6% Kenapa? ✔️

4.2K 151 5
                                    

Deon menaiki tangga rumahnya menuju kamarnya dengan ransel yang diseret seperti tak berdaya.

"Deon!" panggil suara seseorang yang sangat ia sayangi.

Walaupun ia sangat lelah, ia mencoba merespon orang yang dari tadi menunggunya. "Iya?"

Gadis mungil berkulit putih, tinggi sedikit di bawah Deon berlari menghampiri seseorang yang ia tunggu sejak tadi. Dia adalah Kalila Raya Dewantara kembaran Deon Arya Dewantara.

Setelah berhadapan dengan kembarannya gadis itu menghembuskan napasnya pelan dan mengembungkan pipinya kesal dan membuang pandangannya.

Deon tersenyum. Ia sangat paham dengan apa maksud semua ini. Deon mencubit pipi Kalila. "Maaf sayang."

Kalila mengelus-ngelus pipinya. Menatap kembarannya sinis.

"Besok abang beliin ice cream unicorn deh."

"Abang pikir aku anak kecil!?"

"Tapi bagi abang adikku masih anak kecil."

"Kita lahir ditanggal yang sama. 12 Desember," protesnya.

"Beda menit jam. Abang jam delapan lebih dua belas menit, sedangkan kamu jam delapan lebih dua puluh empat menit." Deon mencubit gemas hidung adikknya.

"Cuman beda dua belas menit doang. Ih, bete deh." Kalila melangkah menaiki tangga mendahului Deon. "Jangan lupa makan masakan aku," ucapnya sambil terus melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.

Deon tersenyum melihat tingkah kembarannya. Tapi, tiba-tiba langkah Deon terhenti saat bola matanya mendapati Satria di atas sana dan itu membuat detik itu juga senyum Deon pudar. Ia tahu pasti papahnya akan menanyainya sok-sokan peduli.

"Deon, dari mana aja kamu?"

Deon tak merespon dan ia pun terpaksa harus menuju kamarnya melewati orang yang paling ia benci.

"Deon! Kamu masih punya telinga kan?! Deon! Deon!"

Tinggal selangkah lagi Deon memasuki kamarnya tapi ia menghentikan langkahnya. Lalu ia berkata dengan pandangan lurus ke depan. "Ck! Anda menanyakan saya masih punya telinga? Haha. Anda sendiri bagaimana? Masih punya hati 'kah?" Deon pun masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya.

"Deon kamu ini-"

"Udah, Pah. Biarin abang sendiri. Maaf, Pah." Kalila mengelus pundak papahnya dan tersenyum.

Satria membalas tatapan putrinya, ia tersenyum sedu. Ia bersyukur dari banyaknya anggota keluarga putrinya masih menyayanginya setelah sebuah masalah di tanggal 12 November lima tahun yang lalu terjadi. Hampir semuanya keluarga besar membencinya dan memutuskan tali silaturahmi, kecuali Nusantara Dewantara -ayah Satria, Kalila, dan Santi Larasati -ibu Satria.

"Papah udah makan?"

"Udah. Yaudah papah ke kamar dulu, ya sayang?"

"Iya, Pah." Gadis menatap papahnya prihatin. Beliau berjalan lunglai, ia tahu apa yang akan beliau itu lakukan di kamar apa lagi selain menangis karena penyesalan? Mungkin?

Kalila masih tak percaya apa yang terjadi ditanggal 12 November lima tahun yang lalu adalah perbuatan papahnya. Menurutnya ia tak punya hak untuk membenci papahnya sebelum terungkap yang sebenarnya.

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang