35% Saling Merindukan ✔️

414 28 1
                                    

Bbi ... Bbi ... Bbi ....

Tangan Deon mematikan jam alarmnya. Dengan mata yang masih tertutup ogah-ogahan melihat dunianya kembali dan ingin rasanya melanjutkan saja mimpinya kembali. Tapi, ada kegiatan yang sudah ia janjikan pada dirinya sendiri tadi malam, yaitu olahraga pagi.

Pria itu mengguliat sepuasnya. Ia menendang selimutnya ke sembarang arah dan berusaha bangkit dari posisi awalnya. Sebelum pergi ke kamar mandi pria itu meminum dulu air putih dua gelas setelah bangun tidur seperti biasanya.

Dengan langkah kaki yang malas pria itu berusaha melawan malasnya untuk menuju kamar mandi.

Setelah sekitar delapan menit lebih di dalam kamar mandi melaksanakan ritual paginya yaitu mandi, Deon akhirnya membuka pintunya dengan wajah barunya yang sangat tampan.

Pria itu mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, lalu mencari baju olahraganya. Setelah mengenakan pakaian olahraganya pria itu pergi menuju cermin.

Ia menyisir rambutnya yang sudah setengah kering, lalu menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya.

Setelah overdosis ketampanan menurutnya. Pria itu pun mengambil ponselnya tak lupa dengan headset yang ia colokan pada lubang ponselnya.

Ia pun turun dengan santai menuju dapur. Ia melihat seorang perempuan yang sedang melahap roti sarapan paginya. Tanpa permisi Deon mengambil dan melahapnya hingga habis milik adiknya. Ia juga meneguk segelas susu hingga tandas.

Sang pemilik hanya menatap dengan jengkel. "Abang!"

"Bikin lagi aja, ya? Ya udah abang pergi dulu jogging. Bye sayang." Deon mengacak-acak rambut adiknya.

Kalila hanya diam dengan bibir yang manyun dan tatapan yang menatap punggung abangnya hingga hilang.

Deon memakai kaos kaki dan sepatunya di teras rumahnya. Setelah memastikan semua keadaan dirinya sudah siap untuk lari pagi pria itu pun berjalan santai terlebih dahulu sambil pemanasan walaupun dengan jalan.

Tak sengaja ia berpapasan dengan sang ayah yang baru saja dari luar. Seperti biasa keduanya hanya diam tanpa kata. Berlalu saja seperti tak nampak satu sama lain.

Satria menghentikan langkahnya. Lalu memutarkan tubuhnya menatap dalam diam anak sulungnya yang kian hari semakin dewasa dan semakin besar kebenciannya terhadapnya.

Deon sebenarnya tadi ingin sekali menyapa sang ayah. Dan ia ingin bilang maaf kepadanya. Karena ia tahu bukan papahnya yang melakukan itu semua, tapi waktu yang tidak tepat.

"Pagi, Pak," sapanya kepada penjaga rumahnya yang sedang membukakan gerbang untuk dirinya.

"Pagi," balas sang penjaga dengan senyuman.

Deon melihat ke kanan dan ke kirinya memastikan tidak ada kendaraan yang akan melewati.

Deon pun berlari santai mengelilingi komplek rumahnya dengan telinga yang ia sumpal dengan headset.

Pria itu menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dengan perlahan. Udara di pagi hari memang bagus dan sejuk. Bisa mencerdaskan otak juga apalagi kan belum terlalu terkena polusi dari kendaraan.

Saat di tengah perjalanan. Deon melihat Kevin seseorang yang juga dekat dengan Tyara sedang mendorong sepeda kecil yang di tumpangi oleh balita wanita yang menggemaskan di dekat gerbang rumah mewah. Tak lama keluarlah seorang wanita cantik sambil membawa makanan untuk sang balita.

Deon tak memperdulikan hal itu dan terus berlari pagi sesuai janjinya. Kevin yang sedang fokus menyuapi balita tak mengetahui jika seseorang yang menjadi lawannya dalam mendapatkan hati seseorang itu melihatnya saat ini.

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang