31% Crazy Of You✔️

3.1K 128 8
                                    

Perlahan bola matanya melihat lampu yang menerangi di atas atap kamarnya. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul ia bangkit dari tidurnya karena ingin pergi ke kamar kecil.

Pria berumur sekitar dua belas tahun itu berjalan lunglai menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya yang cukup luas.

Setelah melakukan kegiatan yang telah mengganggu tidurnya pria kecil itu melangkahkan kakinya menuju dapur untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.

Baru saja lima langkah dari kamar tidurnya pria kecil itu dikejutkan dengan sebuah kejadian yang membuat hatinya terasa tertusuk seribu pedang sekaligus.

"Mamah!" pekiknya saat melihat mamahnya terjatuh dengan berlumuran darah.

"MAMAH!"

Deon langsung bangun dari tidurnya dengan posisi duduk sekaligus, teriakan yang menggelegarkan, dan keringat yang membanjiri tubuhnya.

Arga yang tertidur di sofa pun ikut terbangun dan menghampiri Deon yang sedang mengatur napasnya.

"Yon lo ngimpi kejadian lima tahun yang lalu lagi?"

Deon menundukkan kepalanya dengan tangan yang memijat pelipisnya. Ia tak habis pikir kenapa kejadian itu terus menjadi mimpi terburuknya? Apa ini sebuah kutukan untuk dirinya?

Arga menuangkan air dari termos ke dalam cangkir berukuran sedang di pinggir kasur Deon. Lalu memberikan kepada temannya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Deon sambil mengambil alih cangkir dari sahabatnya.

"Mau nemenin lo lah. Pake nanya."

"Kalil-"

"Udah tidur," putus Arga. "Lagian sekarang udah jam 23.07."

Deon menatap jam beker di meja samping ranjangnya.

"Ya udah lo tidur lagi." Arga menyimpan cangkirnya ke tempat semula.

Deon merogoh sakunya. "Lo kasihin ini ke Tyara ya?" Deon mengulurkan sebuah flashdisk kepada Arga.

Arga mengambil alih flashdisk bewarna abu-abu dari tangan sahabatnya. "Lo tidur aja. Gak usah mikirin hal yang aneh-aneh. Jangan lupa baca doa sebelum tidurnya."

Deon merebahkan dirinya sambil menyelimuti tubuhnya hingga hanya menyisakan kepalanya. "Iya berisik."

Detik selanjutnya Deon sudah tertidur pulas. Arga menatap dan membolak-balikkan flashdisk di tangannya. Lalu ia menghampiri tas Deon dan memasukkan flashdisk itu ke dalam tas Deon.

"Lo harus lakuin sendiri kalo hidup lu mau damai lagi Deon." Arga tersenyum lalu kembali ke sofa dan merebahkan lagi dirinya di sofa.

Drrt...

Getaran di saku jaket milik Arga membuat Arga bangkit terpaksa lagi.

Tyara : Gimana Deon?

Arga menatap Deon dari jarak lumayan jauh. Arga pun tersenyum.

***

Sudah satu jam Tyara berada di taman belakang rumahnya sambil menikmati dinginnya malam dan bintang yang menghiasi malam. Tak seperti hatinya yang mendung seperti awan akan hujan.

Kakinya mendorong ayunan supaya melaju ke depan dan ke belakang dengan pelan. Pikirannya terus mengingat seseorang yang tiba-tiba saja pergi meninggalkannya begitu saja tanpa pamit yang malah membuat sakit.

TRING!

Tyara sadar dari lamunannya lalu segera menggeser layar ponselnya.

Raga Saputra : Dia sakit.

Tyara menegakkan posisi duduknya. Sudah ia duga Deon akan sakit karena selalu memikirkan apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Raga Saputra : Lo mau jenguk?

Tyara : guwe? Mana bisa hh.

Raga Saputra : Dia masih sayang sama lo. Cuman waktunya aja yang mau buat lo sama dia pisah untuk smentara waktu.

Tyara : Hh, bulshit lo. Ya udah thanks for information.

Raga Saputra : Lo cuman gengsi.

Gengsi katanya? Siapa yang gengsi coba? Tyara kan hanya khawatir sebagai teman yang mengerti teman sekelasnya sakit. Lagian ia kan sudah memendam rasa kepada hati lain selama hampir dua tahun bukan?

Tyara menghembuskan napasnya perlahan-lahan.

"Cepet sembuh ya." Ia tersenyum pada foto seorang laki-laki berkaos merah celana hitam yang berada di antara dirinya dan beberapa sahabatnya di wallpaper homescreen.

***

Tyara hanya seorang diri di kelas di pagi buta seperti biasanya. Yang tidak biasanya adalah pikirannya yang terus saja menatap bangku kosong di sampingnya sambil membayangkan tingkah-tingkah pria yang pernah ada di sana. Pria konyol yang tiba-tiba terlibat di dalam hidupnya.

Tyara menghembuskan napasnya perlahan. Lalu menatap lagi wallpaper yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya untuk betah berlama-lama menatapnya.

Tyara bolak-balik melihat jam, jendela, pintu, dan sekitar kelas hingga beberapa orang berdatangan bahkan hingga bel masuk benar-benar berbunyi. Seseorang yang ia tunggu tak datang.

Bahkan hingga bel pulang berdendang seseorang itu tak juga datang.

Tyara berlari cepat dengan langkah lebar menaiki anak tangga. Gadis itu membuka pintu rooftop dengan sisa tenaganya.

Ia berlari hingga penjuru sudut rooftop. Dengan detak jantung yang berdegup cepat, napasnya yang benar-benar tak stabil gadis itu jatuh di lantai dengan kepala menunduk.

"Kamu benar-benar sakit ternyata. Tapi bodohnya aku tetap mencari mu hingga waktu belajar selesai. Aku gila! Benar-benar gila!" Tyara tertawa yang ia buat-buat dengan nada pelan.

Tanpa ia sadari sebenarnya semua sahabatnya yaitu Rosa, Salsa, Kalila, Arga, Taufan, dan Alvaro memerhatikan gadis itu dari ambang pintu dengan diam.

.
.
.
Masih nyambung...

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang