30% Fight Day✔️

2.4K 47 3
                                    

"Tyara, Salsa, Rosa, kalian semua main dan Kalila, Laila, Nana kalian semua yang menghitung," perintah pak Wandi sambil menatap buku absenan di tangannya.

"Baik, Pak."

Tyara beserta nama-nama orang yang telah diperintahkan oleh guru olahraga pun menuju ke tempatnya masing-masing. Hari sabtu kelas 11 IPA 1 ada jadwal pelajaran olahraga tiga jam. Kebetulan sabtu di minggu ini semua murid kelas 11 IPA 1 akan di test satu persatu mengenai dribbling and shooting dalam permainan bola basket.

Bola mata pak Wandi menelisik lapanga basket di depannya memastikan siswi-siswi yang ia sebutkan tadi sudah berada di tempatnya masing-masing dan siap menjalankan test.

"Kalian sudah siap?!" teriak pak Wandi memastikan.

"Sudah, Pak," balas semuanya.

Beberapa pasang mata murid lainnya pun ada yang memerhatikan temannya di test, ada yang menatap sembarang, bahkan ada yang malah asik mengobrol melingkar di dekat ring basket.

PRIT!

Peluit berbisik dan Tyara, Rosa, dan Salsa menjalankan test-nya. Bola mata Deon diam-diam memerhatikan gerak-gerik Tyara yang melakukan dribbling dengan zig-zag. Baru sampai di tengah perjalanan Tyara terjatuh dengan dagu yang terhantam cukup keras di bola basket, dan kedua lututnya mendarat cukup keras ke permukaan lapangan.

"TYARA!" teriak beberapa suara murid yang memerhatikan Tyara yang sudah jatuh telungkup ke permukaan.

"Tyara kecelakaan guys!" teriak seorang siswi.

Bola mata Deon membulat, tapi tetap saja ia tak akan mengeluarkan suaranya atau secara terang-terangan membantu seseorang yang merupakan keluarga dari pembunuh yang telah membunuh keluarganya.

Tyara bangkit perlahan dari posisinya. Ia menengok ke belakang dan berkata, "gak papa." Lalu ia melanjutkan lagi test nya.

PRIT!

Tanda waktu habis yang telah pak Wandi tepatkan. Keenam siswi tadi berlari menghampiri pak Wandi.

"Rosa shooting masuk 3 Pak," ucap Laila.

"Salsa dribbling 2 putaran Pak," timpal Nana.

"Tyara dribbling 2 putaran Pak," sambung Kalila.

"Tyara yang jatuh tadi, ya?" tunjuk pak Wandi sambil melihat ke arah lutut Tyara lalu menatap wajah Tyara.

Tyara mengangguk.

"Sebenarnya kamu tadi bisa lho lebih dari dua. Kamu itu cepat, sama lincah. Sakit gak, Nak?"

"Lumayan." Ia tersenyum tipis sambil memegangi lututnya. "Gak papa kok, Pak udah biasa. Ini sepatunya emang licin."

"Udah tau licin sepatunya kok gak diganti?"

Tyara menyengir kuda.

"Besok ganti aja pake sepatu kuda."

Semua yang mendengar ucapan nyeleneh pak Wandi pun tertawa terbahak-bahak.

"Ish, Bapak mah."

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang