34% Bunga Yang Tak Lagi Sama ✔️

419 24 9
                                    

💜SALAM SAYANG DARI SEMUA TOKOH 12 DAN NAT. TERIMA KASIH TELAH SETIA PADA KAMI.

🌺HAPPY ENJOYING READING GUYS!!!💻📱

🍰🍰🍰🥧🥧🥧

Tyara mengetuk pintu kamar abangnya. Revan yang sedang rebahan sambil memainkan ponselnya pun bangkit dari santainya dan menghampiri pintu kamarnya dan membukanya.

"Ada apaan, Ya? Yara kok udah pulang jam delapan gini, sih? Emang tadi ketemuan sama temennya bentar?"

"Iya lagi gak mood aja Bang lama-lama di luar. Abang sendiri kok dah pulang? Dari tadi ya?

"Abang cuman ambil paketan aja tadi. Biasa lego." Revan menyengir sok ganteng ya walaupun dia ganteng pada faktanya. Tapi, senyuman itu membuat adiknya mengerlingkan matanya.

"Em ... Abang sibuk gak?"

"Sibuk. Emang kenapa?"

Tyara memilin bibirnya dengan rasa yang sedikit takut menanyakan hal yang selama ini ada dibenaknya semenjak Deon menjauhinya.

"Yara mau nanya sesuatu."

"Sesuatu?" Revan menyipitkan matanya. Dan ia pun menjauhkan ponselnya dari pandangannya. Lalu fokus menatap adiknya yang sepertinya gugup.

Tyara yang masih menundukkan kepalanya terus memunculkan keberanian. Niatnya hanya satu. Yaitu menyelesaikan masalah antara dirinya dan Deon.

"Kayaknya serius deh," celetuk Revan menyadarkan keheningan yang telah terjadi cukup lama antara adiknya dan dirinya.

Tyara mendongakkan kepalanya. Bola matanya tidak ingin menatap lawan bicaranya saat ini.

"Abang kenapa lakuin semuanya?"

"Lakuin semuanya? Ngelakuin apa? Makan? Minum? Bernapas? Atau ..." Revan mengedarkan pandangannya. "Oh atau ngoleksi lego ya, kan?"

"Ya karena abang hob-"

"Ngebunuh," potong Tyara sambil menatap kedua bola mata abangnya. Air mata pun lolos keluar dari matanya.

Revan membulatkan matanya tak percaya apa yang baru saja adiknya tanyakan pada dirinya. Apa ini sebuah lelucon malam hari?

"Bercanda lo garing tahu gak. Abang lo emang humoris. Tapi, leluconnya gak seremeh itu." Dengan sedikit tersulut emosi. Revan memundurkan langkahnya dan menutup pintunya dari dalam kamar.

Tyara menundukkan kepalanya sambil mengusap pipinya yang sudah teraliri air matanya.

"Kenapa Abang gak jawab pertanyaan Yara? Kenapa Abang marah? Kenapa Abang menghindar dari Yara?"

Air mata gadis itu terus saja mengalir seakan tak ingin pernah menyusut karena hatinya yang tersakiti oleh sebuah prasangkanya yang apakah itu memang 'benar'?

Revan menyandarkan punggungnya di pintu kamarnya. "Apa ini semua karena dia sudah tahu kejadian lima tahun yang lalu?"

"Tapi ... dari siapa Yara tahu?"

***

Seorang gadis menatap langit malam yang hanya menampilkan bulan yang sedang kesepian tanpa bintang-bintang di sekitarnya. Seperti perasaan gadis berambut terurai di halaman belakang rumahnya itu.

"Kenapa gue ragu buat nerima cintanya kak Kevin tadi?"

"Kenapa Bang Revan ngehindar? Apa semuanya emang bener?"

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang