2% Murid Baru ✔️

460 19 0
                                    

Tyara menyimpan kantung plastik di atas meja belajarnya lalu ia melemparkan tubuhnya ke atas kasur.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk aja gak dikunci!"

Perlahan pintu berwarna putih terbuka dan menampilkan seseorang yang memakai kaus hitam dan celana lebih tiga senti di bawah lutut. "Banyak duit ternyata adik abang ini walau di ujung bulan."

Saat mengetahui bahwa orang yang berjalan mendekati Tyara adalah Revan. Tyara segera mengganti posisinya menjadi duduk dan melemparkan sebuah bantal dan mendarat sempurna di wajah tampan abangnya.

"Auh!" ringis Revan. Lalu tangannya mengambil bantal itu.

"Bang Revan jahat. Jangan harap kejadian tadi udah Yara lupain, ya." Tyara melipatkan tangan di dadanya.

"Dih, masih aja inget."

Revan mendekati adiknya itu dan duduk tepat di samping adiknya. "Bercanda doang ih. Jangan ngambek napa."

"Auh gelap."

"Orang masih siang juga, di katain gelap." ucap Revan yang diakhiri kekehan.
Ia berusaha menghibur adiknya yang sudah terlanjur kesal kepadanya.

"Serah Abang, deh."

Seketika tawa Revan terhenti saat mendapat jawaban ketus dari adiknya dengan wajah yang ditekuk layaknya uang yang tercuci di dalam saku celana.

"Abang keluar aja deh! Yara mau tidur." Tyara mengangkat tubuh Revan paksa dan mendorong-dorong berusaha mengeluarkan Revan.

"Ih Yara!" keluh Revan.

Setelah berhasil mengeluarkan Revan, Tyara lalu menutup pintunya rapat-rapat tak lupa menguncinya juga. Lalu ia kembali merebahkan dirinya ke atas kasur dan menarik selimut untuk menyelimuti tubuhnya.

Revan yang merasa bersalah, ia terus menggedor-gedor pintu kamar adiknya yang tengah merajuk di dalamnya. "Ya! maafin abang dong, Yara! Ih, jangan marah dong!"

Sedangkan orang yang disebut namanya itu, malah menutup kedua telinganya rapat-rapat menggunakan kedua tangannya. "BERISIK ABANG! YARA MAU TIDUR NIH."

Revan yang sudah sangat hafal dengan sifat adiknya yang gampang kesal seperti itu, terus memutar pikirannya supaya bisa mendapatkan keakraban lagi dengan adiknya. Revan sangat menyayangi adiknya, sehingga jika adiknya kesal seperti saat ini Revan akan berusaha membuat adiknya menampilkan senyumannya kembali, bahkan Revan adalah tempat curhat Tyara yang paling nyaman nomor dua setelah Diandra -Mamah Revan dan Tyara.- Apalagi akhir-akhir ini Tyara hanya bisa curhat pada Revan karena Diandra memang selalu sibuk dengan pekerjaannya baik di dalam dan di luar kota.

"Ya! Jangan marah dong, ya. Nanti Abang beliin novel terbaru karya penulis favorit kamu itu. Emm... Na... Na... "

Mendengar perkataan itu keluar dari mulut Revan, berhasil membuat ujung bibir Tyara melengkung ke atas. Ia segera berlari dan membuka pintu kamarnya. "Natashiita? Beneran Bang? Tiga ya Bang, soalnya Yara belum beli novel karya Kak Nat yang dua novel lagi."

"Idih ... mengambil kesempatan dalam kesempitan."

"Yah Abang." Tiba-tiba wajahnya yang cerah ceria berubah mendung lagi.

"Ya udah deh iya." Revan mengacak rambut Tyara gemas.

Tyara memeluk Revan. "Abang terdebessss."

"Bisa ae lu, Petir."

***

"Jangan lupa ya, Bang!" ucap Tyara sambil membuka sealbet yang melilit tubuhnya.

"Hm, ya, ya. Adikku yang manja!"

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang