon.

Tyara mengangkat sebelah alisnya. "Ok siapa takut."

"Kalo gitu, dadah sayang." Deon meninggalkan Tyara.

"Huh dasar cowok! Emang gak pernah peka." Tyara berusaha menyusul kekasihnya.

Deon yang sebenarnya peka ia mulai melambatkan kayuhan sepedanya. "Ye lelet emang dia."

Deon memutuskan meminggirkan sepedanya dan menunggu kekasihnya.

"Itu Deon? Ngapain berhenti?"

Tyara berhenti mengayuh saat tepat di tempat Deon menunggunya.

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang