28% Menjauh ✔️

2.7K 109 6
                                    

Sudah hampir seminggu Deon dan Tyara saling diam. Gadis itu malah semakin dekat dengan pria pujaannya selama 2 tahun. Sedangkan Deon masih saja terus berkutat dengan pikiran dan hatinya yang tak sejalan. Pria itu walau kesal dengan Tyara tetap saja hatinya masih menginginkan gadis itu. Buktinya Deon selalu diam-diam mengamati gadis itu dari kejauhan.

Deon yang sedang duduk di bangkunya yang semula yaitu bersama Salsa. Bola mata pria itu langsung membulat saat menangkap gadis pujaannya jatuh akibat bertabrakan dengan seorang siswa di depan kelas. 

Jika saja otaknya tak cepat mengingat akan kenyataan bahwa dirinya sedang menjauhi gadis itu, pasti ia sudah akan ada di depan kelas untuk menolong gadis pujaannya.

"Maaf Tyara gue gak sengaja," ucap Bimo sambil membantu Tyara berdiri.

"Gak papa," jawab gadis itu lalu tersenyum.

Lo senyum lagi kepada pria lain. Batin Deon.

Deon mengepalkan tangannya. Ia kesal dengan kenyataan ini. Deon mengangkat tubuhnya dan melangkahkan kaki menuju ke luar kelas untuk pergi menjauhi gadis itu.

Tyara yang tak sengaja melihat seorang pria yang baru saja melewati dirinya tanpa peduli kepada gadis itu seketika wajahnya berubah menjadi kesal.

"Kenapa lo buat gue suka sama lo? Jika pada akhirnya lo gak mau bertanggung jawab dengan perasaan ini?" Tyara menghembuskan napasnya pelan untuk menahan air matanya. Gadis itu tersenyum tipis sambil berjalan memasuki kelas.

***

"Ra! Tyara! Yara! Petir!" Rosa berbisik-bisik memanggil gadis yang duduk agak jauh darinya di belakang.

Lamunannya buyar. Gadis itu menoleh ke arah Rosa. Tyara hanya menjawab dengan ekspresi wajah yang menadakan 'apa?'

"Minjem flashdisk lo dong."

Tyara mengambil benda warna hijau toska yang dimaksud Rosa di saku bajunya. "Nih."

"Thanks!"

"Hm."

Drrrt...

Tyara tersenyum saat menangkap sebuah nama di layar ponselnya. Sehari-hari mungkin gadis itu membuka ponselnya berniat membalas pesan dari pria pujaannya.

Taufan yang menangkap basah Tyara tersenyum sambil memandangi ponselnya pun diam-diam ia berusaha mengintip ponsel gadis di sebelahnya.

Tyara yang merasakan seseorang sedang mengawasinya. Gadis itu pun menoleh ke arah Taufan.

Dengan cepat Taufan mengalihkan pandangannya ke depan dan pura-pura memerhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran matematika.

"Halah pura-pura lo Topan."

Taufan menoleh kepada Tyara dengan wajah yang tak berdosa. Ia pura-pura mengerutkan dahinya. "Pura-pura apa?"

Tyara menunjuk ponselnya menggunakan bola matanya. 

"Siapa juga yang ngintip." Taufan membekap mulutnya.

Tyara tersenyum penuh kemenangan. "Nahkan ngaku sendiri."

Taufan terkekeh dan membentukan dua jarinya membentuk huruf V. 

Salsa merasakan sedikit sakit hati saat melihat pemandangan di depannya. Pria yang selalu mengganggunya kini tengah tersenyum kepada sahabatnya. Cemburu? Entahlah tapi itu yang Salsa rasakan saat ini.

Salsa memandang senyum Taufan lekat-lekat. Hingga akhirnya ia tersadar karena Taufan menoleh kepadanya.

"Jangan cemburu ya beb. Habisnya Tyara nangkep basah aku pas ngintip."

"Hah?!" Salsa menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Ngimpi lo ketinggian Pan. Ya gak Sal?" Tyara tertawa pelan membuat Taufan memajukan bibirnya.

"Bilang aja kalo cemburu mah Beb!"

"Apaan sih lo." Salsa memandang papan tulis dan pura-pura memerhatikan penjelasannya.

Deon yang sedang menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya di atas meja, akhirnya bersuara tanpa mendongakkan wajahnya. "Berisik!" 

"Apaan sih sewot." Tyara memutar posisinya menghadap ke depan lagi.

Gue kangen lo yang selalu ketus sama gue, batin Deon. Deon mengulaskan senyumanya.

Pak Hari yang mengetahui salah satu muridnya tidak memerhatikannya malah memerhatikan benda pipih yang terpasang flashdisk. Beliau kesal dan marah. Tanpa bersuara Pak Hari menghampiri murid itu dan membuat murid lainnya yang tidak memerhatikannya sejak tadi, jadi memerhatikan langkah beliau.

"Eh?" Tiba-tiba drama korea yang sedang gadis itu tonton menghilang, dan sebuah falshdisk yang tertancap di ujung handphonenya diambil oleh seseorang. Gadis itu mendongakkan kepalanya.

"Coba kamu selesaikan soal di depan. Bapak rasa kamu sudah pintar soal materi itu ya kan Rosa Angelia Abigail?"

Tyara membulatkan matanya. Kini dirinya semakin kesal, marah, dan kecewa pada Rosa. Karena yang Pak Hari ambil adalah flashdisk miliknya, flashdisk kesayangannya, yang diberikan oleh kakaknya saat ulang tahun empat tahun yang lalu tepatnya saat umurnya tepat di angka 13 tahun.

"Tapi nanti falshdisknya bakal balik lagi kan Pak," tanya Rosa waswas.

"Setelah flashdisk ini di tangan Pak Satria kamu bisa mengambilnya di sana."

Rosa menoleh ke belakang di mana Tyara duduk. Ia tahu betul Tyara marah kepadanya, terbukti dengan gadis itu yang membuang wajahnya saat Rosa menatapnya.

***

Tyara mengaduk es jeruk dengan wajah yang ditekuk. Kini Tyara duduk manis di kafe mall. Ia pergi ke mall untuk menenangkan pikirannya dan juga hatinya. Ia juga sedang menunggu seseorang yang lima belas menit yang lalu minta izin untuk ke toilet.

Kevin yang berdiri tak jauh dari Tyara, ia tersenyum saat melihat gebetannya yang sedang duduk manis membelakanginya. Pria itu tadi berbohong soal alasan ingin ke toilet. Kevin melihat sebuah kotak bewarna toska yang di tangan. Kevin melangkah mendekati gadis itu.

"Nih kayaknya punya lo jatuh di lantai."

Tyara menatap sebuah kotak berukuran kecil di hadapannya. "Bu-bukan kok,  kak. Aku-"

Kevin tersenyum. "Buka aja dulu."

"Tapi kak-"

"Siapa tahu lo suka." Ronaldo menyeruput jus mangganya.

"Hah? Ini-"

Kevin tersenyum lalu mengangguk.

Tyara tersenyum lalu membuka kotak itu. Setelah mengetahui isinya gadis itu mengerutkan alisnya.

"Kenapa gak suka?"

"Lego?"

Kevin mengangguk. "Bukannya lo suka ngoleksi lego?"

Tyara tertawa kecil, ia tak tahan untuk tidak tertawa.

Kevin menggaruk tenguknya yang tak gatal. "Gue pernah liat lo beli lego di mall. Waktu itu gue gak sengaja liat gue lagi beli lego yang ukurannya cukup besar."

"Oh itu. Waktu itu aku beli buat abang aku."

"Oh." Kevin tersenyum kikuk. "Gagal deh ngasih surpise nya." 

Tyara dan Kevin saling tertawa sehingga membuat seseorang yang menatap mereka berdua dari kejauhan sejak tadi cemburu. 

Dengan wajah kesal, Deon memutuskan berdiri dan pergi pulang dari kafe itu.

.

.

.

Masih nyambung...

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang