Begitu indah hari ini, ingin sekali rasanya aku membuat kenangan bersejarah. Bersama denganmu.
Mentari menampakkan sinarnya. Menyinari seluruh bagian isi bumi, menghangatkannya dengan pelukan lembutnya.
Arina bangun dengan cerianya. Hari kemarin memang terasa berat bagi dirinya. Pertemuannya dengan Danar kemarin, memberikan energi kebahagiaan bagi hatinya. Dia tidak henti-hentinya tersenyum. Membayangkan raut wajah Danar yang begitu menenangkan hatinya.
"Selamat pagi mama" ucap Arina bersemangat memeluk Ellena.
"Hai sayang. Kok keliatan ceria banget, kenapa?"
"Ih mama. Masa putrinya yang cantik ini senang gak boleh sih?"
Ellena tersenyum, membelai rambut putrinya "Boleh dong"
"Gue gak disapa?" sindir Bian
Arina tersenyum lalu menghampiri Bian dan memeluknya "Selamat pagi kakakku yang paling kece"
Bian menatap heran Arina. Dia menempelkan tangannya pada dahi adiknya "Lu masih sakit Rin? Kita ke rumah sakit sekarang yuk"
"Ih gue baik-baik aja. Gue mau berterimakasih nih ke lu"
Bian menyipitkan matanya "Berterimakasih? Dalam rangka apa?"
Arina meringis dan memberikan kedipan genitnya "Soal itu.."
"Apa sih?"
"Ah gak mau ngasih tau deh gue"
"Yaudah terserah" acuh Bian.
Arina mencak-mencak melihat reaksi kakaknya "Ih.. Tanya lagi kek soal apa gitu?"
Tidak ada respon apapun dari Bian. Dia melanjutkan menikmati sarapannya.
"Kakakkkk" ucap Arina semakin mencak-mencak tak karuan.
"Duduk lalu makan" suruh Bian.
"Gak mau" Arina melipat tangannya di dada. Menunjukkan sikap seolah-olah dia seperti anak kecil yang merajuk karena tidak dibelikan ice cream.
"Duduk Arina. Habiskan sarapanmu lalu minum obat"
Arina berbalik tidak memberikan respon apapun pada kakaknya. Dia hanya diam dan pura-pura tidak mendengarkan apa yang diucapkan Bian.
Bian menatao Arina yang sibuk dengan rambutnya. Helaan nafasnya terdengar gusar "Arin, duduk lalu habiskan sarapanmu" ucap lembut Bian.
Arina tiba-tiba tersenyum sendiri. Senyumnya bukan tanpa alasan. Ada satu bayang raut wajah yang tiba-tiba muncul dibenaknya.
"Dih.. Malah senyum-senyum sendiri. Lama-lama gue takut deh punya adik kaya lu" gerutu Bian.
Arina melompat kegirangan, lalu duduk disamping kakaknya. Dia tersenyum nyengir menatap kakaknya "Aku sayang kak Bian" ucapnya.
Bian semakin geli melihat tingkah laku Arina "Dasar jones" ledek Bian.
**
"Danar.." panggil suara gadis yang tak jauh dari sana.
Danar membalikkan tubuhnya. Mendapati seorang gadis dengan rambut ikalnya tersenyum kearahnya.
"Mau kemana?" tanya gadis itu.
"Alis? Lu..?"
"Yah gue sekarang pindah ke SMA Dawirta. Gak masalah kan?" ucap Alis memotong ucapan Danar.
Danar setengah terngangah "Hah? Kok bisa?"
Alis meringis "Emangnya kenapa? Kan gak ada yang ngelarang"
KAMU SEDANG MEMBACA
DINGIN [COMPLETED] ✓
Teen Fiction#1 in Kagum "Hebatnya orang yang jatuh cinta diam-diam. Ia bisa menyembunyikan perasaannya dibalik senyuman" senyum Arina mulai memudar. Dia menahan sakit begitu hebatnya..