10% Oren ✔️

3.6K 148 7
                                    

Deon menarik rambut gadis yang diikat satu seperti ekor kuda. Membuat si pemilik rambut merasa sakit dan tertarik ke belakang.

"Auh, Deon!" ringis Tyara memegang kepalanya.

Deon semakin menarik rambut gadis itu ke belakang. Deon merangkul leher Tyara. "Tertangkap kau ratu vampire."

Tyara melipat tangannya di dada. Gadis itu melirik tajam pria di sampingnya.
Deon tersenyum penuh kemenangan. Ia menutup kedua mata Tyara menggunakan tangan kirinya. Ia menyeret gadis itu tanpa meminta izin terlebih dahulu.

"Lepas cecunguk keparat!"

"Lo natap gue tajam banget melebihi pisau. Jadinya gue tutup aja mata lo kayak gini." Deon terus berjalan sambil merangkul Tyara.

Tyara meronta-ronta, tapi Deon tak bisa ia kalahkan. Ia pun berniat memukul tangan Deon yang menghalangi pandangannya sangat kencang. Tapi, sebelum pukulannya mengenai tangan Deon, pria itu sudah terlebih dahulu melepaskan dan berkata,"taraam!"

Alhasil pukulan itu mengenai wajah Tyara sendiri. Deon memberi kejutan kecil bahwa ia telah berada di warung yang menjual es krim. Tapi Deon dikejutkan dengan ringisan gadis itu.

"Auh! Deon!"

Deon memanyunkan bibirnya kesal. "Kok gue?"

Tyara memejamkan kedua matanya. Ia sangat merasa kesakitan di mata bagian kananya yang terpukul oleh dirinya sendiri

Deon menghampiri mesin pendingin minuman. Ia membuka kulkas itu, lalu ia mengambil sebuah botol mineral dingin. Ia merogoh saku bajunya mengambil sebuah saputangan dan ia balutkan saputangan itu di botol. Deon menempelkan botol itu di mata kanan Tyara.

"Di-dingin." Tyara memundurkan langkahnya.

"Jangan gerak!" titah Deon. Deon menempelkan lagi botol itu pelan-pelan. "Bukan kah ini lebih baik?"

Tyara menganggukan kepalanya.

"Udah cukup, udah lebih baik," ucap Tyara. Ia rasa kini sakitnya sudah sedikit mereda.

Deon menurunkan botol itu dan Tyara membuka matanya pelan-pelan yang ia lihat pertama kali adalah kedua bola mata hitam milik Deon. Jarak mereka sangat dekat. Tyara tersentak. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Deon menyeringai.
"Hutangmu bertambah, oke?" lalu ia beranjak mengambil dua buah es krim dan membayar semua belanjaannya.

Hah?! Jadi tadi gak ikhlas? Dasar Deon sialan.

Tyara seharusnya tahu kalo orang macam Deon tidak akan pernah punya hati yang tulus dan ikhlas. Ia merasa menyesal. Sangat, sangat menyesal!

"Terima kasih," ucap pemilik warung sambil mengulurkan beberapa uang receh kepada Deon.

Deon mengangguk dan mengambil uang kembaliannya.

"Nih."

Tyara menatap es krim corn rasa oreo yang diberikan Deon. "Ogah!"

"Kenapa lo?"

"100% bakal jadi hutang lagi kan? Basi!"

Deon menahan tawanya. "Yang ini gratis kok, Mak lampir."

Tyara meraih es krim itu ragu. Deon menyodorkan dengan cepat membuat Tyara harus mengambilnya. Ia menepuk pundak Tyara. Membuat gadis itu berbalik.

"Soal pengobatan mata tadi gak di hitung hutang, kok. Tenang aja." Deon melenggang pergi menuju bibir pantai dan meninggalkan Tyara yang masih menyembunyikan rasa anehnya itu.

Tyara segera berlari menghampiri Deon yang sedang menikmati angin yang berhembus kencang menerpa wajahnya.

Deon menjahili Tyara yang sedang menikmati se krim pemberiannya dengan mendorong es krim gadis itu dari bawah dan itu membuat es krim belepotan di mulut dan hidung Tyara.

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang