16% Detak Aneh ✔️

3.3K 139 11
                                    

Tyara bingung saat mendapat jawaban ketus dari Deon. Kalo bukan karena mamahnya yang menyuruhnya menanyakan Deon sudah sampai atau belum, pastinya gadis itu tidak akan pernah mengirim pesan itu pada Deon.

Deon : Apa urusannya sama lo?

"Ni, orang bikin emosi aja. Tapi, apa salah gue? Atau gue gak usah bales aja?"

Suara ketukan pintu berhasil membuat Tyara sedikit terkejut. Gadis itu pun berlari mendekati pintu kamarnya lalu ia juga membuka pintu bewarna putih. Kini di hadapannya ada seorang wanita paruh baya yang selama ini menjaganya saat Diandra sedang bekerja.

"Eh, Bi Inah. Ada apa bi?"

"Nih, Neng." Bi Inah menyodorkan sebuah benda yang membuat Tyara mengernyitkan dahi dalam-dalam.

Benda itu yang biasanya laki-laki sukai. Tapi, kenapa bi Inah memberikan kepada dirinya. Atau mungkin bi Inah menemukan di kamar abangnya dan mungkin kini bi Inah sedang melaporkan padanya?

"Punya siapa itu, Bi?"

"Loh, bukannya ini punya neng Yara, ya? Makanya pas bawa ini bibi ngumpet-ngumpet takut ketaun bu Andra sama pak Rendy."

Tyara mengambil alih barang itu dari bi Inah. Lalu membolak-balik barang itu siapa tau ada tanda si pemilik.

"Tapi, Bi. Yara gak main yang kayak gini. Mana mau Yara."

"Ini bibi nemuin di jaket merah punya neng Yara."

"Jaket merah?" Tyara mengingat-ngingat. Setaunya ia tidak punya jaket warna merah, yang ada juga merah pake muda alias pink.

"Yara gak punya jaket merah tuh, Bi. Punya abang kali."

"Gak, Neng. Bibi dapet jaketnya aja dari tumpukkan cucian, Neng. Coba deh cek di lemari ada jaket warna merah. Atau mungkin ...." Bi Inah menggantungkan kalimatnya lalu tersenyum seperti menggoda Tyara.

"... punya pacar Neng kali."

"Hah?! Enggak Bi! Yara gak pacaran."

"Bi Inah bisa tolong bantu saya?" teriak majikan perempuannya dari arah dapur.

"Siap Bu. Saya akan ke sana sekarang," balas Bi Inah.

"Neng bibi pamit dulu, ya? Coba Neng pikir-pikir lagi deh. Dadah neng Yara."

"Iya Bi," Tyara melambaikan tangannya dengan senyuman yang terukir.

Tyara menutup pintunya. Lalu ia berjalan menuju kasurnya. Ia pun menurunkan badannya di tepi ranjang. Ia masih memperhatikan kedua benda itu.

"Jaket merah ... jaket merah ... jaket me- nah kenapa gue bisa lupa?"

Tyara berlari untuk membuka lemarinya. Setelah menemukan jaket merah yang tergantung rapih di lemarinya ia pun membawanya ke atas kasur.

"Ini kan punya Deon. Jadi vapor dan liquid ini punya Deon, ya?"

Tyara mengambil ponselnya lalu ia meluncur ke aplikasi Whatsapp. Awalnya ia akan menanyakan kedua barang itu tapi, ia tak jadi.

Tyara : Lo marah sama gue?

Tak butuh waktu lama. Seseorang di seberang sana sedang mengetik balasan untuk Tyara.

Deon : menurut lo?

Lagi-lagi Tyara pusing dengan kelakuan Deon.

Tyara : Gue gak paham sama tingkah lo.

Tyara : Ya udah deh kalo lo marah. Lagian pesan yang pertama bukan kemauan gue. Cuman suruhan mamah.

Tyara mematikan data internetnya. Lalu ia beranjak dari kasurnya untuk menyiapkan buku-buku untuk pelajaran besok. Tak lupa ia memasukkan barang-barang milik pria yang kini sedang merajuk tak jelas padanya.

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang