3% Terjebak ✔️

234 10 0
                                    

Sudah lebih dari dua menit Tyara mengaduk es tehnya dengan sangat cepat dan muka yang kusut. Rosa dan Salsa saling memandang satu sama lain tak tahu apa yang harus mereka lakukan.

"Aduk aja terus sampe airnya abis!" ucap Rosa, sambil memasukan potongan bakso ke mulutnya.

"Jadi maksud lo cowok yang lu katain tuan songong itu si murid baru tadi?" Salsa bertanya apa yang sudah Tyara ceritakan di kelas tadi.

"Hm." Tyara mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kantin. "My moodboster!" Tyara tersenyum saat melihat seseorang yang selama ini ia kagumi tengah berdiri sambil membawa sepiring batagor dan segelas es teh dengan wajah kebingungan sepertinya sedang mencari tempat bangku yang kosong.

Salsa dan Rosa menoleh kebelakang.

"Pantesan sumringah," ujar Rosa.

"Ada pak ketua osis ternyata," sambung Salsa.

"Kak Kevin!" teriak Tyara dan menunjukkan bangku di sampingnya yang kosong.

Kevin Bagas Saputra. Seorang siswa yang termasuk jajaran siswa terpopuler di smansanu, ia satu tingkat diatas Tyara yang sekaligus menjabat sebagai ketua osis di smansanu.

Kevin tersenyum dan melangkah mendekati Tyara. Tetapi, Kevin kalah cepat dengan seseorang yang baru saja menepati bangku kosong yang tadi Tyara tunjuk untuk Kevin. Kevin menghentikan langkahnya lalu memutar balikkan tujuannya, tak lupa sebelum berputar arah Kevin memberikan sebuah senyuman kecil kepada Tyara.

Tyara menyatukan kedua alisnya. "Loh, kok put-"

Rosa dan Salsa memonyongkan bibirnya berusaha memberi tahu kepada Tyara, bahwa ada seseorang yang telah mengisi bangku kosong yang tepat di samping Tyara.

Tyara menoleh ke samping kanannya. Matanya melotot saat melihat seorang siswa yang sedang melahap baksonya tanpa merasa bersalah apapun. Padahal baru beberapa detik yang lalu orang itu telah menggagalkan rencananya untuk PDKTN-an dengan kakak kelas pujaannya.

"Ih ... cowok rese! Lo tau gak?"

"Gak."

"Ih gue belum selesai ngomong, Songong!"

"Lo tuh barusan ngegagalin usaha gue buat deketin-"

"Ternyata nyantolnya di sini." Taufan menyempil di antara Salsa dan Rosa. Membuat Rosa melayangkan satu tinjuan di bahu kanan Taufan.

"Nyempil ae lu kutu beras," sewot Rosa.

"Apapun demi Sallove." Taufan menatap Salsa dengan wajah yang di imut-imutkan. Tapi hal itu malah membuat Salsa jijik menatap Taufan.

"Hm, guys! Gue duluan, ya," pamit Salsa.

Arga dan Alvaro yang baru saja tiba di tempat menatap kepergian Salsa.

"Lo, apain Salsa?" tanya Alvaro lalu mendudukan dirinya tepat di samping Taufan. Disusul Arga yang mendudukan dirinya tepat di samping Deon.

"Lah." Taufan menatap punggung gadis pujaannya yang semakin hilang dan terhalangi murid yang berlalu lalang di kantin.

"Ah, elah lo ganggu aja sih." Rosa yang merasa kesal karena kedamaiannya diusik oleh seseorang. "Petir, gue juga duluan ye, males disini gara-gara ada Tauge." Rosa kemudian berlari untuk mencari Salsa.

"Si anjir," umpat Taufan sambil menatap Rosa dengan kesal. Orang yang di tatap malah menjulurkan lidahnya.

"Bhak! Julukan baru, gengs," ledek Alvaro.

"Yah, kok, argh!" Tyara mendesis "lo, kok watados banget sih!" Tyara menunjuk Deon yang masih melahap baksonya dan sesekali menyeruput es tehnya. "Lo, udah gagalin gue bisa deket sama kak Kevin. Gue tuh nungguin momen di mana gue bisa lebih dekat sama kak Kevin, tapi lo dengan santainya duduk di samping gue dan menikmati hidangan lo dan lo-"

Tyara berdiri dan meninggalkan Deon dkk dengan kalimat yang menggantung.

"Gue?" tunjuk Deon kepada diri sendiri. "Gue ganteng," sambungnya lalu melanjutkan melahap baksonya.

***

Seorang pria yang menutup matanya dengan kedua kaki yang ia selonjorkan di atas meja mulai merasa bosan. Sejak bel pulang berbunyi pria itu dengan kondisi itu. Ia malas untuk pulang karena pasti harus bertemu dengan ayahnya.

Beberapa murid di kelas hanya untuk menyelesaikan tugasnya yaitu piket.

"Tyara balik?" ucap siswi yang sedang menyapu lantai kepada siswi yang lainnya.

Seorang siswi yang sedang merapihkan meja guru pun menjawab, "tadi dia pamit mau ke toilet dulu."

"Oh."

Deon, pria yang memejamkan matanya itu. Membuka matanya dan mengingat nama seseorang yang tadi ia dengar 'Tyara'. Deon menyeringai saat pikiran jahil terlintas di otaknya.

"Siapa Tyara? Tyara Elfsya Agatha?" Ia mengubah posisinya menjadi duduk tegap.

Ke lima murid sekelas Deon menatap pria itu bersamaan dan dengan ekspresi wajah yang hampir sama.

"Iya," ucap seorang siswa yang bertugas menghapus papan tulis.

"Kalian balik!" Dengan tatapan datar Deon menyuruh semuanya untuk pulang.

Ke lima murid di kelas 12 IPA 1 saling menatap.

"Apa yang kalian tunggu?"

"Kita?" tanya Daren memastikan.

Wajah Deon sudah tidak bersahabat menatap semuanya. "Ya iyalah. Cepat!"

"Tapi Ty-"

"Udah ayo Liv." Kedua siswi lain menarik Olive yang berada di dekat jendela, karena ia kebagian mengelap kaca jendela.

"Tapi, Vi?"

"Ayo udah gak usah bawel Liv. Dari pada dia ngamuk. Lo tahu kan rumor sifat yang beredar tentang cucu eyang Nusan yang satu itu?"

Akhirnya Olive menyerah dan pergi bersama empat teman lainnya.

Deon tersenyum simpul. Ia berdiri dan melangkahkan kaki mendekati tempat duduk yang di atas meja ada tas bewarna toska.

"Are you ready?"

Deon mengambil tas situ dan tersenyum miring.

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang