Semua terlihat begitu baik-baik saja, sebelum akhirnya kita memutuskan untk saling jauh dan menjadi asing satu sama lain.
Berpenampilan seperti remaja seusianya, Danat terlihat begitu tampan sore ini. Dia menerobos angin sore dan lalu lalang kendaraan dengan cepat untuk menemui seseorang yang dia sayangi.
"Kamu dimana?" ucap Danar di sambungan telepon yang ia lakukan.
"Di rumah, kenapa?"
"Buruan siap-siap. Aku udah di depan gerbang rumah kamu."
Danar tersenyum dan melambaikan tangannya pada jendela kamar yang terlihat ada seorang gadis disana.
"Hmm.. Iya." ucap gadis itu sembari menutup sambungan teleponnya.
Sepuluh menit berlalu, seseorang yang dia tunggu datang dengan senyuman manis di bibirnya.
"Kita mau kemana sih?" tanya gadis itu.
"Ke suatu tempat." jawab Danar.
"Iya, tapi kenapa kamu ngajakin pergi dadakan gini. Tumben gitu"
Danar tersenyum, "Daripada kamu terus ngomel, mending naik. Keburu malem nanti."
Gadis itu menghela gusar nafasnya. Dia menuruti saja semua perkataan Danar.
***
"Nar, kita ngapain di sini?" tanya gadis itu.
Danar hanya diam. Dia menarik lengan gadis itu untuk mengikuti langkahnya.
"Waww, bagus banget." ucap gadis itu terpesona melihat pemandangan sekitarnya.
Danar tersenyum menatap gadis itu dengan manis, "Kamu suka Lis?"
Alis menganggukkan kepalanya. Dia sekejab memejamkan matanya lalu menghirup udara segar yang jarang ia temui di kota.
"Lis buka mata deh."
Alis sontak terkejut saat membuka kedua matanya. Dia sedikit terpanah dengan apa yang dia lihat. Sebuah kapal kecil mainan berjejeran rapi di tengah danau membentuk suatu kalimat yang membuat Alis tersentuh.
"Ini kamu yang nyiapin semuanya?" tanya Alis.
Danar menganggukkan kepalanya, "Happy Anniversarry. Aku sayang kamu." cupp, sebuah ciuman mendarat di pipi kanan Alis.
Alis terdiam. Dia tidak tau harus berkata apa lagi. Terbesit dalam pikirannya, dia sudah menyakiti Danar. Danar begitu menyanyanginya dengan tulus selama ini, tapi ia sudah mengecewakan Danar.
"Kenapa diam?" tanya Danar.
"Hmm.. Gak apa." jawab Alis dengan senyuman pahit.
Alis menatap pria di sampingnya itu. Dia kembali terdiam. Bahkan dia sama sekali tidak menduga, Danar akan menyiapkan semua dan mengingat tanggal jadian mereka berdua. Sejujurnya saja, hari ini Alis berniat membongkar semuanya pada Danar. Mengutarakan semua rahasia yang ia sembunyikan dari Danar selama ini.
"Kamu selalu baik buat aku, Nar." ucap Alis.
"Kamu juga baik buat aku." balas Danar, "Aku sayang kamu."
Alis terus memaksakan senyumnya. Dia harus mengumpulkan semua keberaniannya. Alis tidak bisa terus menyembunyikan semua ini Danar. Semakin ia diam, Danar semakin tersakiti oleh perbuatannya.
"Kalo aku bikin kamu kecewa, gimana?" tanya Alis.
Danar menatap gadis yang ia sayangi itu, "Emang kamu lakuin apa sampai bikin aku kecewa?"
"Berpaling dari kamu."
"Berpaling dari aku? Kamu, ada yang lain?" tanya Danar.
Alis mengangguk. Ini adalah kejujuran yang harus ia hadapi. Bagaimanapun juga, Alis harus mengakui kesalahannya.
"Kamu lagi prank aku Lis?"
"Itu bukan prank. Aku bilang apa adanya ke kamu, maaf." ucap Alis tertunduk lemas.
Danar menghela panjang nafasnya. Tubuhnya begitu lemas, begitupun hatinya. Terasa sesak yang mendalam bagi Danar.
"Maafin aku selama ini aku gak pernah bilang ke kamu. Aku takut kamu kecewa. Tapi sekarang aku sadar dengan semakin diamnya aku, rasa sakit kamu makin dalam." jelas Alis.
Danar tidak mengeluarkan satupun kata. Dia hanya terdiam, sembari menatap senja yang mulai menampakkan dirinya.
"Aku tau kamu baik Nar. Kamu selalu sayang dan jagain aku. Tapi aku udah bikin kamu kecewa."
"Kamu mau kita putus?" tanya Danar.
Alis terdiam. Dia kembali berpikir. Siapa yang harus dia pilih saat ini? Dia sangat membenci keadaan dimana dia harus memilih suatu hal yang sebenarnya tidak mampu dia putuskan.
"JAWAB AKU LIS!!" suara Danar mulai meninggi. Emosinya mulai tidak terkendali.
Nyali Alis sedikit menciut. Tapi dia harus tetap memberanikan diri di depan Danar. Semua ini adalah ulahnya, dia harus bertanggung jawab untuk kesalahannya.
"Aku mau kita putus." ucap Alis.
Danar tertawa picik. Dia sama sekali tidak menyangka semua ini terjadi pada hari yang bagi dia sangat spesial, "Oke kita putus."
"Kita bisa kan jadi teman?" tanya Alis.
Danar menatap Alis tajam. Tanpa memberikan sedikitpun kalimat, dia pergi meninggalkan Alis sendirian. Danar sudah tidak bisa menahan emosinya, dia harus segera menjauh dari Alis.
"Danaarr..." teriak Alis tapi tidak digubris oleh Danar.
Cukup, hari ini bukan hari baik bagi Danar. Hari dimana dia harus merasakan patah dengan penghianatan Alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..