Mentari selalu menyapa pagi dengan ramah. Membuat setiap insan di bumi menjadi hangat karena senyumannya.
Jarum jam terus berputar. Pagi ini, Arina masih saja berada di atas kasur yang memiliki daya magnet kuat. Dia malas beraktivitas apapun hari ini, termasuk pergi ke sekolah.
"Arin Arin Arinaaaaaa" teriak pria di balik pintu kamar Arina.
"Apa sih kak? Buka aja kali, gak di kunci"
Bian membuka pintu kamar Arina. Dia menatap adiknya dengan tampang sinis, "Lu kenapa belum siap-siap ke sekolah?"
"Males"
"Males? Jangan bilang lu mau bolos?"
"Iya, sehari aja" ucap polos Arina.
Bian menggelengkan kepalanya, "Sejak kapan nona Arina Greysa Ulfa suka bolos sekolah?"
"Sejak hari ini dan saat ini"
Bian menghela panjang nafasnya. Merasakan sesuatu yang berbeda dari adik semata wayangnya ini.
"Ada masalah di sekolah?" tanya Bian sembari duduk di samping Arina.
"Gak"
"Ya udah sana sekolah"
"Gue males kak!" Suara Arina mulai meninggi.
Bian menyipitkan matanya. Dia memilih diam daripada harus berdebat dengan Arina. Mungkin sebaiknya, dia membiarkan Arina sendiri untuk saat ini.
"Ya udah, jangan lupa nanti sarapan. Gue sama mama berangkat dulu" ucap Bian.
"Iya"
Bian meninggalkan Arina sendiri di dalam kamarnya. Membiarkan adiknya menyelesaikan masalahnya sendiri untuk sekarang.
Sebenarnya Arina bukan malas pergi ke sekolah. Hanya saja dia malas bertemu dengan Rey. Kemarin malam, tanpa sengaja Rey mengirimkan satu video kepadanya yang berhasil membuat dirinya tertegun diam.
"Aku benci kamu..." gumam Arina yang tanpa ia sadari air matanya sudah turun membasahi pipinya.
**
"Woi, lu kenapa sih? Diem mulu. Lu orang apa patung?" ucap Nando."Arina gak bisa di hubungi" ceplos Danar.
"Siapa? Arina? Gue gak salah denger?"
"Kenapa?"
Nando menelisik menatap Danar tajam, "Jangan bilang lu.."
"Iya gue suka ke dia"
Nando melongo mendengar perkataan dari Danar. Dia sama sekali tidak percaya akan semua ucapan Danar beberapa detik yang lalu.
"Lu seriusan Nar? Jangan jadiin Arina sebagai pelarian lu dari Alis"
Danar menatap tajam Nando, "Lu sahabat gue gak sih? Gue udah berulang kali bilang kalo Alis udah gak ada artinya sama sekali di hidup gue!"
"Lalu Arina? Kenapa lu tiba-tiba bisa suka ke dia?"
Danar tertawa picik, "Tiba-tiba lu bilang? Gue suka Arina ngelewati banyak hal bro. Bukan sekedar kenalan terus suka. Ada proses di sana, dimana gue harus kenal pribadi dia seperti apa"
Nando tersenyum sumringah melihat Danar mulai membuka hatinya untuk orang lain dan benar-benar melupakan Alis.
"Gue harap ini jadi yang terbaik buat lu" ucap Nando sembari menepuk pundak sahabatnya itu.
"Weyoo mamen. Kayaknya lagi ada gosip terbaru nih" ucap Kevin yang tiba-tiba datang.
"Kok lu sekarang mirip emak gue sih Vin? Rempong banget. Kayaknya lu cocok deh pake daster" ucap Nando.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..