Hujan masih terdengar riuh di luar sana. Bersautan dengan suara petir, kerumunan jalanan yang semakin membuat malam semakin kelam. Arina, masih nampak tenang duduk memandangi segelas oreo icechoco favoritnya.
Dia melihat keluar jendela, begitu deras hujan malam ini. Dia harus bergegas pulang, mamanya pasti mengkhawatirkannya.
"Arina." suara cempreng mengejutkan Arina yang larut dalam lamunannya.
Arina mengedarkan pandangnya, mencari pemilik suara khas itu yang terdengar tidak asing baginya, Gea. gumamnya dalam hati.
Gadis berponi depan itu berlari menghampiri Arina. Dia tampak melambaikan tangannya pada Arina.
"Lo ngapain di sini?" tanya Arina
"Lo sendiri ngapain di sini?"
"Gini nih, cewek cantik keluar malem-malem. Udah kesambet jin tomang aja." gerutu Arina
Gea tertawa lepas melihat kekesalan di raut wajah Arina, "Ih dasar kakak hits tembem akoh." Gea semakin gencar membuat Arina kesal.
"Jijik Gea." risih Arina menjauhkan tubuhnya dari Gea.
Gea semakin tercekik tertawa "Lagian lo sih, ngapain di sini sendirian?"
"Gue bosen di rumah."
"Terus?"
"Terus gue gak bisa pulang. Di luar hujan."
"Ya udah gue anter balik"
Arina menyipitkan matanya. Menatap curiga ke arah Gea, "Gue bau-bau ada yang pengen ketemu abang gue nih."
Gea mengacungkan jempolnya "Iya lah. Gue mau ketemu jodoh gue"
"Lo gak bosen apa Ge? Udah di tolak berapa kali sama abang gue?"
"Eh garis bawahi ya, gue bukan ditolak."
"Terus?"
"Kayak lagunya afgan tuh, jodoh pasti bertemu."
Arina menggeleng-gelengkan kepalanya. Entah sahabatnya satu ini makan apa. Cara berpikirnya sangat berubah-ubah.
Tapi Arina bersyukur bisa mempunyai sahabat seperti Gea. Dia selalu memiliki cara untuk membuat Arina tertawa, walaupun dengan tingkah konyolnya itu.
**
22:20. Arina baru saja sampai di rumah. Dia di sambut senyum aneh dari kakaknya di depan gerbang. Arina turun dari mobil dengan Gea di sampingnya.
"Malam kak Bian." senyum ramah Gea
"Malam Gea. Makasih ya udah antar Arina pulang"
"Iya sama-sama kak. Gea pulang dulu ya."
"Hati-hati Gea." senyum Bian melebar membuat Gea semakin salah tingkah.
"Jangan pingsan disini. Buruan balik sono." usir Arina
Gea mendekati Arina "Abang lo makin cakep aja." bisiknya.
Arina geram melihat tingkah laku Gea. Dia menarik lengan kakaknya masuk ke dalam rumah, "Pulang sana Gea. Abang gue bakalan nikah besok."
"Apaan sih kamu Rin?" tanya Bian
"Lo sih ngapain pake senyum gitu ke Gea? Itu anak makin baper. Lo gak mau tanggung jawab!"
"Kok jadi kakak yang disalahin?"
"Emang lo salah"
Bian menampilkan raut wajah tak bersalah. Apa yang salah dengan tersenyum ramah pada orang lain? Bukankah itu menunjukkan hal positif? Bian semakin tidak memahami jalan pikir Arina apalagi Gea yang semakin menaruh harapan pada dirinya. Yah, dia memaklumi. Namanya juga abg jaman now.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..