SEASON- 14

1.5K 72 0
                                    

Hanya tentang bagaimana caramu dengan mudahnya menyembuhkan luka ini.

15.00 Arina bersama dengan kakak dan juga teman-temannya bergegas menuju puncak. Mereka akan berlibur sejenak sampai besok. Merayakan sederhana kemenangan Arina dan juga Danar pagi tadi.

Ada 2 mobil yang mereka bawa menuju puncak. Mobil pertama adalah milik Bian. Ada Arina, Bian, Raya dan juga Danar disana. Satu mobil dengan Danar adalah ide terbodoh yang pernah diucapkan Raya selama ini.

"Rin, bawa roti gak?" tanya Raya.

"Ada. Di ransel gue, ambil aja" ucap singkat Arina berlalu fokus pada ponselnya kembali.

"Dek jangan mainan hp mulu kenapa sih?" gerutu Bian.

"Apa sih kak? Gue bosen tau. Lagian kan masih ada sejaman lagi buat sampe puncak"

"Mending lu nyanyi lagi sama Danar. Yah itung-itung buat hibur gue sama kak Bian" ucap Raya sekali lagi dengan ide konyolnya.

"Gak" dingin Arina.

"Kenapa gak? Danar juga kan bawa gitar. Ya kan nar?"

Danar hanya mengangguk. Tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulutnya sejak masuk ke dalam mobil.

"Gue bilang gak ya gak" protes Arina.

Bian tertawa. Mengacak-acak gemas rambut adiknya "Iyaudah. Tuan puteri tidur aja kalo gitu"

Arina menjauhkan tangan kakaknya dari kepalanya "Apa sih kak? Gak usah jablay deh"

"Santai dong. Jangan ngegas gitu Rin" ucap Raya membela Bian.

"Terus aja bela kakak gue. Asal lu rau ya, minggu depan kak Bian bakal tunangan. Biar lu sama Gea gak genit lagi ke kakak gue" sinis Arina.

Bian menatap geli Arina dengan api yang meletup-letup dimatanya "Lu PMS dek?" goda Bian.

Arina mengambil earphone di laci mobil Bian. Menyalakan lagu dengan full volume agar dia tidak mendengar ejekan-ejekan Raya dan juga Bian terhadapnya.

**
Di mobil lainnya, suasana tampak berbeda. Jika dalam mobil Bian suasana begitu hening dan dingin, hanya ada ucapan-ucapan untuk menggoda Arina. Mobil yang di kendarai Kevin tampak begitu ceria dan seru. Kevin yang ditemani Gea disamping kursi kemudinya, tampak begitu riang. Alunan musik jazz juga menemani perjalanan mereka.

"Danar betah gak ya di mobil depan?" tanya Nando

"Udah santai aja. Paling juga dia cuma diem, dengerin lagu kalo gak gitu tidur" ucap Kayla.

"Lagian ide siapa sih yang nyuruh Danar semobil sama Arina? Kasian itu bocah" ucap Kevin meringis tertawa membayangkan nasib Danar disana.

"Gak apa kali. Kan dia bisa pdkt sama Arina" tambah Kayla.

"Hah? Arina? Jangan bilang lu mau comblangin Danar sama Arina ya Kay?" tanya Kevin.

Kayla nyengir tertawa "Tentu saja iya"

"Ya gak apa kali. Lagian si Arin juga kayaknya suka sama si Danar" ucap Gea dengan santainya.

"Apaaaaaahhhhh?" kompak Kevin, Kayla dan juga Nando.

"Apa sih? Lebay tau respon kalian"

"Lu yang bener aja Ge?" kepo Kayla.

"Bener bener bener" ucap Gea sok imut menirukan gaya ipin.

Semua hening. Semua berfikir "Gimana bisa coba si Arin suka Danar? Padahal mereka gak saling kenal. Paling juga mereka ngehabisin banyak waktu gara-gara kompetisi tadi pagi" ucap Nando.

"Dan ditambah lagi si Danar itu kayak manusia es berjalan dari kutub ke Indonesia" ucap Kayla heran.

"Yaelah.. Rasa kagum, suka bisa dateng kapan aja dan ke siapa aja. Tanpa kita duga-duga" ucapan Gea ada benarnya. Setiap perasaan akan datang kapanpun. Secepat apapun itu, dimana kita tidak pernah bisa menduganya.

"Gue cuma mau Danar move on dari Alis" ucap Kayla tertegun dengan rasa khawatirnya pada Danar.

Nando menepuk bahu Kayla "Kita juga pengen Kay. Gue bosen liat muka Danar yang terus aja murung"

"Lu yakin Danar bisa move on dari Alis? Alis aja sekarang satu sekolah sama kita" ucap Kevin menghela panjang nafasnya.

"Hah? Alis pindah ke sekolah kalian? Kok gue baru tau?"

"Danar gak kasih tau lu Kay?"

Kayla menggelengkan kepalanya. Danar sama sekali tidak memberitahunya soal ini. Dia hanya diam dan selalu diam dingin menghadapi persoalan yang ada di hidupnya.

"Baru kemarin Alis pindah ke sekolah kita. Dia sempet nangis ke gue kemarin" ucap Kevin memberikan penjelasan.

"Gue heran, maunya si Alis apa sih? Kenapa gak ngebiarin Danar hidup tenang?"

Tidak ada yang menjawab dan tidak ada yang tau maksut serta kemauan Alis. Terlalu rumit bagi mereka untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi antara Danar dan Alis. Namun serumit apapun masalah mereka berdua, Kayla tetap bertekad untuk membebaskan Danar dari kenangannya bersama Alis.

"Jadi rencana selanjutnya apa?" tanya Gea.

**
Satu jam berlalu, Arina tertidur dengan earphone yang masih menyala. Bian mengelus rambut adiknya dengan penuh kasih sayang.

"Rin bangun. Udah sampe nih"

Arina membuka perlahan matanya. Mengumpulkan semua nyawanya "Raya mana?"

Bian menunjuk ke luar jendela. Semua teman-temannya sudah berkumpul. Dia merapikan rambut dan juga bajunya, beranjak keluar dari mobil.

"Ini villa punya keluarga lu Rin?" tanya Gea begitu melihat Arina yang berjalan mendekat.

Arina hanya mengangguk dan berjalan terlebih dahulu, dan langsung membuka pintu villa.

"Kalian bisa pilih kamar sesuka kalian ya. Istirahat dulu. Nanti malam kita kumpul di taman belakang" ucap Bian.

"Siap kak. Makasih ya" ucap Gea.

Bian tersenyum dan berlalu menyusul Arina yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam kamarnya.

"Nanti malam kita mulai rencana kita" bisik Gea pada Kayla.

"Rencana.." ucapan Raya terpotong. Tangannya ditarik Gea untuk menjauh dari sana.

"Apaan sih Ge?" gerutu Raya.

"Jadi gue, Kevin, Nando sama Kayla punya rencana buat nyomblangin Arina sama Danar" jelas Gea.

"Hah? Lu gila Ge?"

"100% masih waras" ucap Gea dengan melipat tangan di dadanya.

"Mana bisa?"

Gea berdecak sebal "Lu gak bisa ngenilai beberapa kali kita nangkap basah Arin yang diem-diem merhatiin Danar?"

"Iy..iya juga sih. Terus rencana lu apaan?"

Gea hanya tersenyum "Tunggu aja nanti malem"

....

DINGIN [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang