23% Sesuatu Itu ✔️

2.7K 110 3
                                    

"Yuk guys kita makan!" Rosa menutup buku tulisnya dengan semangat. Ia pun menghampiri meja salah satu sahabatnya yang masih fokus menulis materi yang berada di papan tulis.

"Ke kantin, kan?" tanya Tyara yang hanya dapat balasan dengan anggukan singkat.

"Sal, kantin kan?"

"Yuk!" Salsa membereskan alat tulisnya yang berserakan dan menyimpannya ke dalam laci meja.

Tyara pun akhirnya selesai dan gadis itu pun berdiri.

"Kal, lo mau ikut kita ke kantin?" ajak Tyara.

Gadis itu tersenyum. "Enggak dulu deh. Aku mau ke toilet."

"Ya udah nanti lo nyusul aja, ya?"

"Sip."

Kalila menghembuskan nafasnya pelan. Ia menatap ketiga punggung siswi yang tadi mengajaknya ke kantin.

"Gue lagi butuh sendiri."

Kalila tersenyum tipis sambil memandangi dua foto di genggamannya.

***

"Sudah Pak!" teriak Dares sang instruktur pemanasan.

"Ok. Sekarang kalian lari terlebih dahulu mengelilingi lapangan badminton lima kali," perintah Pak Boy guru olahraga kelas 11 IPA.

Semua murid kelas 11 IPA 1 pun berlari mengelilingi lapangan. Ada yang saling menyenggol, mendahului, menjahili, dan aksi-aksi konyol anak SMA lainnya.

Seperti saat ini, Deon memainkan rambut Tyara yang diikat ekor kuda.

"Diem ih Deon!"

"Gue penasaran kalo lo gundul. Masih cantik gak, ya?" Deon terkekeh. Tyara memberikan tatapan elangnya.

"Gue selalu cantik dong tentunnya."

"Berani taruhan?" tawar Deon.

"No! Lo tahu, kan? Rambut adalah mahkota bagi perempuan."

Tyara menginjak kaki Deon dan berlari lebih kencang meninggalkan Deon yang meringis.

Setelah selesai mengelilingi lapangan, para murid 11 IPA 1 bergantian bermain badminton sesuai absen.

"Tyara!" panggil Wandi, tangannya mengisyaratkan kepada gadis itu untuk mendekat kepadanya.

Tyara langsung menghampiri pak Boy. "Ada apa, Pak?"

"Saya boleh minta tolong gak?"

"Minta tolong apa ya, Pak?"

"Tolong ambilkan dua raket lagi. Supaya lebih cepat saya mau kalian bermainnya dua lawan dua saja." jelas pak Wandi. "Bisa?" tanya pak Wandi mengulang.

Tyara mengangguk. "Bisa Pak."

Gadis itu pun membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya menuju keluar gedung badminton menuju gudang peralatan olahraga.

Deon yang sejak tadi memerhatikan gadis yang sedang berjalan menuju pintu, tanpa minta izin dahulu pria itu berlari menyusul gadis itu.

"Deon mau kemana kamu?!" teriak pak Boy.

"Kebelet pak!" ucapnya berbohong sambil berlari pura-pura terbirit-birit.

Semua murid kelas 11 IPA 1 yang berada di gedung tertawa. Pak Wandi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tanpa rasa curiga pak Wandi mempersilahkan Deon.

Kriiit...

Terdengar suara decitan pintu yang menandakan ada seseorang yang membukanya, tak tak lama pintu itu menutup.

Brak!

Membuat jantung Tyara rasanya mau copot.

Gelap!

Bola mata gadis itu berkeliaran di kegelapan ruangan.

"Si-siapa itu? Asal lo tahu gak lucu ih!"

Tyara gadis si penakut kegelapan. "Plis! Gue mohon."

Gadis itu merogoh sakunya. Sial! Ponselnya kan dikumpulkan di pak Wandi.

Gadis itu jalan pelan-pelan mencari stop kontak saklar. Tangannya berusaha meraba-raba kegelapan. Bukannya stop kontak yang telapak tangannya sentuh, tapi ia merasakan telapak tangannya menyentuh dada bidang seorang laki-laki sontak gadis itu langsung berteriak ketakutan.

"AAAAA!"

Pria itu langsung memeluk erat dan berbisik di telinga gadis itu.

"Tenang ini gue. Deon."

Tangan Deon meraba di dinding di belakangnya dan menyalakan lampu.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, ia meneguk salivanya susah saat ia melihat wajah Deon sangat tampan dari jarak yang sangat dekat seperti itu. Tapi, detik selanjutnya ia tersadar dari lamunannya dan mendorong Deon kasar.

"Ngapain lo ke sini?! Lo mau modusin gue, ya?"

Deon terkekeh membuat Tyara kesal.

"Geli tau pas lo sengaja nyentuh dada gue."

Tyara membulatkan matanya, pipinya merah seperti kepiting rebus. "Gak sengaja! Bukan sengaja!"

Gadis itu membalikkan badannya berusaha mengabaikan Deon dan mencari lagi raket badminton yang belum ia temukan.

"Lo gak tau tempatnya?" tanya Deon.

Kacang. Deon dikacangin Tyara.

Deon menghembuskan napasnya pasrah. Lalu pria itu mendekati lemari perlengkapan alat khusus badminton.

Tyara yang belum tahu letaknya perlengkapan badminton tetap berusaha mencari. Tapi, bola matanya tak sengaja melihat sesuatu yang tak asing baginya. Padahal masuk gudang perlengkapan alat olahraga baru kali ini.

"Dua bel-"

"Heh beb ini raketnya."

Tyara membalikkan badannya dan mendapati Deon yang menenteng dua buah raket badminton.

"Yuk!" ajak Deon.

Deon melangkahkan kakinya keluar gudang. Sedangkan Tyara malah membalikkan badannya untuk melihat suatu barang tadi.

Deon yang sadar Tyara masih di pijakannya semula, pria itu memanggilnya.

"Mau gue kunciin dari luar? Dalam waktu tiga detik gak keluar gue kunci."

"Satu ... dua ... "

"Ck, PA!" kesal Tyara.

Tyara berlari. Setelah sampai di luar. Ia menjitak kepala Deon.

"Auh. Galak amat."

Tadi itu ... barang apa sih? Kenapa gue merasa gak asing? batin Tyara

.
.
.
Masih nyambung...

I'm sorry to typo 😇😇😇

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang